Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Heteroskedastisitas

46 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF X1 0,475 2,103 X2 0,906 1,104 X3 0,446 2,244 Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai tolerance untuk variabel cadangan devisa X 1 sebesar 0,475 dengan nilai VIF Variance Inflation Factor sebesar 2,103. Nilai tolerance untuk variabel pendalaman sektor keuangan X 2 sebesar 0,906 dengan nilai VIF sebesar 1,104. Nilai tolerance untuk variabel gejolak nilai tukar perdagangan X 3 sebesar 0,446 dengan nilai VIF sebesar 2,244. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa rata-rata nilai VIF 10 dan nilai tolerance 1. Artinya, variabel independen tidak mengalami multikolinieritas.

4.1.6.3. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Dari print output SPSS, diperoleh hasil uji autokorelasi seperti pada tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 2,133 Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari tabel di atas, diketahui nilai Durbin Watson Test sebesar 2,133. Artinya, variabel dependen tidak terjadi autokorelasi. Universitas Sumatera Utara 47

4.1.6.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependend yaitu Zpred dengan residualnya Sresid. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar dan menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan print output SPSS, diperoleh hasil uji heteroskedastisitas seperti pada gambar berikut: Regression Studentized Residual 2 1 -1 -2 R eg re ss io n S ta n d ar d iz ed P re d ic te d V al u e 2 1 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: Y Gambar 4.3. Scatterplot Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari gambar tersebut di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah, tidak mengumpul, penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola Universitas Sumatera Utara 48 bergelombang melembar kemudian menyempit dan melebar kembali. Artinya, tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.2. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda berguna untuk mengetahui besar pengaruh variabel bebas cadangan devisa, pendalaman sektor keuangan dan gejolak nilai tukar perdagangan terhadap variabel terikat nilai tukar riil Rupiah. Berdasarkan print output SPSS, diperoleh persamaan regresi linear berganda dan uji t, sebagai berikut: Tabel 4.9 Persamaan Regresi Linear Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 2.056,679 3131,537 0,657 0,532 X1 0,030 0,007 0,581 4,132 0,004 X2 139,290 53,200 0,267 2,618 0,034 X3 -23,782 9,826 -0,351 -2,420 0,046 a Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari tabel di atas, diperoleh persamaan regresi linear berganda adalah: Y = 2.056,679 + 0,030X 1 + 139,290X 2 – 23,782X 3 Dari persamaan regresi linear berganda tersebut, masing-masing variabel independen dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap nilai tukar riil Rupiah, sebagai berikut: 1. Nilai konstanta a sebesar 2.056,679 menyatakan bahwa jika variabel independen konstan atau bernilai nol, maka nilai tukar riil Rupiah akan naik sebesar Rp 2.056,679US. Universitas Sumatera Utara 49 2. Nilai koefisien cadangan devisa X 1 sebesar 0,030. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel cadangan devisa bertambah US 1 juta, maka nilai tukar riil rupiah akan meningkat sebesar Rp 0,030US. 3. Nilai koefisien pendalaman sektor keuangan X 2 sebesar 139,290. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel pendalaman sektor keuangan bertambah 1, maka nilai tukar riil rupiah akan meningkat sebesar Rp 139,290US. 4. Nilai koefisien gejolak nilai tukar perdagangan X 3 sebesar 23,782. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel gejolak nilai tukar perdagangan turun 1, maka nilai tukar riil rupiah akan meningkat sebesar Rp 23,782US. 4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Signifikansi Parsial t-test