Statistik Deskriptif Uji Signifikansi Parsial t-test

41 2005 6.912,25 104,50 136,86 5.277,88 - 2006 7.171,32 106,90 145,89 5.254,74 23,14 2007 8.271,39 109,70 155,50 5.835,19 580,45 2008 7.595,65 113,40 113,86 7.564,96 1.729,78 2009 8.474,90 117,10 117,03 8.479,97 915,01 2010 9.190,52 106,20 125,17 7.797,66 682,31 2011 9.250,61 110,20 129,91 7.847,10 49,44 2012 10.077,57 109,80 135,49 8.166,78 319,68 2013 10.934,35 111,70 146,84 8.317,67 150,89 2014 10.271,64 115,20 119,00 9.943,64 1.625,97 2015 10.117,95 117,60 122,99 9.674,53 269,10 Sumber: Hasil Olahan Penulis dari www.bps.go.id Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai tukar riil Rupiah di Indonesia tahun 2007, 2008, 2009, 2011, 2012, 2013 dan tahun 2014 meningkat. Akan tetapi, nilai tukar riil Rupiah tahun 2006, 2010 dan tahun 2015 menurun.

4.1.5. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif untuk mengetahui nilai maximum, minimum, mean rata-rata dan standard deviation variabel penelitian. Statistik deskriptif disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.5 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation X1 11 32.774,19 125.931,00 80.031,02 30.956,68 X2 11 38,79 48,85 43,67 3,06 X3 11 97,82 165,07 121,35 23,59 Y 11 5.254,74 9.943,64 7.650,92 1.596,46 Valid N listwise 11 Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Berdasarkan tabel di atas, diketahui time series sebanyak 11 tahun dengan penjelasan deskriptif variabel penelitian, sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 42 1. Cadangan devisa Indonesia terendah sebesar US 32.774,19 milyar, tertinggi sebesar US 125.931,00 milyar, rata-rata mean sebesar US 80.031,02 milyar dengan standar deviasi US 30.956,68 milyar. 2. Pendalaman sektor keuangan financial deepening terendah sebesar 38,79, tertinggi sebesar 48,85, rata-rata mean sebesar 43,67 dengan standar deviasi 3,06. 3. Gejolak nilai tukar perdagangan terendah sebesar 97,82, tertinggi sebesar 165,07, rata-rata mean sebesar 121,35 dengan standar deviasi 23,59. 4. Nilai tukar riil Rupiah real exchange rate terendah Rp 5.254,74US, tertinggi sebesar Rp 9.943,64US, rata-rata mean sebesar Rp 7.650,92US dengan standar deviasi Rp 1.596,46US. 4.1.6. Hasil Uji Asumsi Klasik 4.1.6.1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik histogram, normal probability plot dan uji Kolmogorov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan normalitas dengan menggunakan grafit probability plot adalah: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola berditribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, tidak menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara 43 Pada uji Kolmogorov-Smirnov, apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka data residual tidak berdistribusi normal. Berdasarkan print output SPSS, diperoleh hasil uji normalitas, seperti pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Unstandardized Predicted Value N 11 Normal Parametersa,b Mean 7.650,92 Std. Deviation 1.543,09 Most Extreme Differences Absolute 0,222 Positive 0,150 Negative -0,222 Kolmogorov-Smirnov Z 0,735 Asymp. Sig. 2-tailed 0,652 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari Tabel 4.6, diketahui nilai Kolmogorov-Sminorv K-S sebesar 0,735 dengan tingkat signifikan 0,652 lebih besar dari 0,05. Artinya, variabel penelitian terdistribusi normal, karena tingkat signifikan 0,652 0,05. Normalitas dapat dideteksi melalui pengamatan histogram seperti yang disajikan pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara 44 Regression Standardized Residual 2 1 -1 -2 F re q u e n c y 3 2 1 Histogram Dependent Variable: Y Mean =2.91E-15฀ Std. Dev. =0.837฀ N =11 Gambar 4.1. Histogram Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari gambar di atas setelah moderating terlihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Dilihat dari gambar 4.2, terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal. Dengan demikian, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara 45 Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P ro b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Y Gambar 4.4. Normal P-P Plot of Regression Standartized Residual Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 4.1.6.2. Hasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel independen cadangan devisa, pendalaman sektor keuangan dan gejolak nilai tukar perdagangan. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoloniearitas adalah Tolerance 1 sedangkan Variance Inflation Factor VIF 10. Jika VIF menunjukkan angka 10 dan nilai tolerance 1, hal ini berarti terdapat gejala multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF 10 dan nilai tolerance 1, berarti tidak terdapat multikolinieritas. Berdasarkan print output SPSS, diperoleh hasil uji multikolinearitas seperti pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara 46 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF X1 0,475 2,103 X2 0,906 1,104 X3 0,446 2,244 Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai tolerance untuk variabel cadangan devisa X 1 sebesar 0,475 dengan nilai VIF Variance Inflation Factor sebesar 2,103. Nilai tolerance untuk variabel pendalaman sektor keuangan X 2 sebesar 0,906 dengan nilai VIF sebesar 1,104. Nilai tolerance untuk variabel gejolak nilai tukar perdagangan X 3 sebesar 0,446 dengan nilai VIF sebesar 2,244. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa rata-rata nilai VIF 10 dan nilai tolerance 1. Artinya, variabel independen tidak mengalami multikolinieritas.

4.1.6.3. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Dari print output SPSS, diperoleh hasil uji autokorelasi seperti pada tabel berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 2,133 Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari tabel di atas, diketahui nilai Durbin Watson Test sebesar 2,133. Artinya, variabel dependen tidak terjadi autokorelasi. Universitas Sumatera Utara 47

4.1.6.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependend yaitu Zpred dengan residualnya Sresid. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar dan menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan print output SPSS, diperoleh hasil uji heteroskedastisitas seperti pada gambar berikut: Regression Studentized Residual 2 1 -1 -2 R eg re ss io n S ta n d ar d iz ed P re d ic te d V al u e 2 1 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: Y Gambar 4.3. Scatterplot Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari gambar tersebut di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah, tidak mengumpul, penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola Universitas Sumatera Utara 48 bergelombang melembar kemudian menyempit dan melebar kembali. Artinya, tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.2. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda berguna untuk mengetahui besar pengaruh variabel bebas cadangan devisa, pendalaman sektor keuangan dan gejolak nilai tukar perdagangan terhadap variabel terikat nilai tukar riil Rupiah. Berdasarkan print output SPSS, diperoleh persamaan regresi linear berganda dan uji t, sebagai berikut: Tabel 4.9 Persamaan Regresi Linear Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 2.056,679 3131,537 0,657 0,532 X1 0,030 0,007 0,581 4,132 0,004 X2 139,290 53,200 0,267 2,618 0,034 X3 -23,782 9,826 -0,351 -2,420 0,046 a Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Dari tabel di atas, diperoleh persamaan regresi linear berganda adalah: Y = 2.056,679 + 0,030X 1 + 139,290X 2 – 23,782X 3 Dari persamaan regresi linear berganda tersebut, masing-masing variabel independen dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap nilai tukar riil Rupiah, sebagai berikut: 1. Nilai konstanta a sebesar 2.056,679 menyatakan bahwa jika variabel independen konstan atau bernilai nol, maka nilai tukar riil Rupiah akan naik sebesar Rp 2.056,679US. Universitas Sumatera Utara 49 2. Nilai koefisien cadangan devisa X 1 sebesar 0,030. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel cadangan devisa bertambah US 1 juta, maka nilai tukar riil rupiah akan meningkat sebesar Rp 0,030US. 3. Nilai koefisien pendalaman sektor keuangan X 2 sebesar 139,290. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel pendalaman sektor keuangan bertambah 1, maka nilai tukar riil rupiah akan meningkat sebesar Rp 139,290US. 4. Nilai koefisien gejolak nilai tukar perdagangan X 3 sebesar 23,782. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel gejolak nilai tukar perdagangan turun 1, maka nilai tukar riil rupiah akan meningkat sebesar Rp 23,782US. 4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Signifikansi Parsial t-test

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel variabel dependen. Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila variabel dependen tersebut memiliki nilai signifikansi sig di bawah 0,05. Hasil uji t, disajikan sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji t Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 2.056,679 3131,537 0,657 0,532 X1 0,030 0,007 0,581 4,132 0,004 X2 139,290 53,200 0,267 2,618 0,034 X3 -23,782 9,826 -0,351 -2,420 0,046 a Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS, Diolah Peneliti 2016 Universitas Sumatera Utara 50 Dari tabel 4.10, dapat diinterpretasikan hasil uji t, sebagai berikut: 1. Untuk variabel cadangan devisa nilai t hitung 4,132 t tabel 2,262 dengan tingkat signifikansi sig sebesar 0,004 0,05, sehingga H ditolak dan H a diterima. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan devisa berpengaruh signifikan secara parsial terhadap stabilisasi nilai tukar riil Rupiah di Indonesia. 2. Untuk variabel pendalaman sektor keuangan nilai t hitung 2,618 t tabel 2,262 dengan tingkat signifikansi sig sebesar 0,034 0,05, sehingga H ditolak dan H a diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendalaman sektor keuangan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap stabilisasi nilai tukar riil Rupiah di Indonesia. 3. Untuk variabel gejolak nilai tukar perdagangan nilai t hitung -2,420 t tabel 2,262 dengan tingkat signifikansi sig sebesar 0,046 0,05, sehingga H ditolak dan H a diterima. Hal ini menunjukkan bahwa gejolak nilai tukar perdagangan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap stabilisasi nilai tukar riil Rupiah di Indonesia.

4.3.2. Uji Signifikansi Simultan F-test