Perilaku Pasangan Usia Subur Tentang Peran Petugas Kesehatan.

Informasi yang tepat dapat membantu pasangan usia subur dalam memilih metode kontrasepsi yang mereka butuhkan. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Menurut Cahyo tahun 2011, sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru dan mempunyai ciri- ciri: 1 dapat dilihat, dibaca dan dipelajari, 2 diteliti, dikaji dan dianalisis, 3 dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium, 4 ditransformasikan kepada orang lain.

5.2.6 Perilaku Pasangan Usia Subur Tentang Peran Petugas Kesehatan.

Pernyataan informan mengenai perilaku pasangan usia subur tentang peran petugas kesehatan dapat dilihat di matrix 4.16 dimana informan mengungkapkan bahwa ; “ Peranan petugas kesehatan banyak lah dek, bidan istri saya banyak kasi penyuluhan kalau kami kesana. Karena istiri saya sering konsultasi sama bidannya. Kadang mau dek di posyandu juga dibuat penyuluhan, kalau mahasiswa sering pake poster bagi-bagi kertas penyuluhan.” Informan 1 Informan selanjutnya mengatakan ; “Kami dapat info kesehatan paling banyak sama mereka, dan kami cukup puas dengan pelayanan mereka. Ia dek, apalagi kalau sama bidan saya, dia itu menjelaskan bagus dan detail.” Informan 2 Informan selanjutnya mengatakan ; “Saya mengerti kalau dijelaskan sama bidan saya. Suami saya juga selalu diberikan informasi yang sama kalau dia ikut antar saya. Kan sebenarnya Universitas Sumatera Utara program KB ini untuk sepasang dek, bukan cuma untuk istri aja.” Informan 3 Informan selanjutnya menyatakan ; “Peran petugas kesehatan sangat penting lah dek, kalau ga diajarin betul sama ibu itu pasti gagal lagi lah kami. Ya pas melahirkan anak kedua dia tawarin langsung, jadi menurut saya bidannya peka dengan apa yang kita butuhkan.” Informan 4 Informan selanjutnya menyatakan ; “Menurut saya untuk mendapatkan informasi yang pasti itu ya harus sama petugas kesehatan. Karena kalau masyarakat awam lebih banyak mempercayai mitos dibanding fakta. Jadi petugas kesehatan sangat berperan penting dalam hal ini.” Informan 5 Informan terakhir menyatakan ; “Petugas kesehatan kayak dokter banyak kasi info sih dek, kami lebih percaya dengan jawaban medis dibanding info yang ga jelas.” Informan 6 Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi tentang metode KB calon akseptor yang dalam hal ini khusus ibu hamil, bersalin dan nifas. Disini tenaga kesehatan yang memegang peran adalah bidan. Bidan melakukan itu sesuai dengan perannya. Dalam memberikan pelayanan bidan melakukannya secara professional dan sesuai standar. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kasmiadriani 2014 dimana dia menyatakan bahwa peran bidan sebagai konselor KB pasca persalinan bertujuan agar masyarakat khususnya ibu setelah melahirkan tidak bingung mengenai pemakaian KB Universitas Sumatera Utara setelah persalinan. Masih banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena keterbatasan metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Bidan yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kebidanan khususnya akan dapat berperan sebagai konselor, salah satunya konselor KB. Dalam tugasnya sebagai konselor KB, bidan memberikan peyuluhan pertama tentang pemanfaatan kontrasepsi kemudian menjelsakan macam – macam alkon serta keutungan dan kerugian dari masing-masing KB. Peran bidan sebagai konselor keluarga berencana ini tidak hanya diperuntukan untuk wanita saja tapi pria juga. Dikarenakan alat kontrasepsi tidak hanya digunakan oleh wanita saja namun pria juga. Konseling keluarga berencana pascapersalinan yang diberikan oleh bidan tidak hanya diberikan pada ibu sendiri tapi pada saat berlangsungnya konseling diikuti oleh suami istri. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Jumlah anak pasangan usia subur cukup variatif, lima pasangan usia subur memiliki anak lebih dari dua orang, sedangkan 1 pasangan usia subur memiliki dua orang anak tetapi berencana untuk menambah satu anak lagi. Jenis kelamin anak tidak dipermasalahkan oleh informan maupun keluarga informan, bagi mereka perempuan ataupun laki – laki sama saja. 2. Pengetahuan pasangan usia subur tentang masa subur lebih didominasi oleh istri. Perhitungan sistem kalender pasangan usia subur sama-sama mendapatkan informasi, tetapi dalam praktikknya istri yang selalu menghitung masa suburnya.

3. Keluarga berencana alamiah merupakan pilihan yang tepat untuk pasangan usia

subur yang tidak ingin menggunakan metode hormonal, AKDR dan kontrasepsi mantap. Hal ini disebabkan karena metode keluarga berencana alamiah cukup mudah dan praktis untuk dilakukan tanpa tindakan medis, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal. Selain itu efek samping dari penggunaan metode ini tidak merugikan. 4. Menurut pasangan usia subur, efek samping yang paling dihindari dari metode kontrasepsi hormonal dan metode AKDR adalah berkaitan dengan estetika yaitu perubahan bentuk tubuh, flek hitam diwajah, perubahan warna kulit, perdarahan yang banyak dan berkepanjangan dsb. 5. Metode keluarga berencana alamiah yang digunakan informan adalah sistem kalender, senggama terputus dan metode amenorea laktasi. Universitas Sumatera Utara