“Pakai kondom lah, itu kan bukan alami, itukan dengan alat yaa dek.” Informan 6
Hal ini menunjukkan bahwa beberapa informan dalam penelitian ini memilih
untuk menggunakan pil KB jenis “Postinor” sebagai alat kontrasepsi darurat, atau pencegahan kehamilan apabila sudah terlanjur atau gagal dalam melakukan metode
keluarga berencana alamiah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Saifudin 2004 bahwa kontrasepsi
darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah senggama oleh wanita yang tidak hamil untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Dalam istilah kedokteran, pil ini dikenal sebagai “morning after pills”. Istilah ini sekarang dirasakan tidak tepat karena tidak menunjukkan waktu pemakaian yang tepat dari
metode ini yang dapat dipakai sampai maksimal 72 jam setelah hubungan seksual yang tidak terlindungi. Metode ini hanya dipakai untuk keadaan ‘darurat’ dan tidak
dimaksudkan untuk pemakaian rutinreguler. Oleh karena itu istilah yang dipakai dalam bahasa Inggris sekarang adalah “Emergency Contraceptive Pills”. Yang dimaksud dengan
metode ini adalah berbagai metode hormonal yang dapat dipakai untuk mencegah kehamilan setelah terjadinya hubungan seksual tanpa perlindungan.
5.2.5 Perilaku Pasangan Usia Subur Tentang Sumber Informasi.
Pernyataan informan mengenai perilaku pasangan usia subur tentang sumber informasi dapat dilihat di matrix 4.15 dimana informan mengungkapkan bahwa ;
“Informasi tentang KB udah banyak sekarang dek, di iklan televisi ada paling sering iklan kondom sutra, di poster puskesmas, ya paling banyak
dapat informasi dari bidan lah dek.”
Informan 1
Universitas Sumatera Utara
Informan selanjutnya menyatakan ;
“Dari bidan yang nangani saya juga dek lebih banyak lagi, trus dari dokter juga.”
Informan 2
Informan selanjutnya menyatakan ;
“Dari bidan dek, karena istri saya selama hamil, melahirkan selalu sama bidan berobatnya. Jadi ya semua informasi kesehatan dapatnya dari
bidan.” Informan 3
Informan selanjutnya menyatakan ;
“Saya banyak dapat informasi dari bidan dek, saya kan melahirkan di bantu oleh bidan.”
Informan 4
Informan selanjutnya menyatakan ;
“Dari dokter, dari bidan, dari mertua, dari ibu saya, dari puskesmas.” Informan 5
Informan terakhir menyatakan ;
“Kami mendapat informasi dari dokter, karena saya lebih banyak konsul ke dokter masalah ini dek. Ada juga dari bidan, karena saya pernah
melahirkan ditolong bidan, jadi bidannya juga menganjurkan saya ber-KB saat itu.”
Informan 6
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh informan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yaitu bidan dan dokter. Sejalan dengan penelitian Henny 2009 dimana dia
menyatakan bahwa sumber informasi yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain: Bidan atau tenaga kesehatan, media cetak, media elektronik, dan
lingkungan sekitar keluarga, tetangga, teman sekantor dan lain-lain. Sumber informasi tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengikuti program KB.
Universitas Sumatera Utara
Informasi yang tepat dapat membantu pasangan usia subur dalam memilih metode kontrasepsi yang mereka butuhkan. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi
yang dipilih memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Menurut Cahyo tahun 2011, sumber informasi adalah segala hal yang dapat
digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru dan mempunyai ciri- ciri: 1 dapat dilihat, dibaca dan dipelajari, 2 diteliti, dikaji dan dianalisis, 3
dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium, 4 ditransformasikan kepada orang lain.
5.2.6 Perilaku Pasangan Usia Subur Tentang Peran Petugas Kesehatan.