Pada jalur tataniaga secara lokal, Lembaga tataniaga yang paling banyak mengeluarkan biaya adalah petani, yaitu sebesar Rp. 369.53Kg. Margin
keuntungan terbesar ada pada kelompok tani yaitu sebesar Rp. 450Kg dan share margin keuntungan sebesar 21.43.
5.4. Sebaran Harga Price Spread, Share Margin, dan Efisiensi Tataniaga Kubis Jalur Ekspor
Marketing margin atau margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh
produsen. Penghitungan margin tataniaga biasanya diukur dengan price spread. Margin tataniaga terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi pemasaran dan
keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melakukan fungsi yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada
masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda. Salah satu kegunaan dari perhitungan margin tataniaga price spread dn share margin
adalah untuk mengetaui tingkat efisiensi tataniaga. Berikut tabel anlisis tentang price spread, share margin, dan efisiensi
tataniaga kubis jalur ekspor.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17. Sebaran Harga price Spread, Share Margin, dan Nisbah Margin Keuntungan Tataniaga Kubis Jalur Ekspor di Daerah Penelitian
No Uraian
Price Spread RpKg
Share Margin 100
1 Petani
-
Biaya Produksi 359.53
7.19
a. Biaya Bibit
54.91 1.1
b. Biaya Pupuk
188.37 3.77
c. Biaya Obat-Obatan
53.25 1.07
d. Biaya Tenaga Kerja
58.01 1.16
e. Biaya Penyusutan
4.99 0.1
- Harga Jual
800 16
- Keuntungan
440.47 8.81
- Nisbah Margin Keuntungan
1.23 2
Kelompok Tani
- Harga Beli
800 16
-
Biaya Tataniaga 450
9
a. Biaya Pemanenan
100 2
b. Biaya Pembersihan
50 1
c. Biaya Sortasi
50 1
d. Biaya Penggunaan
Peralatan 50
1 e.
Biaya Pengangkutan 100
2 f.
Biaya Penyusutan 100
2 -
Harga Jual 1800
36 -
Keuntungan 550
11
-
Nisbah Margin Keuntungan 1.22
3 Eksportir
- Harga Beli
1800 36
-
Biaya Tataniaga 1250
25
a. Biaya Pengangkutan ke
Pelabuhan 200
4 b.
Biaya ekspedisi Pengiriman ke
Singapura 1100
22
c. Biaya Penyusutan
50 1
- Harga Jual
5000 100
- Keuntungan
1950 39
- Nisbah Keuntungan
1.56
Harga Jual Akhir 5000
100 Sumber: Data Lampiran 23
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa rantai tataniaga jalur ekspor di daerah penelitian terdiri dari petani, kelompok tani, dan eksportir. Harga jual di tingkat
eksportir dianggap sebagai harga jual akhir tataniaga. Dari penjualan kubis dengan biaya produksi sebesar Rp. 359,53Kg, petani
mendapat keuntungan sebesar Rp. 440.47Kg dengan share margin sebesar 8.81 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,23. Dari hasil penjualan kubis kepada
eksportir dengan biaya tataniaga sebesar Rp. 450Kg, kelompok tani mendapat keuntungan sebesar Rp. 550Kg dengan share margin sebesar 11 dan nisbah
margin keuntungan sebesar 1,22. Eksportir dengan biaya tataniaga sebesar Rp. 1,250Kg mendapat keuntungan sebesar Rp. 1.950Kg dengan share margin
sebesar 39 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,56. Berikut adalah rekapitulasi Share margin saluran tataniaga kubis Jalur Ekspor
di daerah penelitian.
Tabel 18. Rekapitulasi Sare Margin Tataniaga Kubis Jalur Ekspor di Daerah Penelitian
No Uraian
RpKg Share Margin
1 Keuntungan Petani
440.47 8.81
2 Biaya Produksi Petani
359.53 7.19
3 Keuntungan Kelompok Tani
550 11
4 Biaya Tataniaga Kelompok Tani
450 9
5 Keuntungan Eksportir
1950 39
6 Biaya Tataniaga Eksportir
1250 25
Total Share Margin 100.00
Sumber: Data lampiran 23
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil rekapitulasi share margin di atas, dapat dihitung efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran ekspor ebagai berikut:
e =
e = 1,47 Hasil perhitungan efisiensi tataniaga didapat e = 1,47. . Maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya
tataniaga
kubis secara ekspor di daerah penelitian sudah efisien. Karena e 1. Sesuai dengan asumsi
H : tidak efisien
e ≤ 1 H
1
: efisien e 1 . Jika e
≤ 1 maka H
o
diterima dan H
1
ditolak. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti tidak efisien. Bila e 1 maka H
ditolak dan H
1
diterima. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan tentang biaya tataniaga, price spread, share
margin, dan tingkat efisiensi tataniaga kubis jalur ekspor di atas, maka Hipotesis 1 terjawab.
Universitas Sumatera Utara
5.5. Sebaran Harga Price Spread, Share Margin, dan Efisiensi Tataniaga Kubis Jalur Pemasaran Lokal
Berikut tabel anlisis tentang price spread, share margin, dan efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran lokal.
Tabel 19. Sebaran Harga price Spread, Share Margin, dan Nisbah Margin Keuntungan Tataniaga Kubis Jalur Pemasaran Lokal di Daerah
Penelitian
No Uraian
Price Spread
RpKg
Share Margin
100 1
Petani
- Biaya Produksi
359.53 17.12
a. Biaya Bibit
54.91 2.61
b. Biaya Pupuk
188.37 8.97
c. Biaya Obat-Obatan
53.25 2.54
d. Biaya Tenaga Kerja
58.01 0.28
e. Biaya Penyusutan
4.99 0.24
- Harga Jual
800 38.10
- Keuntungan
440.47 20.97
-
Nisbah Margin Keuntungan 1.23
2 Kelompok Tani
- Harga Beli
800 38.10
- Biaya Tataniaga
350 16.67
a. Biaya Pemanenan
100 4.76
b. Biaya Sortasi
50 2.38
c. Biaya Pengangkutan
100 4.76
d. Biaya Penyusutan
100 4.76
- Harga Jual
1600 76.19
- Keuntungan
450 21.43
-
Nisbah Margin Keuntungan 1.28
3 Pedagang Pengecer
- Harga Beli
1600 76.19
- Biaya Tataniaga
215 10.24
a. Biaya Pengangkutan
100 4.76
b. Biaya Tenaga Kerja
Angkut 50
2.38 c.
Biaya Plastik 50
2.38 d.
Biaya Retribusi Pasar 15
0.71 -
Harga Jual 2100
100.00 -
Keuntungan 285
13.57
- Nisbah Keuntungan
1.33
Harga Jual Akhir 2100
100 Sumber : Data Lampiran 24
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa rantai tataniaga jalur pemasaran lokal di daerah penelitian terdiri dari petani, kelompok tani, dan pedagang pengecer.
Harga jual di tingkat pedagang pengecer dianggap sebagai harga jual akhir tataniaga.
Dari penjualan kubis dengan biaya produksi sebesar Rp. 359,53Kg, petani mendapat keuntungan sebesar Rp. 440.47Kg dengan share margin sebesar 20,97
dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,23. Dari hasil penjualan kubis kepada pedagang pengecer dengan biaya tataniaga sebesar Rp. 350Kg, kelompok tani
mendapat keuntungan sebesar Rp. 450Kg dengan share margin sebesar 21,43 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,28. Pedagang Pengecer dengan biaya
tataniaga sebesar Rp. 215Kg mendapat keuntungan sebesar Rp. 285Kg dengan share margin sebesar 13,57 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,33.
Berikut adalah rekapitulasi Share margin saluran tataniaga kubis Jalur pemasaran lokal di daerah penelitian.
Tabel 20. Rekapitulasi Sare Margin Tataniaga Kubis Jalur Pemasaran Lokal di Daerah Penelitian
No Uraian
RpKg Share Margin
1 Keuntungan Petani
440.47 20.97
2 Biaya Produksi Petani
359.53 17.12
3 Keuntungan Kelompok Tani
450 21.43
4 Biaya Tataniaga Kelompok Tani
350 16.67
5 Keuntungan Pedagang Pengecer
285 13.57
6 Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer
215 10.24
Total Share Margin 100.00
Sumber: Data lampiran 24
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil rekapitulasi share margin di atas, dapat dihitung efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran lokal sebagai berikut:
e = e =
e = e = 1,27
Hasil perhitungan efisiensi tataniaga didapat e = 1,27. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya
tataniaga
kubis secara ekspor di daerah penelitian sudah efisien. Karena e 1. Sesuai dengan asumsi
H : tidak efisien e ≤ 1
H
1
: efisien e 1 . Jika e
≤ 1 maka H
o
diterima dan H
1
ditolak. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti tidak efisien. Bila e 1 maka H
ditolak dan H
1
diterima. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan tentang biaya tataniaga, price spread, share margin, dan tingkat efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran lokal di atas, maka
Hipotesis 2 terjawab. 5.6. Perbandingan Efisiensi Tataniaga Kubis Secara Ekspor dan Lokal di
Daerah Penelitian Tataniaga yang produktif selalu berkaitan dengan efisiensi ekonomi.
Untuk memperbaiki tataniaga, tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Efisiensi tataniaga merupakan tujuan
akhir yang ingin dicapai dalam suatu system pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat
Universitas Sumatera Utara
terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat.
Demikian juga halnya pada proses tataniaga kubis di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Efisiensi tataniaga sangat penting mengingat sebagian
besar masyarakat di daerah penelitian terlibat dalam proses tataniaga tersebut. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapat bahwa efisiensi
tataniaga kubis baik melalui pemasaran jalur ekspor maupun lokal di daerah penelitian sudah efisien. Namun keduanya memiliki besar nilai efisiensi yang
berbeda. Berikut tabel perbandingan nilai efisiensi keduanya.
Tabel 21. Perbandingan Nilai Efisiensi Tataniaga Kubis Secara Ekspor dan Lokal
No Jalur Tataniaga
Nilai Efisiensi
1 Jalur Pemasaran Ekspor
1.47 2
Jalur Pemasaran Lokal 1.27
Sumber : Data Primer Diolah Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa tataniaga kubis melalui jalur ekspor
memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalur pemasaran secara lokal. Besar nilai efisiensi tataniaga kubis secara ekspor senilai 1,47
sedangkan jalur pemasaran lokal senilai 1,27. Selain dari perbandingan nilai efisiensi tataniaga kubis jalur ekspor dan
lokal, dapat juga dilihat perbandingan nilai nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan setiap lembaga tataniaga kubis pada jalur pemasaran ekspor
dan lokal di daerah penelitan. Perbandingan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan tataniaga kubis dihitung dengan menggunakan uji t atau t-test,
yaitu dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
t =
Dengan db = n
1
+n
2
- 2 dan α = 0.05
Dimana
S =
Keterangan: �
: Nilai Rata-rata S
: Simpangan Baku t
: Nilai t – hitung
db : Derajat Kebebasan
Kemudian nilai t-hitung yang didapat dibandingkan dengan nilai t-tabel sesuai dengan besar derajat kebebasannya. Jika t-hit t-tabel, maka Ho ditolak
dan H
1
diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan tataniaga kubis antara jalur ekspor dan
lokal Berikut rekapitulasi nilai nisbah margin keuntungan keuntungan setiap
lembaga tataniaga pada jalur pemasaran ekspor dan lokal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Rekapitulasi Nisbah Margin Keuntungan Setiap Lembaga Kubis Jalur Ekspor dan Lokal
Lembaga Tataniaga
Nisbah Margin Keuntungan
Jalur Ekspor X
1
Nisbah Margin Keuntungan
Jalur Lokal X
2
X
1
- �
1
X
2
- �
2
X
1
- �
1 2
X
2
- �
2 2
ƩX
1
- �
1 2
÷ n-1 ƩX
2
- �
2 2
÷ n-1 1
1.23 1.23
-0.11 -0.05
0.01 0.0025
0.04 0.0025
2 1.22
1.28 -0.12
0.01 3
1.56 1.33
0.22 0.05
0.05 0.0025
Jumlah 4.01
3.84 0.07
0.005 Rata-rata
� 1.34
1.28
Nilai S
1
= =
√0.04 = 0.2 dan S
2 = =
√0.0025 = 0.05
Maka nilai t-hitung :
=
t – hitung = 0.5
t- tabel dengan db = n
1
+n
2
-2 = 3 + 3 – 2 = 4 dan α = 0.05 diperoleh sebesar 2.78.
Dari hasil nilai t-hitung dan t-tabel di atas, diperoleh bahwa t-hitung t- tabel yaitu 0.5 2.78. maka Ho ditolak dan H
1
diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara nisbah margin keuntungan tataniaga kubis jalur
pemasaran ekspor dan nisbah margin keuntungan tataniaga kubis jalur pemasaran lokal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23. Rekapitulasi Share Margin Keuntungan Tataniaga Setiap Lembaga Kubis Jalur Ekspor dan Lokal
Lembaga Tataniaga
Shar0e Margin Keuntungan
Jalur Ekspor X
1
Share Margin Keuntungan
Jalur Lokal X
2
X
1
- �
1
X
2
- �
2
X
1
- �
1 2
X
2
- �
2 2
ƩX
1
- �
1 2
÷ n-1 ƩX
2
- �
2 2
÷ n-1 1
8.81 20.97
-10.79 2.31
116.42 5.34
283.37 19.46
2 11
21.43 -8.60
2.77 73.96
7.67 3
39 13.57
19.40 -5.09
376.36 25.91
Jumlah 58.81
55.97 0.00
0.00 566.74
38.92 Rata-rata
� 19.60
18.66
Nilai S
1
= =
√283.37 = 16.83 dan S
2 = =
√19.46 = 4.41
Maka nilai t-hitung :
=
t-hitung = 0.09. t- tabel dengan db = n
1
+n
2
-2 = 3 + 3 – 2 = 4 dan α = 0.05 diperoleh sebesar 2.78.
Dari hasil nilai t-hitung dan t-tabel di atas, diperoleh bahwa t-hitung t- tabel yaitu 0.09 2.78. maka Ho ditolak dan H
1
diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara share margin Keuntungan tataniaga kubis jalur
pemasaran ekspor dan share margin keuntungan jalur pemasaran lokal. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jalur tataniaga kubis secara ekspor
dan lokal memiliki perbedaan efisiensi tataniaga yang signifikan dimana jalur tataniaga kubis secara ekspor dinilai lebih efisien daripada jalur tataniaga secara
lokal. Dapat dilihat dari hasil perhitungan perbandingan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan yang menunjukkan adanya perbedan
Universitas Sumatera Utara
secara signifikan dan nilai efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran ekspor yang lebih tinggi daripada jalur tataniga kubis secara lokal. Artinya, jalur tataniaga
secara ekspor mampu memberi keuntungan yang lebih besar kepada setiap lembaga tataniaga yang terlibat.
Dari penelitian yang dilakukan, walaupun jalur tataniaga secara ekspor lebih efisien, tidak lantas membuat Kelompok Tani Bunga Sampang yang
berperan sebagai pedagang pengumpul berhenti menjual kubis ke pedagang pengecer. Kelompok tani tetap menjual kubisnya ke pedagang pengecer karena
tidak semua kubis yang dibeli dari petani memenuhi kualitas standar ekspor. Selain itu, kerja sama dengan eksportir juga tidak selalu berjalan dengan baik.
Adakalanya Eksportir tidak membeli kubis dari kelompok tani dengan alasan harga kubis di negara tujuan ekspor sedang anjlok. Dalam kondisi seperti ini,
kelompok tani tidak bisa menuntut banyak kepada pihak eksportir karena kerjasama antara kelompok tani dan eksportir masih merupakan kerjasama
kemitraan non formal. Berdasarkan penjelasan tentang perbandingan efisiensi tataniaga kubis
secara ekspor dan lokal di atas, maka hipotesis 3 terjawab.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan