BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis biaya tataniaga, price spread, dan share margin
terhadap sistem tataniaga kubis secara ekspor menunjukkan bahwa eksportir adalah lembaga tataniaga yang memiliki biaya,
margin keuntungan dan share margin paling besar dan analisis efisiensi tataniaga menujukkan bahwa tataniaga kubis secara
ekspor sudah efisien.
2. Hasil analisis biaya tataniaga, price spread, dan share margin
terhadap sistem tataniaga kubis secara lokal menunjukkan bahwa lembaga tataniaga yang paling banyak mengeluarkan biaya adalah
petani, margin keuntungan dan share margin yang paling besar ada pada kelompok tani dan analisis efisiensi tataniaga menujukkan
bahwa tataniaga kubis secara lokal sudah efisien.
3. Tataniaga kubis secara ekspor lebih efisien daripada tataniaga
kubis secara lokal.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran
1. Kepada Petani Petani yang bukan anggota kelompok tani ada baiknya bergabung
dengan kelompok
tani sehingga
mempermudah dalam
mendapatkan informasi pasar dan memasarkan hasil pertaniannya. 2.
Kepada Kelompok Tani dan Eksportir
Kelompok tani dan eksportir diharapkan untuk menjalin kerjasama kemitraan secara formal sehingga ada kontrak yang jelas antara petani dan
pihak eksportir. 3.
Kepada Pemerintah Pemerintah diharapkan untuk mendukung dan memfasilitasi kerjasama
kemitraan yang formal antara petani dan eksportir serta diharapkan mampu memberikan informasi harga pasar internasonal sayuran khususnya kubis
kepada kelompok tani. 4.
Kepada Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kinerja kemitraan kelompok tani dengan perusahaan eksportir
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomis
Nama kubis diduga berasal dari bahasa Inggris yaitu cabbage. Sedangkan di beberapa daerah, kubis juga disebut kol. Kata kol ini konon berasal dari bahasa
Belanda yaitu kool . Secara taksonomi, kubis budi daya yang masuk dalam spesies Brassica oleracea dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
Pracaya, 2001. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin.
Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15°-20° C. Sedangkan kelembapan yang baik pada kisaran antara 60-90. Kalau temperatur melebihi 25° C,
pertumbuhan akan terlambat. Kubis menghisap air cukup banyak. Tanaman yang masih muda membutuhkan air sebanyak 300cc per hari. Sedangkan kubis dewasa
memerlukan air sebanyak 400-500 cc per hari. Agar tumbuh optimum, kol
Universitas Sumatera Utara
memerlukan persentase kandungan air dari kapasitas lapangan 60-100 atau rata-rata kurang 80 Pracaya, 2001.
Sebelum dibudidayakan, kubis tumbuh liar di sepanjang pantai Laut Tengah, Inggris, Denmark, dan Pantai barat Perancis sebelah utara. Kubis yang
tumbuh liar ini sering dianggap sebagai gulma. Tetapi oleh orang Mesir dan Yunani kuno, tanaman kubis sangat dipuja dan dimuliakan. Dalam perkembangan
selanjutnya, kubis dibudidayakan di Eropa sekitar abad ke-9 Masehi. Di Amerika, kubis mulai ditanam ketika para imigran Eropa menetap di benua itu. Pada abad
ke-16 atau ke-17, kubis mulai ditanam di Indonesia. Pada abad tersebut orang Eropa mulai berdagang dan menetap di Indonesia Sunarjono, 2004.
2.1.2. Tinjauan Ekonomis
Kubis merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mendapat prioritas dalam pengembangannya dan mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang
cukup tinggi karena dijadikan salah satu andalan sumber pendapatan petani. Tanaman ini relatif cepat dipanen, yaitu usia 3 sampai 4 bulan dan dapat tumbuh
di berbagai jenis tanah. Permintaan sayuran kubis pun semakin berkembang. Tidak hanya permintaan dalam lokal, permintaan luar negeri juga tak kalah
meningkatnya. Produksi yang dihasilkan akan dijual atau dipasarkan. Pemasaran ada dua jenis, yaitu pemasaran lokal dan pemasaran non lokal ekspor. Ekspor
adalah pemasaran produk ke luar negeri Pracaya, 2001.
Apabila suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain ekspor dan impor maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satu
diantaranya adalah harga dari barang yang akan diperdagangkan karena harga
Universitas Sumatera Utara
akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan
harga barang yang merupakan suatu hipotesa yang menerangkan “Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan terhadap barang tersebut,
sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin rendah permintaan terhadap barang tersebut cateris paribus
” Sukirno, 2003.
Terbukti dari besarnya ekspor kubis ke luar negeri. Di Sumatera Utara, ekspor kubis sangat menjanjikan bagi peningkatan ekonomi petani kubis. Berikut
tabel perkembangan ekspor kubis Sumatera Utara dan Negara tujuan ekspor.
Tabel 3. Perkembangan Ekspor Sumatera Utara Komoditi Kubis dan
Negara Tujuan Ekspor 2010-2011
Kode HS Negara
Berat Bersih Kg Nilai FOB US
Jan- Juni10
Jan- Juni11
Perub Jan-
Juni10 Jan- Juni11
Perub 1
2 3
4 5
6 7
8 704901000
Jepang 12.362
- -100,00
8.532 -
-100,00 Korea Selatan
- 803.291
0,00 -
203.439 0,00
Singapura 4.193.615
3.602.310 -14,10
1.466.122 1.262.995
-13,85 Malaysia
4.062.483 4.977.048
22,51 996.615
873.376 -12,37
Pakistan -
24.000 0,00
- 4.597
0,00 Subtotal
8.268.460 9.406.649
-91.59 1.308.102
1.082.679.95 -126,22
Sumber: BPS Ekspor Impor Sumatera Utara 2012
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Volume dan Nilai FOB Ekspor Sayuran dari Sumatera Utara ke Singapura dari Januari sampai Juni 2010-2013
Sumber: Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, BPS Catatan: Angka dari Januari sampai dengan juni 2010-2013
Dari kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa komoditi kubis memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dan menjanjikan bagi peningkatan pendapatan
ekonomi petani.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pemasaran atau Tataniaga