Tabel 4. Volume dan Nilai FOB Ekspor Sayuran dari Sumatera Utara ke Singapura dari Januari sampai Juni 2010-2013
Sumber: Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, BPS Catatan: Angka dari Januari sampai dengan juni 2010-2013
Dari kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa komoditi kubis memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dan menjanjikan bagi peningkatan pendapatan
ekonomi petani.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pemasaran atau Tataniaga
Istilah tataniaga diartikan sama dengan pemasaran, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari
produsen ke konsumen. Sistem tataniaga adalah kumpulan lembaga-lembaga yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan pemasaran barang dan
jasa yang saling mempengaruhi dengan tujuan mengalokasikan sumber daya langka secara efisien guna memenuhi kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya.
Komponen sistem tataniaga tersebut adalah produsen, penyalur, dan lembaga- lembaga pemerintah, rumah tangga, perorangan, dan lembaga-lembaga lainnya
yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam proses pertukaran
barang dan jasa Radiosunu, 1995.
Jenis Komoditi
Volume Kg Nilai FOB US
2010 2013
Perubahan 2010
2013 Perubahan
1 2
3 4
5 Kentang
2,036,897 1,473,133
-27.68 821,273
772,709 -5.91
Kubis 4,193,615
3,602,310 -14.10
1,466,122 1,262,995
-13.85 Timun
16,365 18,703
14.29 13,466
20,867 54.96
Tomat 235,789
299,159 26.80
190,972 281,376
47.34 Bayam
60,711 70,200
15.63 49,793
85,976 72.67
Terung 77,584
13,436 -82.68
16,925 5,497
-67.52
Universitas Sumatera Utara
Secara umum tataniaga atau pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari
produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna
waktu melalui proses penyimpanan. Pemasaran komoditi pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak,
pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan dari pedagang ke agen, pengecer dan konsumen Sudiyono, 2004.
Kegunaan pemasaran komoditas pertanian terdiri atas kegunaan bentuk form utility, kegunaan tempat place utility, kegunaan waktu time utility, dan
kegunaan kepemilikan possessing utility. Fungsi-fungsi pemasaran komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran pada prinsipnya
terdapat tiga tipe fungsi pemasaran antara lain fungsi pertukaran, yaitu mengalihkan barang kepada pihak pembeli, fungsi pengadaan fisik, yaitu
pengangkutan, dan fungsi fasilitaspelancar terdiri atas permodalan pembiayaan Rahim dan Hastuti, 2008.
Fungsi pertukaran menyangkut pengalihan hal pemilikan yang terdiri atas fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi pengadaan fisik meliputi kegiatan-
kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian sehingga komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan waktu. Fungsi
pengangkutan meliputi pengangkutan dan penyimpanan komoditi pertanian. Fungsi penyediaan fasilitas pada hakekatnya untuk memperlancar fungsi
pertukaran dan fungsi fisik. Standarisasi yaitu menetapkan grade tingkatan kriteria kualitas komoditi tertentu Sudiyono, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Saluran atau Lembaga Tataniaga
Lembaga tataniaga merupakan badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditas mulai dari
produsen sampai ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Dengan kata lain, saluran tataniaga saluran
distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari
produsen ke konsumen Kotler, 2001. Lembaga tataniaga juga memegang peranan penting dan juga menentukan
saluran pemasaran. Fungsi lembaga ini berbeda satu sama lain, dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan dan skala usaha Soekartawi, 1989.
Lembaga tataniaga ini melakukan kegiatan fungsi pemasaran yang meliputi kegiatan: Pembelian, Sorting atau grading membedakan barang
berdasarkan ukuran atau kualitasnya, Penyimpanan, Pengangkutan, dan Processing pengolahan. Masing-masing lembaga tataniaga, sesuai dengan
kemampuan dimiliki, akan melakukan fungsi pemasaran ini secara berbeda-beda. Karena perbedaan kegiatan dan biaya yang dilakukan, maka tidak semua
kegiatan dalam fungsi kegiatan pemasaran dilakukan oleh lembaga tataniaga. Karena perbedaan inilah, maka biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda
di tiap tingkat lembaga pemasaran Soekartawi, 1989.
Biaya pemasaran komoditas pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha pemasaran komoditas pertanian meliputi; biaya transportasi,
biaya pungutan retribusi dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu
Universitas Sumatera Utara
sama lain, hal ini diakibatkan lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran, efektivitas pemasaran yang dilakukan serta macam komoditasnya. Keuntungan
pemasaran komoditas pertanian merupakan selisih antara harga yang dibayar ke produsen petani dan harga yang dibayarkan konsumen akhir. Keuntungan
pemasaran dapat pula disebut margin pemasaran Rahim dan Hastuti, 2008. Margin tataniaga adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga tersebut. Semakin panjang
pemasaran semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka semakin besar margin pemasaran Daniel, 2002.
Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga
pemasaran biasanya melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran
yang terlibat akan berbeda pula Sudiyono, 2004. Daniel 2002 menyatakan bahwa besarnya biaya tataniaga berbeda satu
sama lain, tergantung pada: a.
Macam komoditas yang dipasarkan Komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga membutuhkan
biaya tataniaga yang besar. b.
Lokasi daerah produsen Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya
transportasi menjadi besar pula.
Universitas Sumatera Utara
c. Macam dan peranan lembaga niaga
Semakin banyak lembaga niaga yang terlibat dan semakin panjang rantai tataniaga, maka semakin besar biaya tataniaganya.
2.2.3. Efisiensi Tataniaga
Menurut Mubyarto 1986 dalam Rahim dan Hastuti 2008, efisiensi pemasaran untuk komoditas pertanian dalam suatu sistem pemasaran dianggap
efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan
pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran.
Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat terjadi jika sistem tersebut dapat
memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran.
Margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen. Margin pemasaran atau
marketing margin terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya
melaksanakan fungsi-fungsinya yang berbeda sehingga share margin diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda. Salah satu
kegunaan dari perhitungan marketing margin price spread dan share margin adalah mengetahui tingkat efisiensi pemasaran. Secara umum dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa semakin tinggi marketing margin suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat efisiensi sistem tataniaga Gultom, 1996.
Pasar yang tidak efisien akan terjadi bila biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan
efisiensi pemasaran akan terjadi jika: 1.
Harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi
2. Elastisitas transmisi harga atau Persentase perbedaan harga yang
dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi 3.
Adanya kompetisi pasar yang sehat Soekartawi, 2002. Elastisitas transmisi harga adalah perbandingan persentase perubahan
harga di tingkat konsumen dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang
dibayar konsumen akhir ditransmisikan kepada petani produsen. Pada umumnya nilai elastisitas tranmisi ini lebih kecil dari satu, artinya pada volume dan harga
input konstan maka perubahan nisbi harga di tingkat petani pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga di tingkat petani Sudiyono, 2004.
2.3. Penelitian Terdahulu