15
Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi UMKMK. Bidang usaha utama Perum Jamkrindo adalah memberikan penjaminan kredit UMKMK.
Secara keseluruhan kegiatan usaha Perum Jamkrindo adalah: a.
Melakukan penjaminan kredit baik bersifat tunai dan non tunai yang diberikan bank atau badan usaha kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah serta Koperasi.
b. Melakukan penjaminan pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen, dan pembiayaan pola bagi hasil yang diberikan oleh lembaga pembiayaan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah serta Koperasi.
c. Melakukan penjaminan pembelian barang secara angsuran yang dilakukan
oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta Koperasi. d.
Melakukan Penjaminan Syariah atas pembiayaan baik bersifat tunai dan non tunai yang diberikan Bank atau Badan Usaha Syariah kepada Usaha Mikro,
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta Koperasi.
e. Melakukan penjaminan atas transaksi kontrak jasa yang dilakukan oleh Usaha
Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta Koperasi. f.
Melakukan kegiatan usaha lainnya, antara lain penjaminan kredit perorangan, jasa konsultasi, dan jasa manajemen kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah serta Koperasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan
23
. Kegiatan usaha Penjaminan Kredit, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 99PMK.0102011,tanggal 8 Juli 2011, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222PMK.0102008 Tentang
Perusahaan Penjaminan Kredit Dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit, sebagai Perusahaan Penjamin, Perum Jamkrindo mempunyai peluang untuk memperluas
kegiatan usaha yang dijalankan dan tidak terbatas pada kegiatan usaha pemberian jasa penjaminan kredit.
2. Kegiatan Usaha Perum Jamkrindo:
a. Penjaminan pinjaman yang disalurkan koperasi kepada anggotanya. b. Penjaminan kredit danatau pinjaman program kemitraan yang disalurkan
Badan Usaha Milik Negara dalam rangka Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL.
c. Penjaminan penyaluran uang pinjaman dengan jaminan gadai dan fidusia. d. Penjaminan atas surat utang.
e. Penjaminan transaksi dagang. f.
Penjaminan pengadaan barang danatau jasa surety bond. g. Penjaminan bank garansi kontra bank garansi.
h. Penjaminan surat kredit berdokumen dalam negeri SKBDN. i.
Penjaminan Letter of Credit LC.
23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99PMK.0102011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222 PMK.010 2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan
Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit, tanggal 8 Juli 2011
Universitas Sumatera Utara
16
j. Penjaminan kepabeanan.
k. Jasa konsultasi manajemen terkait dengan kegiatan usaha penjaminan. l.
Penyediaan informasidatabase terjamin terkait dengan kegiatan usaha penjaminan.
m. Penjaminan lainnya setelah memperoleh persetujuan Menteri
24
.
3. Beberapa prinsip atau pokok-pokok penjaminan kredit :
a. Kelayakan Usaha: Penjaminan kredit diberikan hanya apabila dua pihak yaitu penjamin dan penerima jaminan berpendapat bahwa usaha atau proyek yang
diajukan penjaminannnya adalah layak untuk dijamin. Kelayakan usaha dalam hal ini tidak hanya menilai kinerja dan prospek usaha terjamin, tetapi juga
terhadap karakter atau personaliti terjamin itu sendiri. Penilaian kelayakan usaha ini dilakukan oleh penjamin kredit dan digunakan untuk mendapatkan
keyakinan bahwa usaha dan pribadi terjamin memang patut untuk mendapatkan jasa penjaminan.
b. Pelengkap Perkreditan: memperhatikan bahwa keberadaan kredit pada dasarnya menyangkut adanya dua pihak yang berkepentingan yaitu kreditur
dan debitur, penjaminan kredit bagi suatu sistem perkreditan selanjutnya adalah sebuah pelengkap. Dalam hal ini sifat perjanjian penjaminan kredit
dikonstruksikan sebagai perjanjian ikutan accessoir yaitu senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian pokok yang berupa
perjanjian kredit. Sifat accessoir
dari hak jaminan tersebut dapat menimbulkan akibat hukum tertentu, sebagai berikut:
1 Ada dan hapusnya perjanjian penjaminan itu tergantung dan ditentukan oleh perjanjian pendahuluannya;
2 Bila perjanjian pendahuluannya batal, maka dengan sendirinya
perjanjian jaminan sebagai perjanjian tambahan juga menjadi batal; 3 Bila perjanjian pendahuluannya beralih atau dialihkan, maka dengan
sendirinya perjanjian jaminan itu ikut beralih; 4 Bila perjanjian pendahuluannya beralih kepada cessie, subrogatie, maka
perjanjian jaminan itu ikut beralih tanpa penyerahan khusus; 5 Bila perjanjian jaminannya berakhir atau hapus, maka perjanjian
pendahuluan tidak dengan sendirinya berakhir atau hapus pula
25
. c. Pengganti Agunan: berdasarkan falsafah perkreditan, penjaminan kredit
memberikan manfaat bagi debitur maupun kreditur, terutama apabila agunan
24
http:www.jamkrindo.comproduk, diakses pada tanggal 25 Oktober 2015
25
Rachmadi Usman, “Hukum Jaminan Keperdataan”, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 86
Universitas Sumatera Utara
17
yang disediakan calon terjamin belum mencukupi menurut kreditur atau penerima jaminan.
d. Pengambilalihan Sementara Risiko Kredit Macet: prinsip penjaminan kredit selanjutnya adalah pengambilalihan sementara risiko kredit macet. Dalam hal
ini apabila kredit yang dijamin mengalami kemacetan atau tidak dapat dilunasi sesuai dengan jangka waktu sebagaimana diperjanjikan, maka pihak
penjamin akan menyelesaikan sisa kredit yang dijamin. Pengambilalihan sementara risiko kredit macet ini dilakukan dengan membayarkan sejumlah
kewajiban sisa kredit atau kerugian kreditur sehingga penerima jaminan terhindar dari munculnya kredit atau pembiayaan yang mempunyai Bad
performance atau Non Performing Loan NPL
26
. e. Piutang Subrogasi: Sebagai konsekuensi prinsip pengambilalihan sementara
risiko kredit macet , maka penyelesaian sisa kredit yang belum lunas pada saat jatuh tempo oleh pihak penjamin tidak secara otomatis menghilangkan
kewajiban dari pihak terjamin atau debitur untuk melunasi kewajibannya
27
. Pelunasan sisa kredit yang macet harus tetap dilakukan oleh pihak terjamin,
baik dengan cara mengangsur secara berkala danatau dengan menjual atau mencairkan agunan tambahan lainnya. Pelunasan sisa kredit oleh terjamin ini
bagi penjamin disebut sebagai piutang subrogasi. Penarikan piutang subrogasi ini tetap menjadi kewajiban penerima jaminan atau kreditur. Subrogasi ini
termasuk dalam ruang lingkup hapusnya perikatan karena pembayaran
28
. Akibat hukum subrogasi adalah beralihnya piutang kreditor kepada pihak
ketiga yang melakukan pembayaran
29
. f.
Keterlibatan Tiga Pihak : Penjaminan kredit adalah suatu perikatan penunjang kredit yang melibatkan tiga pihak yaitu, penjamin, penerima jaminan dan
terjamin.
26
Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Pnjaminan
KreditPembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor: KEP- 01D.I.M.EKON012010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit usaha
Rakyat
27
Ibid
28
Mariam Darus Badrulzaman, “Hukum Perikatan dalam KUHPerdata Buku Ketiga”, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2015, hlm. 166
29
Suharnoko, Endah Hartati, “Doktrin Subrogasi, Novasi dan Cessie”,Jakarta: Kencana, 2005. Hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
18
g. Kerja Sama Pengendalian Kredit: Terkait dengan salah satu prinsip penjaminan kredit sebagai pengganti agunan, maka pengelolaan atas risiko
kredit berjalan atau kredit yang dijamin merupakan kegiatan yang sangat penting dan diutamakan. Dalam praktik perkreditan, kegiatan pengawasan
kredit dilakukan oleh penyedia fasilitas tersebut atau kreditur. Melalui perikatan penjaminan kredit, karena terdapat pihak ketiga yang juga
bertanggung jawab terhadap kelancaran pengembalian kredit, maka untuk mengurangi risiko terjadinya kredit macet, pihak penjamin juga melaksanakan
fungsi pengendalian atau pengawasan kredit, sebagaimana yang biasa diakukan oleh kreditur penerima jaminan. Dalam hal ini penjamin bertindak
sebagai mitra kerja pihak penerima jaminan, khususnya dalam menentukan tindakan preventif yang diperlukan dalam upaya-upaya penyelamatan kredit
30
.
4. Suasana Lembaga Penjaminan Kredit LPK di Indonesia