1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 2015 ini sangat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Awal krisis yang ditandai dengan
depresiasi nilai tukar rupiah yang berlangsung lama, suku bunga yang relatif tinggi dan harga barang impor sebagai bahan baku produksi yang terus meningkat
mempengaruhi secara signifikan kegiatan operasi perusahaan. Banyak perusahaan yang mengalami kesulitan operasional akibat suku bunga yang tinggi dan
melemahnya nilai tukar. Selanjutnya, kondisi ini berakibat perlambatan kegiatan ekonomi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak negatif pada
perusahaan, sementara produksi terganggu akibat meningkatnya harga bahan baku produksi. Kondisi ini menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam
pembayaran utang dan kemudian menjurus pada kesulitan keuangan dan pemutusan hubungan kerja.
Sebelum terjadi krisis, pemerintah kurang memperhatikan sektor UMKM. Pada saat itu, daya dan dana yang dimiliki pemerintah lebih terfokus kepada
kelompok usaha besar dengan harapan kelompok ini bisa menjalankan fungsi trickle down effect
1
. Ketika krisis muncul ternyata sebagian besar dari kelompok konglomerat mengalami pukulan berat dan pada saat yang sama justru sektor
UMKM relatif mampu bertahan
2
. Fenomena ini menyadarkan pemerintah bahwa basis ekonomi kerakyatan memiliki daya tahan dan ketangguhan sendiri. Selama ini
dunia perbankan kesulitan untuk mengucurkan kredit, karena proposal usaha kecil seringkali dinilai tidak cukup layak sehingga sulit untuk disetujui. Bank mengaku
sangat sulit dalam menganalisa kemampuan para pengusaha berskala kecil, karena sebagian besar dari mereka tidak menerapkan manajemen usaha yang tertib.
Kondisi pengusaha mikro seperti itu sangat menyulitkan perbankan dalam melakukan analisa keuangan, terutama ketika hendak memberikan persetujuan atas
1
‘Trickle Down Effect’, adalah sebuah sistem perekonomian peninggalan para kapitalis, yang dianut oleh Indonesia sejak jaman Orde baru hingga saat ini.
2
Hg Suseno TW, Firma Sulistyowati, Dionysius Desembriarto, “Reposisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Nasional”, Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata
Dharma, 2005, hlm. 60
Universitas Sumatera Utara
2
pengajuan kredit usaha. Oleh karenanya diharapkan pemerintah mendirikan infrastruktur pendukung berupa perusahaan penjaminan kredit guna memayungi
keberadaan para pengusaha UMKMK yang jumlahnya sangat banyak. Dengan demikian, bank sangat berperan sebagai penggerak roda perekonomian supaya
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berjalan baik. Kredit perbankan memiliki segmen kredit Mikro, Kecil dan Menengah
MKM merupakan mesin penting bagi pertumbuhan kredit perbankan
3
. Peningkatan peran dan kegiatan usaha dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UMKM semakin terasa pengaruhnya pada saat terjadinya krisis prekonomian, di mana perkembangannya terus meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang
pertumbuhan ekonomi. Melihat perkembangan UMKM inilah, bank membidik usaha mikro yang memang menguntungkan.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR dimulai dengan adanya keputusan Sidang Kabinet Terbatas yang diselenggarakan pada tanggal 9 Maret 2007
bertempat di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah UKM dipimpin Presiden RI. Salah satu agenda keputusannya antara lain, bahwa
dalam rangka pengembangan usaha Usaha Mikro, Kecil, Menengah UMKM dan koperasi, pemerintah akan mendorong peningkatan akses pelaku UMKM dan
Koperasi kepada kredit pembiayaan dari perbankan melalui peningkatan kapasitas Perusahaan Penjamin.
KUR diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007 dengan didukung oleh Instruksi Presiden No.5 Tahun 2008
tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009. Untuk menjamin implementasi atau percepatan pelaksanaan KUR ini, berbagai kemudahan bagi UMKM pun
ditawarkan oleh pemerintah. Beberapa di antaranya adalah penyelesaian kredit bermasalah
4
UMKM dan pemberian kredit UMKM hingga Rp 500 juta. Inpres tersebut didukung dengan Peraturan Menkeu No 135PMK.052008 tentang
Fasilitas Penjaminan KUR. Jaminan KUR sebesar 70 bisa ditutup oleh pemerintah melalui PT Asuransi Kredit Indonesia Askrindo dan Perum Jaminan
3
Kartono Muhammad, “Peta Baru Perbankan Mikro: Bertempur di Zona Merah”, Infobank,2011, hlm.18
4
Kredit bermasalah atau Non Performing Loan NPL adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan atau macet. Lihat :
Hermansyah, “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2011 hlm. 75
Universitas Sumatera Utara
3
Kredit Indonesia Jamkrindo sedangkan jaminan 30 ditutup oleh Bank Pelaksanaan.
Pada tahap awal program, Kredit Usaha Rakyat KUR tanpa jaminan ini disediakan hanya terbatas oleh bank yang ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu :
Bank Rakyat Indonesia BRI, Bank Negara Indonesia BNI, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara BTN
5
. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, seperti: pertanian, perikanan dan kelautan,
koperasi, kehutanan, perindustrian dan perdagangan
6
. KUR tanpa jaminan ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil dengan cara memberi
pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya permohonan kredit tanpa jaminan tersebut, tentu saja
harus mengikuti berbagai prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon kredit harus mengetahui hak dan kewajiban apa yang akan
timbul pada masing-masing pihak yaitu pada pihak debitur dan pihak kreditur dengan adanya perjanjian KUR tanpa jaminan ini, mengingat segala sesuatu dapat
saja menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang cukup tentang KUR tanpa jaminan ini.
Membahas masalah kredit, tidak lepas dari pembicaraan mengenai kredit bermasalah. Kredit bermasalah ada dalam kegiatan perkreditan bank, karena bank
tidak mungkin menghindarkan adanya kredit bermasalah. Sepandai apapun para analis kredit dalam menganalisis permohonan kredit, tetap saja kemungkinan kredit
bermasalah tetap ada. Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan adanya kelemahan
peraturan atau ketentuan atau memang belum ada, atau sudah ada namun tidak jelas. Kredit-kredit yang disalurkannya jika banyak yang macet akan menimbulkan
kerugian yang besar bagi bank. Kerugian yang besar ini akan menghambat operasi bank. Agar kegiatan perbankan tidak terganggu, maka pemerintah juga harus
memberi injeksi modal, artinya rakyat juga yang harus menanggung beban yang
5
Addendum II Nota Kesepahaman bersama antara Kementrian Teknis dengan Perusahaan Penjamin dan Bank Pelaksana tentang Penjaminan KreditPembiayaan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi
6
Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Pnjaminan
KreditPembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor: KEP- 01D.I.M.EKON012010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit usaha
Rakyat
Universitas Sumatera Utara
4
ditimbulkan oleh kredit macet itu. Sedangkan Bank hanya berusaha menekan seminimal mungkin terjadinya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan
Bank Indonesia. Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, membedakan kualitas
kredit ke dalam 5 lima kolektibilitas, yaitu : 1. Lancar L,
2. Dalam Perhatian Khusus DPK, 3. Kurang Lancar KL,
4. Diragukan D, 5. Macet M
Kredit yang termasuk dalam golongan kolektibilitas lancar dan dalam perhatian khusus dinilai sebagai kredit yang tidak bermasalah performing loan,
sedangkan kredit yang termasuk dalam golongan kurang lancar, diragukan dan macet dinilai sebagai kredit bermasalah non performing loan. Beberapa indikator
untuk penggolongan ke lima kualitas kredit tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kredit digolongkan lancar L, yaitu jika memenuhi kriteria :
a. Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu; b. Memiliki mutasi rekening yang aktif atau;
c. Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
2. Kredit digolongkan Dengan Perhatian Khusus DPK, yaitu jika memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pembayaran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari;
b. Kadang kadang terjadi cerukan over draft; c. Mutasi rekening relatif rendah;
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; e. Didukung oleh pinjaman baru;
3. Kredit digolongkan kurang Lancar KL, yaitu jika memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 90 hari; b. Sering terjadi pengambilan dana kredit yang melebihi kapasitas kredit;
c. Frekuensi mutasi relatif rendah; d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; f. Dokumentasi pinjaman lemah.
4. Kredit yang digolongkan Diragukan D, yaitu jika memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 180 hari; b. Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen;
c. Terjadi wan prestasi lebih dari 180 hari; d. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
Universitas Sumatera Utara
5
5. Kredit yang digolongkan Macet M, yaitu jika memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui
270 hari; b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar
7
. Uraian diatas kelompok kredit tersebut, pembahasan ini dibatasi hanya
pada permasalahan kredit yang menyangkut kredit macet. Sebelum memberikan kredit, Bank melakukan analisis kredit yang
seksama, teliti dan cermat, dengan didasarkan pada data yang aktual, dan akurat, sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena itu,
setiap pemberian kredit tentunya telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai dengan asas perkreditan yang sehat. Demikian pula pemberian kreditnya juga telah
didasarkan pada penilaian jujur, objektif, dan terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit. Bank harus meyakini bahwa kredit
yang akan diberikannya tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah dan tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah atau macet.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit oleh bank ke nasabahnya terdapat perjanjian antara bank dan nasabah yang disebut dengan perjanjian kredit, dimana
perjanjian kredit diatur dalam bagian umum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Pasal 1313 : “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih m engikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Dan
tentunya juga harus memenuhi unsur-unsur dari Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian :
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.” Kedua syarat pertama yang terdapat dalam pasal diatas adalah syarat
subjektif karena berkaitan dengan subjek perjanjian, yaitu kesepakatan dan cakap
7
Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Pasal 12 3
Universitas Sumatera Utara
6
membuat perjanjian. Kedua syarat terakhir adalah syarat objektif, yaitu mengenai objek perjanjian dan kausa, yaitu tujuan mengadakan perjanjian
8
. Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia yang disingkat dengan Perum
Jamkrindo memberikan Penjaminan Kredit Bank dan Non Bank, yang dimaksudkan untuk memberikan penjaminan kepada perbankan maupun non perbankan atas
kredit yang diberikan kepada UMKMK
9
. Perum Jamkrindo sebelumnya adalah Perusahaan Umum Perum Sarana Pengembangan Usaha yang didirikan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1981 tentang Pendirian Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi, yang diatur kembali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1985 tentang Perusahaan Umum Perum Pengembangan Keuangan Koperasi, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor
95 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Perum Sarana Pengembangan Usaha dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usahanya, serta diubah namanya menjadi
Perusahaan Umum Perum Jaminan Kredit Indonesia
10
. Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2008, maksud
dan tujuan Perum Jamkrindo adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah dibidang ekonomi dan Pembangunan Nasional,
dengan melaksanakan kegiatan penjaminan kredit baik bersifat tunai maupun non tunai yang diberikan bank atau badan usaha kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah
dan Koperasi UMKMK. Kegiatan Usaha Perum Jamkrindo adalah:
1. Melakukan penjaminan kredit baik bersifat tunai dan non tunai yang diberikan bank atau badan usaha kepada UMKMK.
2. Melakukan penjaminan pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan pembiayaan pola bagi hasil yang diberikan oleh
lembaga pembiayaan kepada UMKMK. 3. Melakukan penjaminan pembelian barang secara angsuran yang dilakukan
UMKMK. 4. Melakukan penjaminan secara syariah atas pembiayaan baik bersifat tunai
dan non tunai yang diberikan bank atau badan usaha syariah kepada UMKMK.
5. Melakukan penjaminan atas transaksi kontrak jasa yang dilakukan oleh UMKMK.
8
Elly Erawati, Herlien Budiono, “Penjelasan Hukum tentang Kebatalan Perjanjian”, Jakarta :NLRP , 2010, hlm. 48
9
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2008 tentang Perusahaan Umum PERUM Jaminan Kredit Indonesia, Pasal 3
10
Ibid, Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
7
6. Melakukan kegiatan usaha lainnya, antara lain penjaminan kredit perorangan, jasa konsultasi dan jasa manajemen kepada UMKMK yang
sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan. 7. Selain itu, sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 99PMK.0102011
tanggal 8 Juli 2011 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222PMK.0102008 tentang perusahaan Penjaminan Kredit Dan
Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit, Perum Jamkrindo mempunyai peluang untuk memperluas kegiatan usaha yang dijalankan dan tidak
terbatas pada kegiatan usaha pemberian jasa penjaminan kredit
11
. Sampai dengan saat ini Perum Jamkrindo telah memiliki 35 kantor
cabang
12
, dan memiliki anak perusahaan yaitu PT. Penjaminan Jamkrindo Syariah dengan persetujuan definitif melalui surat Kementrian BUMN dengan Nomor S-
536MBU2014 tanggal 16 September 2014. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membahas dan mendalami
pengetahuan ini dengan mengetengahkan judul skripsi:
“Tinjauan Yuridis terhadap Penjaminan Kredit Usaha Rakyat KUR saat Terjadi Kredit Macet pada Bank Mandiri Medan Studi pada Perum
Jamkrindo Cabang Medan dan Kantor Wilayah I Bank Mandiri Medan. ”
B. Permasalahan