18
g. Kerja Sama Pengendalian Kredit: Terkait dengan salah satu prinsip penjaminan kredit sebagai pengganti agunan, maka pengelolaan atas risiko
kredit berjalan atau kredit yang dijamin merupakan kegiatan yang sangat penting dan diutamakan. Dalam praktik perkreditan, kegiatan pengawasan
kredit dilakukan oleh penyedia fasilitas tersebut atau kreditur. Melalui perikatan penjaminan kredit, karena terdapat pihak ketiga yang juga
bertanggung jawab terhadap kelancaran pengembalian kredit, maka untuk mengurangi risiko terjadinya kredit macet, pihak penjamin juga melaksanakan
fungsi pengendalian atau pengawasan kredit, sebagaimana yang biasa diakukan oleh kreditur penerima jaminan. Dalam hal ini penjamin bertindak
sebagai mitra kerja pihak penerima jaminan, khususnya dalam menentukan tindakan preventif yang diperlukan dalam upaya-upaya penyelamatan kredit
30
.
4. Suasana Lembaga Penjaminan Kredit LPK di Indonesia
Di Indonesia, perusahaan penjaminan kredit merupakan pelaku usaha yang berada dalam lingkup lembaga keuangan bukan bank. Dalam sistem keuangan
Indonesia, lembaga penjaminan kredit termasuk sub-sistem lembaga keuangan bukan bank. LPK yang dimaksudkan pada kesempatan ini adalah Perum Jamkrindo,
PT Asuransi Kredit Indonesia PT Askrindo, PT Asuransi Ekspor Indonesia PT ASEI dan beberapa Asuransi Kredit Daerah Askrida dan beberapa Jaminan
Kredit Daerah Jamkrida. Dalam sistem keuangan di Indonesia, lembaga keuangan non bank pada
dasarnya meliputi semua lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah memberikan jasa-jasa keuangan dan tidak melakukan kegiatan perhimpunan dana
dari masyarakat secara langsung. Keberadaan LPK di Indonesia telah cukup lama, tapi perkembangan LPK belum seperti yang diharapkan. Secara umum, LPK yang
ada di Indonesia, tidak dapat maksimal beroperasi karena belum memiliki modal yang cukup besar, sehingga LPK yang memiliki kantor-kantor cabang masih
terbatas operasinya dalam memberikan layanan jasa penjaminan kredit
31
. Selain keterbatasan dari sisi permodalan, LPK di Indonesia juga belum
memiliki landasan hukum yang khusus dan kuat. Saat ini di Indonesia belum ada
30
Nasroen Yasabari Nina Kurnia Dewi, edisi pertama, Op.Cit., hlm.19
31
Nasroen Yasabari Nina Kurnia Dewi, “Penjaminan Kredit, Mengantar UKMK
Mengakses Pembiayaan,edisi kedua” Bandung: PT. Alumni,2007, Halaman 123
Universitas Sumatera Utara
19
undang-undang tentang penjaminan kredit sebagai landasan hukum bagi keberadaan LPK. Selanjutnya, saat ini LPK belum memiliki standar pengelolaan
modal dan kemampuan teknis serta kemampuan manajerial yang spesifik untuk sebuah institusi penjaminan kredit. Kondisi tersebut membawa pengaruh kepada
pengelolaan perusahaan yang pada dasarnya masih dapat didorong lagi untuk menjadi lebih efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan kepada dunia usaha
dan perbankan. Akan tetapi, LPK di Indonesia selama ini telah terbukti mampu menjadi penghubung dunia usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
UMKMK kepada akses pendanaan. Hal ini terlihat dari kinerja yang baik pada perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis penjaminan kredit yang terlihat
dari meningkatnya pendapatan fee atas jasa penjaminan kredit dan meningkatnya jumlah kredit dan UMKMK yang dijamin. Adanya pertumbuhan penjaminan kredit
yang diberikan sangat mendukung bagi berkembangnya UMKMK dalam memperoleh kredit dari perbankan
32
. Pada saat ini, Perum Jamkrindo merupakan salah satu LPK yang
terkemuka di Indonesia. Perum Jamkrindo memiliki Visi Perusahaan “Menjadi Perusahaan Penjaminan Terdepan yang Mendukung Perkembangan Perekonomian
Nasional” dan memiliki Misi Perusahaan “Untuk mencapai cita-cita ideal perusahaan”. Maka visi perusahaan dijabarkan dalam misi-misi yang
merupakan Tridarma Jamkrindo sebagai berikut: a. Dharma Pertama: Melakukan kegiatan penjaminan bagi perkembangan
bisnis UMKM dan Koperasi b. Dharma Kedua: Memberikan pelayanan yang luas dan berkualitas
c. Dharma Ketiga: Memberikan manfaat bagi stakeholders sesuai prinsip
bisnis yang sehat
33
5. Berbagai Tantangan yang dihadapi LPK di Indonesia