20 Sampel yang digunakan adalah umbi ubi kayu Manihot utilissima Pohl., yang
berasal dari daerah Simalingkar B, Tanjung Morawa, dan Tanah Karo Berastagi.
3.6.2 Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel umbi ubi kayu dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor.
3.6.3 Pembuatan Pati
Sebanyak 5 kg umbi ubi kayu dikupas dan dicuci menggunakan air bersih. Kemudian umbi dipotong melintang dengan ukuran ± 5 cm, lalu dimasukkan ke
dalam juicer. Air sarian dan ampas dipisahkan, ampas umbi ubi kayu ditambahkan pelarut 10 L, lalu disaring sambil diperas dan perlakuan ini dilakukan hingga didapat
air saringan bening. Air hasil penyaringan didiamkan dalam wadah hingga pati mengendap selam ± 24 jam. Bagian atas larutan yang keruh dibuang dan ditambahkan
sebanyak 5 L pelarut dibiarkan selama ± 24 jam lagi, kemudian dibuang cairan bening bagian atas dan endapan pati dikeringkan pada suhu ruangan 25-27ºC. Pati
kering diperoleh kemudian digerus dalam lumpang dan diayak dengan ayakan 80 mesh Makfoeld, 1982.
3.7 Pemeriksaan Karakteristik Pati 3.7.1 Pemeriksaan Pemerian
Pemeriksaan dilakukan terhadap tekstur dan warna pati dari umbi ubi kayu Manihot utillisima Pohl..
3.7.2 Pemeriksaan Kelarutan
a. Kelarutan dalam air dingin
Kedalam tabung reaksi dimasukkan pati secukupnya kemudian ditambahkan 10 mL air dingin kemudian diaduk dan diamati kelarutannya.
Universitas Sumatera Utara
21 b.
Kelarutan dalam etanol Kedalam tabung reaksi dimasukkan pati secukupnya kemudian ditambahkan
10 mL etanol kemudian diaduk dan diamati kelarutannya.
3.7.3 Pemeriksaan Mikroskopik
Pati secukupnya diambil dan diletakkan diatas gelas objek, kemudian ditetesi dengan satu tetes akuades dan ditutup menggunakan kaca penutup, selanjutnya
diamati di bawah mikroskop.
3.8.4 Identifikasi
a. Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi dari 1 g pati dalam 50
mL air, kemudian didinginkan: terbentuk larutan kanji yang encer Depkes, RI., 1995.
b. Campur 1 mL larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi A dengan 0,05
mLiodum 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali pada pendinginan Depkes, RI., 1995.
3.7.5 Penetapan Keasaman
Sebanyak 10 g pati dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 100 mL etanol 70 yang telah dinetralkan terhadap 0,5 mL larutan
fenolftalein P 0,1 dalam etanol 80, kocok selama 1 jam, saring dan titrasi 50 mL filtrat dengan NaOH 0,1 N Depkes, RI., 1995.
3.7.6 Penetapan Susut Pengeringan
Botol timbang beserta tutupnya dikeringkan selama 30 menit pada suhu 100° C sampai 105° C selama 2 jam dan ditimbang bobotnya, ditimbang sebanyak 1 g pati
dimasukkan dalam botol timbang. Masukkan kedalam oven, buka sumbat botol timbang dan biarkan sumbat dalam oven. Panaskan sampel pada suhu 100° sampai
105° selama 2 jam. Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan didinginkan
Universitas Sumatera Utara
22 dalam desikator, lalu ditimbang. Perlakuan ini dilakukan hingga didapat bobot tetap
Depkes, RI., 1995.
3.7.7 Penetapan Sisa Pemijaran
Krus porselen kosong dipijar dan didinginkan, kemudian ditimbang sampai bobot tetap, kedalam krus ditimbang 2 g pati. Tambahkan 2 mL asam sulfat 2 N,
panaskan mula-mula di atas penangas air, kemudian panaskan perlahan-lahan dalam tanur pada suhu lebih kurang 600°, lanjutkan pemanasan sampai arang habis terbakar
dan biarkan dingin. Tambahkan beberapa tetes asam sulfat 2 N dan ulangi pemanasan dan pemijaran dan biarkan dingin. Tambahkan beberapa tetes larutan ammonium
karbonat P 16, uapkan hingga kering dan pijarkan hati-hati. Dinginkan, timbang dan pijarkan 15 menit dan ulangi cara ini hingga diperoleh bobot tetap Depkes, RI.,
1995.
3.7.8 Pemeriksaan Mikrobiologi Bahan Organik Asing
Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 mL NaCl 0,9 yang sebelumnya telah disterilkan. Sampel dihomogenkan, kemudian dipipet 1
mL dan dimasukkan kedalam cawan petri. Tuangkan media plate count agar PCA ke dalam cawan petri tersebut sebanyak 15 mL dan dihomogenkan. Cawan berisi
media yang sudah memadat kemudian diinkubasi pada suhu 25 -28
C selama 48 jam, dihitung angka lempeng total masing-masing cawan. Koloni dipindahkan dalam
media potato dexrtose agar dan diinkubasi pada suhu 25 -28
C selama 48 jam. Koloni yang tumbuh diamati dibawah mikroskop. Cawan kembali diinkubasi selama
10 hari, diamati warna koloninya dan diperiksa dibawah mikroskop.
3.7.9 Pemeriksaan Mikrobiologi Penetapan Batas Mikroba
Sebanyak 1 g sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 mL NaCl 0,9 yang telah disterilkan. Sampel dihomogenkan, kemudian dipipet 1 mL dan
Universitas Sumatera Utara
23 dimasukkan kedalam cawan petri. Dituangkan media nutrient agar NA ke dalam
cawan petri tersebut sebanyak 15 mL dan dihomogenkan. Cawan petri berisi media yang sudah memadat kemudian diinkubasi pada suhu 35ºC-37ºC selama 24 jam
dengan posisi terbalik. Kemudian dilakukan pengecatan gram.Uji dilanjutkan dengan memindahkan koloni pada media BGLB dan diinkubasi pada suhu 35ºC-37ºC selama
24 jam. Diamati ada tidaknya kekeruhan dalam tabung.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Hasil identifikasi sampel telah dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor adalah
umbi ubi kayu Manihot utillisima Pohl. dari famili Euphorbiaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 45.
4.2 Hasil Rendemen
Isolasi pati dilakukan dengan cara mengolah umbi ubi kayu segar sesuai prosedur hingga didapatkan pati kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rendemen yang dihasilkan berkisar antara 24,9428 hingga 28. Rendemen tertinggi terdapat pada sampel IA sedangkan rendemen terendah terdapat pada sampel IIIA.
Tabel 4.1 Hasil Rendemen Pati Ubi Kayu Manihot utillisima Pohl.
Keterangan : I, II, dan III menyatakan daerah tumbuh ubi kayu I: Pengunungan; II: Pemukiman; III: Pabrik. A dan B menyatakan jenis pelarut yang digunakan saat
ekstraksi A: Akuades; B: Air PAM
Menurut Sabrina 1990, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar pati dalam umbi ubi kayu adalah umur tanam, varietas, dan keadaan tanah. Pemanenan lebih
cepat atau lebih lambat akan memberikan hasil yang kurang maksimal. Menurut Eris 2005, ubi kayu yang digunakan untuk memproduksi pati biasanya mempunyai umur
panen antara 9-12 bulan dengan rendemen sekitar 15-30. Menurut Balagopalan, et Sampel
Rendemen Pati IA
28,0000 IB
27,6571 IIA
26,0000 IIB
25,5714 IIIA
24,9428 IIIB
25,3142
Universitas Sumatera Utara