Karakteristik Fourier Transform Infra Red FT-IR Nanokristalin Selulosa NCC

45 serapan pada bilangan gelombang 1422,24 cm -1 menunjukkan keberadaan ikatan – CH 3 . Puncak serapan 1636,59 menunjukkan keberadaan gugus C=O amida. Gugus C-N amina ditunjukkan oleh munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 1215,11 cm -1 . Spektrum ini dengan jelas menunjukkan keberadaan bilangan gelombang dari gugus fungsi alkanolamida [34].

4.2 KARAKTERISTIK NANOKRISTALIN SELULOSA

4.2.1 Karakteristik Fourier Transform Infra Red FT-IR Nanokristalin Selulosa NCC

Karakterisasi Fourier Transform Infra Red FT-IR nanokristalin selulosa dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang ada pada pengisi nanokristalin selulosa dan dibandingkan dengan ampas tebu sebagai bahan baku nanokristalin selulosa. Karakteristik FT-IR dari bahan pengisi nanokristalin selulosa dan ampas tebu dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4.2 Karakteristik FT-IR Ampas Tebu dan Pengisi Nanokristalin Selulosa Karakteristik FTIR diatas menunjukkan beberapa puncak serapan peak kunci yang dapat mengindikasikan suatu gugus sebagai ciri khusus dari sebuah senyawa. Uji FTIR dengan sampel NCC puncak serapan kunci yang muncul adalah pada bilangan Bilangan Gelombang 1cm Universitas Sumatera Utara 46 gelombang 3356, 2885, 2349, 1647, dan 1002 cm -1 . Band besar pada bilangan gelombang 3356 cm -1 mengindikasikan keberadaan dari gugus OH 3300-3500 cm -1 merujuk pada O-H stretching dan pada puncak serapan dengan bilangan gelombang 2885 cm -1 mengindikasikan keberadaan dari gugus CH pada alkana mendekati 2900 cm -1 merujuk pada C-H stretching. Pada puncak serapan dengan bilangan gelombang 2349 cm -1 yang menunjukan keberadaan dari gugus OH yang merupakan gugus utama dari selulosa. Sisanya yaitu pada puncak serapan dengan bilangan gelombang 1647 dan 1002 cm -1 menyatakan keberadaan gugus fungsi OH dari water absorption dan gugus fungsi CO ikatan glycosidic antara unit glukosa didalam senyawa selulosa [3, 19]. Pada hasil uji FTIR dengan sampel ampas tebu puncak serapan yang diperoleh banyak memiliki kesamaan, dikarenakan NCC yang diperoleh merupakan hasil perlakuan kimia terhadap ampas tebu sehingga gugus-gugus yang mengindikasikan keberadaan selulosa terdapat pada puncak serapan dengan bilangan gelombang yang hampir sama. Disamping itu terdapat perubahan gugus yang cukup signifikan dari hasil uji FTIR ampas tebu dan NCC ini. Pada puncak serapan dalam hasil uji FTIR ampas tebu dengan bilangan gelombang 1031 cm -1 menandakan keberadaan gugus C-O ether 1300-1000 cm -1 merujuk pada C-O ether dan ester, gugus ini menunjukan eksistensi ikatan antara lignin dan karbohidrat dan juga menandakan keberadaan lignin dan hemiselulosa pada ampas tebu. Selain itu pada puncak serapan dengan bilangan gelombang 1713 cm -1 mengindikasikan keberadaan dari gugus C=O 1760-1665 merujuk pada gugus C=O karbonil, gugus tersebut merupakan gugus khas yang terdapat pada lignin. Hilangnya puncak serapan pada bilangan gelombang 1031 dan 1731 cm -1 pada hasil uji FTIR pada NCC menunjukan bahwa eksistensi dari lignin dan hemiselulosa pada NCC telah diakhiri dengan baik oleh proses delignifikasi dengan perlakuan asam dan bleaching yang berfungsi untuk menghilangkan lignin dan hemiselulosa dari material lignoselulosa [40].

4.2.2 Karakteristik Transmission Electron Microscope TEM Nanokristalin Selulosa NCC