Pengaruh Pembebanan PENGARUH PERLAKUAN AGING PADA FILM LATEKS KARET

60

4.3.6 Pengaruh Pembebanan

Pengisi dan Penambahan Penyerasi Alkanolamida Terhadap M 100 dan M 300 Film Lateks Karet Alam Berpengisi Nanokristalin Selulosa Setelah Perlakuan Aging Pengaruh pembebanan pengisi dan penambahan penyerasi alkanolamida terhadap M 100 dan M 300 film lateks karet alam berpengisi nanokristalin selulosa setelah perlakuan aging ditunjukkan oleh gambar 4.13 dibawah ini. Gambar 4.13 Pengaruh Pembebanan Pengisi dan Penambahan Penyerasi Alkanolamida Terhadap M 100 dan M 300 Film Lateks Karet Alam Berpengisi Nanokristalin Selulosa Setelah Perlakuan Aging Gambar 4.13 menunjukkan hubungan pembebanan pengisi dan penambahan alkanolamida pada modulus tarik tensile modulus film lateks karet alam. Modulus tarik saat pemanjangan 100 M 100 merupakan jumlah gaya yang diberikan saat 0,2 0,4 0,6 0,8 5 10 15 M 1 Pembebanan bsk TANPA ALKANOLAMIDA DENGAN ALKANOLAMIDA 0,4 0,8 1,2 1,6 5 10 15 M 3 Pembebanan bsk TANPA ALKANOLAMIDA DENGAN ALKANOLAMIDA Universitas Sumatera Utara 61 sampel memiliki pemanjangan sebesar 100. Modulus tarik saat pemanjangan 300 M 300 merupakan jumlah gaya yang diberikan saat sampel memiliki pemanjangan sebesar 300. Modulus menunjukkan nilai kekakuan stiffness relatif material. Nilai modulus tarik yang kecil menunjukkan sifat bahan yang elastis elastic sedangkan nilai modulus tarik yang besar menunjukkan sifat bahan yang kaku dan getas stiff. Oleh karena itu, nilai modulus tarik memiliki hubungan berbanding terbalik dengan pemanjangan saat putus elongation at break. Gambar 4.13 menunjukkan bahwa nilai modulus tarik dari film lateks karet alam menurun dengan penambahan jumlah pembebanan pengisi. Pada saat terjadinya aging, karet bereaksi dengan oksigen menghasilkan pemutusan rantai karet atau pematahan oksidatif oxidative breakdown menghasilkan radikal makro karet. Radikal karet ini mengalami rekombinasi dengan radikal karet yang lain membentuk rantai karet dengan beberapa derajat percabangan, sehingga menghasilkan komposit yang lebih kaku dan modulus tarik yang tinggi [50]. Rantai karet yang mungkin terbentuk selama terjadinya aging berkurang porsinya akibat jumlah molekul karet alam berkurang dengan penambahan pengisi nanokristalin selulosa. Nanokristalin selulosa sebenarnya juga memiliki sifat yang cenderung kaku, namun kekakuan material selulosa lebih rendah dibandingkan dengan rantai karet yang dihasilkan selama aging. Hal ini menjelaskan turunnya nilai M 100 dan M 300 pada film lateks karet alam dengan pengisi nanokristalin selulosa tanpa penyerasi alkanolamida. Modulus tarik film lateks karet alam dengan penambahan alkanolamida cenderung lebih rendah dibandingkan dengan modulus tarik film lateks karet alam tanpa alkanolamida. Hal ini disebabkan karena alkanolamida dapat pula bertindak sebagai pemlastis plastisizer pada sistem lateks karet alam-nanokristalin selulosa. Alkanolamida dapat membentuk satu lapisan yang membuat rantai karet lebih fleksibel [30]. Universitas Sumatera Utara 62

4.3.7 Morfologi Film Lateks Karet Alam Dengan dan Tanpa Penambahan