BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT
A. Pengertian dan Unsur-unsur Kredit
Beberapa penyebutan istilah kredit dari berbagai bahasa asing, yakni credere bahasa Yunani, credito bahasa latin. Di dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia moderen, istilah kredit diartikan ansuran, cicilan, mengangsur, mencicil.
22
Secara etimologis istilah kredit yang berasal dari bahasa latin, yaitu credere yang berarti kepercayaan, misalnya seorang nasabah debitur memperoleh
kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapatkan kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit adalah
kepercayaan.
23
Kredit dilihat dari sudut bahasa berarti kepercayaan, dalam arti bahwa apabila seseorang atau badan usaha mendapatkan kredit dari bank, orang atau
badan usaha telah mendapat kepercayaan dari bank pemberi kredit.
24
Dengan pengertian tersebut dapat dipahami, bahwa kredit merupakan suatu utang atau
peminjaman uang.
22
Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, CV. Pustaka Agung Harapan; Surabaya, hal. 323.
23
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Penerbit Citra Aditya Bakti: Bandung, 2002, hal. 5
24
H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti; Bandung, hal.123.
34
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang, yang pembayaraanya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian.
25
Savelberg menyatakan bahwa kredit mempunai arti antara lain:
26
a. Sebagai dasar dari setiap perikatan dimana seseorang berhak menuntut
sesuatu dari orang lain. b.
Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan memperoleh kembali apa yang diserahkan itu
commdatus, depositus, regulare, pignus. Levy merumuskan arti hukum dari kredit, bahwa kredit ialah menyerahkan
secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.
Penerima kredit
berhak mempergunakan
pinjaman itu
untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu
dibelakang hari.
27
M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan
dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tersebut.
28
Menurut O. P. Simorangkir, bahwa kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontra prestasi akan terjadi pada
25
Ruyanti Dorotea Tobing, Hukum Perjanjian Kredit Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi Yang Berasaskan Demokrasi Ekonomi, Laksbang Grafika; Yogyakarta, hal. 178
26
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni: Bandung, 2003, hal. 21
27
Ibid.
28
Ibid., hal. 22
waktu mendatang.
29
Sedangkan, menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain,
yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Berdasarkan pengertian kredit yang ditetapkan oleh UU sebagaimana tersebut di atas, suatu pinjam-meminjam uang akan digolongkan sebagai kredit
perbankan sepanjang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yakni:
30
a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan penyediaan uang. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang kemudian
disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sementara tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik
perbankan misalnya berupa pemberian penerbitan garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit LC.
b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain. Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam merupakan dasar dari
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
29
Op. Cit., H.R. Daeng Naja.
30
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta, 2010, hal. 76
peyediaan uang tersebut. Persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan
dalam bentuk perjanjian kredit. Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada
ketentuan hukum perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Pengaturan tentang perjanjian terdapat dalam ketentuan-ketentuan
KUHPerdata, Buku Ketiga tentang Perikatan, dan ketentuan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sepanjang yang
mengatur tentang larangan pencantuman klausul baku dalam perjanjian.
Perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank dengan debitur lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit, dan
sebutan lain yang hampir sejenis. Perjanjian kredit yang dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku antara lain
memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata merupakan UU bagi bank dan debitur. Ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata menetapkan
suatu perjanjian yang sah berlaku sebagai UU bagi pihak yang berjanji. c.
Adanya kewajiban melunasi utang. Pinjam-meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam. Peminjam
wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang, dan debitur
wajib melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakati, yang biasanya terdapat dalam
ketentuan perjanjian kredit. Dengan demikian, kredit perbankan bukan suatu bantuan dana yang diberikan secara cuma-cuma. Kredit
perbankan adalah suatu utang yang harus dibayar kembali oleh debitur. d.
Adanya jangka waktu tertentu. Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka tertentu. Jangka waktu
tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu
kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan dilunasinya kredit.
Berdasarkan jangka waktu tertentu tersebut dapat disimpulkan bahwa jangka waktu kredit harus ditetapkan secara tegas karena menyangkut
hak dan kewajiban masing-masing pihak. e.
Adanya pemberian bunga kredit. Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang
ditetapkan adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang diberikannya. Suku bunga merupakan harga
atas uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. Namun, sering pula disebut sebagai balas jasa atas penggunaan uang
bank oleh debitur. Sepanjang terhadap bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit dilakukan pembayaran oleh debitur, akan
merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama bagi bank. Menurut Kasmir, bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian
suatu kredit adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali
dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang
nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah
pemohon kredit. 2.
Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pmberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3.
Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang rasa waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnyamacet pemberian kredit. Semakin
panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang
disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam, atau bangkrutnya usaha
nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya. 5.
Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil
B. Fungsi dan Manfaat Kredit