Pengertian Kredit Bermasalah. TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT

5. Kolektibilitas Kredit Terhadap kredit yang telah direalisasi tidak semuanya berjalan sesuai dengan analisa, pembahasan dan keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit baik angsuran pokok maupun angsuran bunga ada debitur yang lancar dan ada pula yang tidak lancar pembayarannya.

E. Pengertian Kredit Bermasalah.

Secara umum kredit bermasalah adalah kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap bank selaku lembaga pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah sebagai penerima kredit. Kredit bermasalah, dalam ilmu keuangan dan akuntansi keuangan, adalah bagian dari piutang yang tidak dapat lagi ditagih, biasanya berupa piutang dagang atau pinjaman. Kredit bermasalah dalam akuntansi dianggap sebagai biaya . 40 Ada berbagai definisi-definisi mengenai kredit bermasalah, yaitu: 41 1. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar. 2. Kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya. 2015 hal. 2 40 “Pengertian Kredit bermasalah” https:id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 22 Juni 41 As. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 2010, 3. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran, sehingga terjadi tunggakan. 4. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak menepati janji pembayaran, sehingga memerlukan tindakan hukum untuk menagihnya. 5. Kredit bermasalah adalah kredit yang mengandung potensi untuk merugikan bank. 6. Kredit bermasalah adalah kredit yang berpotensi menunggak dalam satu waktu tertentu. Kelancaran debitur dalam membayar kewajibannya, yaitu pokok angsuran dan bunga, adalah sebuah keharusan. Karena bank merupakan lembaga intermediasi perbankan yang tugasnya menampung dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat. Sehingga pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar kegiatan operasional bank tetap dapat berjalan dengan lancar. Apabila terjadi banyak penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka berarti bank tidak bisa mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkannya, dan hal ini tentu saja dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Kredit bermasalah merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. resiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada wantunya. Kredit bermasalah diperbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya adanya kesengajaan dari pihak-pihak yang yang terlibat dalam proses pemberian kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain seperti krisis ekonomi. 42 42 Hermansyah, Op. Cit., hal. 75 yaitu: 43 Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah, 1. Faktor internal perbankan yang meliputi kelemahan dalam analisis kredit, kelemahan-kelemahan kredit, agunan, sumber daya alam, teknologi, dan kecurangan petugas bank, diantara: a. Kelemahan dalam analisis kredit, yaitu: 1 Analisis kredit tidak berdasarkan data akurat. 2 Informasi kredit tidak lengkap. 3 Kredit terlalu sedikit. 4 Kredit terlalu banyak. 5 Jangka waktu kredit terlalu lama. 6 Jangka waktu kredit terlalu pendek. b. Kelemahan dalam dokumen kredit, yaitu: 1 Data mengenai kredit tidak didokumentasi dengan baik. 2 Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan dengan baik. c. Kelemahan dalam supervise kredit, yaitu: 1 Bank kurang pengawasan atas usaha nasabah secara kontinyu dan teratur. 2 Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan penyelesaian kredit. 3 Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu. 4 Jumlah nasabah terlalu banyak. 43 As. Mahmoedin, Op. Cit., hal. 51 5 Nasabah terpencar. d. Kecerobohan petugas bank, yaitu: 1 Bank terlalu kompromi. 2 Bank tidak mempunyai kebijakan perkreditan yang sehat. 3 Petugas bank terlalu menggampangkan masalah. 4 Persaingan antar bank. 5 Pengambilan keputusan yang tidak tepat waktu. 6 Terus memberikan pinjaman pada uasaha yang siklusnya menurun. 7 Tidak diasuransikan. e. Kelemahan kebijaksanaan kredit, yaitu: Prosedur kredit terlalu panjang. f. Kelemahan bidang agunan, yaitu: 1 Jaminan tidak dipantau dan diawasi secara baik. 2 Nilai agunan tidak sesuai. 3 Agunan fiktif. 4 Agunan sudah dijual. 5 Pengikatan agunan lemah g. Kelemahan sumber daya manusia, yaitu: 1 Terbatasnya tenaga yang ahli dibidang penyelamatan penyelasaian kredit. 2 Pendidikan dan pengalaman pejabat kredit sangat terbatas. 3 Kurangnya tenaga ahli hukum untuk mendukung pelaksanaan penyelesaian dan penyelamatan kredit. 4 Terbatasnya tenaga ahli untuk analisis kredit. h. Kelemahan teknologi, yaitu: 1 Terbatasnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pekerjaan teknis. 2 Keterbatasan bank dalam hal teknis, seperti : manajemen secara baik, pengawasan secara kontinyu, administrasi yang rapi. i. Kecurangan petugas bank, yaitu: 1 Petugas bank terlibat kepentingan pribadi. 2 Disiplin pejabat kredit dalam menerapkan system dan prosedur kredit rendah. 2. Faktor internal nasabah yang meliputi kelemahan karakter nasabah, kemampuan nasabah, musibah yang dialami nasabah, kecerobohan nasabah, dan manajemen nasabah. a. Kelemahan karakter nasabah, yaitu: 1 Nasabah tidak mau tahu atau memang tidak beritikad baik. 2 Nasabah kalah judi. 3 Nasabah menghilang. b. Kelemahan kemampuan nasabah, yaitu: tidak mampu mengembalikan kredit karena terganggunya kelancaran usaha, yakni; 1 Kemampuan usaha nasabah yang kurang. 2 Teknik produksi yang sudah ketinggalan zaman. 3 Kemampuan pemasaran tidak memadai. 4 Pengetahuan terbatas. 5 Pengalaman terbatas. 6 Informasi terbatas 3. Faktor eksternal seperti situasi ekonomi yang negatif, politik dalam negeri yang merugikan, politik negara lain yang merugikan, situasi alam yang merugikan, dan peraturan pemerintah yang merugikan. a. Situasi ekonomi yang negatif, yaitu: 1 Globalisasi ekonomi yang berdampak negatif. 2 Perubahan kurs mata uang. b. Situasi politik dalam negeri yang merugikan, yaitu: 1 Pergantian pejabat tertentu. 2 Hubungan diplomatik dengan negara lain. 3 Adanya gejolak sosial. c. Politik Negara lain yang merugikan, yaitu: 1 Proteksi oleh negara lain. 2 Adanya pemogokan buruh diluar negri. 3 Adanya perkembangan politik diegara lain. 4 Kebijakan dari industri luar negri dengan menjatuhkan harga barangnya sehingga memukul harga produk dalam negri. d. Situasi alam yang merugikan, yaitu: 1 Faktor alam yang berakibat negatif. 2 Habisnya sumber daya alam. e. Peraturan pemerintah yang merugikan, yaitu: 1 Membatasi jumlah supermarket atau mall di daerah tertentu. 2 Menutup usaha tertentu untuk melindungi pengusaha kecil. 4. Faktor kegagalan bisnis senantiasa muncul di luar kemampuan para pihak seperti aspek hubungan, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek keuangan, dan aspek sosial ekonomi. 5. Faktor ketidakmampuan manajemen adalah pencatatan tidak memadai, informasi biaya tidak memadai, modal jangka panjang tidak cukup, gagal mengendalikan biaya, overheadcost yang berlebihan, kurangnya pengawasan, gagal melakukan penjualan, investasi berlebihan, kurang menguasai teknis, dan perselisihan antara pengurus. Selain faktor-faktor yang sebagaimana telah diuraian diatas, adapun beberapa penyebab lainnya yang merupakan kesalahan pihak kreditur, yaitu: 44 1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan. 2. Terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan. 3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi. 44 “Pengertian Kredit Macet dan Penyebab,” http:abg01.blogspot.com, diakses pada tanggal 8 Juli 2015. 4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staff bagian kredit yang berpengalaman. 5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staff bagian kredit. 6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank. 7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi arah perkembangan arus kas cashflow debitur lama. 8. Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima deditur yang kurang bermutu. Selain faktor-faktor di atas yang menjadi penyebab kredit bermasalah, berikut adalah sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan dalam pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu: 45 1. Self dealing Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kredit terhadap permohonan kredit yang diajukan nasabah, kemudian memberikan kredit yang tidak layak kepada nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa imbalan dari nasabahnya. 2. Anxiety for income Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar bank 45 Ibid. sehingga ambisi ataupun nafsu yang berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit. 3. Compromise of credit principles Pelnggaan terhadap prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung resiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah. 4. Incomplete credit information Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit. 5. Failure to obtain or enforce liquidation agreements Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan penyebab timbulnya kredit- kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank. 6. Complacency Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan. 7. Lack of supervising Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik. 8. Technical incompetence Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek keuangan maupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal dengan baik. 9. Poor selection of risks Resiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini: a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai usahanya, selain yang diperoleh dari bank. b. Pejabat bank harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya. c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai jaminan yang mengcover kredit yang diberikan. d. Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan resiko yang dihadapi dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan. e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi resiko pemberian kredit yang mungkin secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank. f. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan masalah dikemudian hari. 10. Overlending Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah. 11. Competition Competition merupakan resiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat. Bank sendiri sudah memiliki kriteria dalam memberi penilaian dan menggolongkan kemampuan debitur, dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31147KEPDIR Tahun 1998. Berdasarkan surat keputusan tersebut, bahwa kredit juga digolongkan menjadi lima, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Tingkat kolektibilitas kredit yang dianggap bermasalah dan dapat mengganggu kegiatan operasional adalah kredit macet atau dikenal dengan Non Performing Loan NPL yang mana adalah merupakan persentase kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang disalurkan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 72PBI2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu: 1. Lancar pass, apabila memenuhi kriteria: a. Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral. 2. Dalam Perhatian Khusus special mention, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru. 3. Kurang Lancar Substandard, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan debitor; atau f. Dokumentasi pinjaman lemah. 4. Diragukan doubtful, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5. Macet loss, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

BAB IV PENYELESAIAN ATAS TERJADINYA KREDIT BERMASALAH DI PT.