saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung pada
dosis dan waktu radiasi.
21
7. Keadaan-keadaan lain
Agenesis dari kelenjar saliva jarang terjadi, akan tetapi ada pasien yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialografi menunjukkan adanya
kerusakan yang parah dari kelenjar saliva. Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multipel akan mengakibatkan hilangnya innervasi
kelenjar saliva, kerusakan pada parenkim kelenjar dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah kelenjar saliva juga dapat mengurangi sekresi saliva. Saat ini, telah
dilaporkan bahwa pasien-pasien AIDS juga mengalami mulut kering, oleh karena terapi radiasi yang dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada sarkoma
kaposi intra oral dapat menyebabkan disfungsi kelenjar saliva.
21
2.2.3 Gejala dan Tanda
Xerostomia mengakibatkan timbulnya beberapa gejala pada penderitanya seperti kesukaran dalam mengunyah dan menelan makanan, kesukaran dalam
berbicara, kepekaan terhadap rasa berkurang dysgeusia dan kebutuhan yang meningkat pada air minum terutama pada malam hari.
18,21,23
Xerostomia dapat ditandai bila saliva yang dikumpulkan jumlahnya sedikit atau tidak ada pada dasar mulut dan lidah tampak kering dengan penurunan jumlah papila.
Saliva akan tampak berserabut dan berbusa. Xerostomia menurunkan pH mulut dan secara signifikan meningkatkan perkembangan plak dan karies gigi yang dapat
ditemukan pada batas servikal atau leher gigi, batas insisal.
18
Xerostomia dapat menyebabkan pembesaran kelenjar parotis, peradangan dan fissur pada bibir cheilitis, radang atau ulkus pada lidah dan mukosa bukal, infeksi
kelenjar ludah sialadenitis, halitosis serta menimbulkan fissur pada mukosa oral.
18,23
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Diagnosis dan Evaluasi
Diagnosis xerostomia dapat ditegakkan berdasarkan bukti yang diperoleh dari riwayat pasien, pemeriksaan pada rongga mulut dan sialometri yang merupakan
sebuah prosedur sederhana untuk mengukur laju aliran saliva. Xerostomia harus ditanggulangi jika pasien mengeluh mulut terasa kering terutama pada malam hari,
atau kesulitan makan makanan kering.
18
Pada pemeriksaan rongga mulut, indikator yang digunakan untuk menentukan terjadinya xerostomia dengan meletakkan spatel yang kering di mukosa bukal dan
spatel akan lengket di mukosa tersebut sewaktu diangkat.
18
Beberapa tes dan teknik dapat digunakan untuk memastikan fungsi kelenjar saliva seperti sialometri dan
sialographi. Pengukuran aliran saliva terdiri dari dua macam, yaitu whole saliva terstimulasi dan tanpa terstimulasi dan saliva individu. Pengukuran whole saliva
yang tanpa terstimulasi terdiri dari empat cara pengumpulan, antara lain :
24
1. Metode draining, yaitu dengan mengalirkan saliva keluar dari rongga mulut
ke dalam tabung. 2.
Metode spitting, yaitu dengan meludahkan saliva yang telah dikumpulkan setiap 60 detik selama 2-5 menit keluar dari dasar rongga mulut ke tabung.
3. Metode suction, yaitu dengan menyedotkan saliva yang ada didasar mulut
dengan suction tube. 4.
Metode swab, yaitu dengan menggunakan swab absorbent. Whole saliva
terstimulasi biasanya menggunakan asam atau permet karet. Pada metode saliva individu, pengukuran aliran saliva dilakukan dengan menggunakan
perangkat yang ditempatkan di atas kelenjar parotis atau submandibula dan saluran kelenjar sublingual.
24
Laju aliran saliva normal untuk tanpa terstimulasi atau pada waktu istirahat berkisar 0,3 hingga 0,5 mLmenit. Aliran saliva terstimulasi antara 1 sampai 2
mLmenit.
18
Nilai aliran saliva kurang dari 0,2 mLmenit biasanya dianggap xerostomia.
24,25
Universitas Sumatera Utara
2.3 Hubungan Radioterapi Daerah Kepala dan Leher Terhadap Xerostomia