37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah
Leea aequata L., suku Leeaceae. Hasil Identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 52.
4.2 Hasil Karakteristik Simplisia 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun titanus yaitu berwarna hijau tua pada bagian belakang dan hijau kekuning kuningan pada bagian depan,
berbentuk lonjong, tepi daun bergerigi, ujung daun meruncing, berasa pahit, bau khas. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 59.
4.2.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk daun titanus memperlihatkan adanya stomata tipe parasitik, kristal kalsium oxalat bentuk jarum, rambut
kelenjar dan rambut penutup Malinda, 2015. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 80.
4.2.3 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia
Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun titanus dapat dilihat pada Tabel 4.1
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun titanus
No Parameter
Hasil MMI
1 Kadar air
4 -
2 Kadar sari larut air
8,11 -
3 Kadar sari larut etanol
9,61 -
4 Kadar abu total
7,58 -
5 Kadar abu tidak larut asam
0,65 -
Keterangan : - : tidak ada Malinda, 2015.
Syarat kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam asam pada umumnya untuk masing-masing
simplisia tidak sama. Pada pemeriksaan ini, karakterisasi simplisia belum tertera didalam Materia Medika Indonesia MMI. Hasil penetapan kadar air dari
simplisia daun titanus yaitu 4 yang menunjukkan bahwa kadar air simplisia memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi dari 10 Depkes RI, 1995.
Kadar sari larut air simplisia daun titanus 8,11 dan kadar sari larut etanol simplisia daun titanus 9,61. Penetapan kadar abu pada simplisia daun titanus
menunjukkan kadar abu total sebesar 7,58 dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,65.
4.3 Hasil Ekstraksi
Hasil ekstraksi 500 g serbuk simplisia dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96, bertujuan untuk mengekstraksi senyawa yang terdapat pada
Universitas Sumatera Utara
39
simplisia daun titanus, baik bersifat polar maupun non polar, diperoleh ekstrak etanol daun titanus sebanyak 67 g.
4.4 Hasil Skrining Fitokimia
Penentuan golongan senyawa kimia simplisia dan ekstrak etanol daun titanus untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang
ada didalamnya. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol
dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun
titanus No
Parameter Serbuk simplisa
Ekstrak
1 Alkaloida
+ +
2 Flavonoid
+ +
3 Glikosida
+ +
4 Glikosida antrakinon
- -
5 Saponin
+ +
6 Tanin
+ +
7 SteroidTriterpenoid
+ +
Keterangan: +: mengandung golongan senyawa;
- : tidak mengandung golongan senyawa Malinda, 2015.
Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak etanol memberikan hasil yang positif terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan
steroidtriterpenoid.
Universitas Sumatera Utara
40
4.5 Hasil Pengujian Kontraksi Seri Konsentrasi Asetilkolin Klorida Terhadap Otot Polos Ileum
Kontraksi yang dipicu oleh asetilkolin klorida dapat diamati melalui pengamatan terhadap perubahan respon kontraksi otot polos ileum terisolasi
terhadap penambahan seri konsentrasi asetilkolin klorida 10
-8
– 3x10
-3
M pada organ ileum. Persentase kontraksi maksimal otot polos ileum diperoleh pada
konsentrasi asetilkolin klorida adalah 3 x 10
-3
M dan konsentrasi submaksimal pada konsentrasi asetilkolin 1,889 x 10
-4
M bertingkat dengan asetilkolin dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi submaksimal atau Effective
Concentration EC
80
asetilkolin klorida.
Gambar 4.3 Grafik konsentrasi otot polos organ ileum terisolasi yang
dikontraksi dengan pemberian seri konsentrasi asetilkolin - 8,0=10
-8
; -7,5=3x10
-8
; -7,0=10
-7
; -6,5=3x10
-7
; -6,0=10
-6
; - 5,5=3x10
-6
; -5,0=10
-5
; -4,5=3x10
-5
; -4,0=10
-4
; -3,5=3x10
-4
; - 3,0=10
-3
; -2,5=3x10
-3
M. Data yang disajikan adalah nilai rata- rata ± SEM, n=3.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
-8 -7,5
-7 -6,5
-6 -5,5
-5 -4,5
-4 -3,5
-3 -2,5
-2
K on
tr ak
si
Log Konsentrasi M
Effective concentration 80
ACH
EC
80
Universitas Sumatera Utara
41
Asetilkolin merupakan agonis kolinergik yang berarti obat yang memacu atau meningkatkan aktivitas syaraf kolinergik. Asetilkolin akan berinteraksi
dengan reseptor asetilkolin muskarinik pada sel organ efektor syaraf kolinergik misalnya sel perietal lambung, otot jantung, dan otot polos saluran pencernaan.
Pada ileum, asetilkolin akan berinteraksi dengan reseptor muskarinik yang akan menimbulkan peningkatan motilitas otot polos Nugroho, 2012. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan teori yang diperoleh Gambar 4.3, dengan adanya peningkatan konsentrasi asetilkolin, maka motilitas usus akan meningkat
4.6 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Titanus EEDT Pada Kontraksi Otot Polos Ileum Melalui Induksi Asetilkolin Klorida
Pengujian efek relaksasi ekstrak etanol daun titanus EEDT terhadap otot
polos ileum terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos ileum
dengan asetilkolin 1,889 x10
-4
M, dilanjutkan dengan pemberian seri konsentrasi ekstrak 0,5 – 4 mgml. Efek relaksasi ekstrak diamati melalui pengamatan
terhadap perubahan efek relaksasi ekstrak pada organ ileum. Pemberian seri konsentrasi ekstrak etanol daun titanus EEDT menghasilkan efek relaksasi
terhadap kontraksi yang diinduksi oleh asetilkolin klorida 1,889 x10
-4
M Gambar 4.4.
Korelasi yang terjadi pada persentase efek relaksasi dengan konsentrasi ekstrak etanol daun titanus EEDT merupakan korelasi positif dengan nilai
korelasi 0,891 korelasinya mendekati 1 dan nilai R Square R
2
0,794. Ini dapat dinyatakan bahwa sebanyak 79,4 peningkatan persentase efek relaksasi
dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi ekstrak. Berdasarkan hal tersebut maka
Universitas Sumatera Utara
42
persentase efek relaksasi ekstrak pada otot polos ileum meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi.
Gambar 4.4 Grafik relaksasi setelah pemberian seri konsentrasi ekstrak etanol daun titanus
-3=0.5; 0=1; 0.17=1.5; 0.3=2; 0.39=2.5; 0.47=3; 0.54=3.5; 0.6=4
mgml pada otot polos ileum terisolasi yang dikontraksi dengan asetilkolin 1,889x10
-4
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n=6.
4.7 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Atropin Sulfat pada Kontraksi Otot Polos Ileum Melalui Induksi Asetilkolin Klorida
Pengujian efek relaksasi atropin sulfat terhadap otot polos ileum terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos ileum dengan asetilkolin
1,889x10
-4
M, dilanjutkan dengan pemberian seri konsentrasi atropin sulfat 6,95x10
-6
– 2,08x10
-2
mgml. Pemberian seri konsentrasi atropine sulfat menghasilkan efek relaksasi terhadap kontraksi yang diinduksi
oleh asetilkolin 1,889 x10
-4
M Gambar 4.5.
20 40
60 80
100 120
140
-0,30 -0,20
-0,10 0,00
0,10 0,20
0,30 0,40
0,50 0,60
R el
ak sas
i
Log Konsentrasi mgml
EEDT
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 4.5 Grafik relaksasi setelah pemberian seri konsentrasi atropin sulfat
-5.2=6.95x10
-6
; -4.7=2.08x10
-5
; -4.2=6.95x10
-5
; -3.7=2.08x10
-4
; - 3.2=6.95x10
-4
; -2.7=2.08x10
-3
; -2.2=6.95x10
-3
; -1.7 = 2.08 x 10
- 2
mgml pada otot polos ileum terisolasi yang dikontraksi dengan asetilkolin 1,889x10
-4
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n=6.
Efek relaksasi atropin sulfat diamati melalui pengamatan terhadap perubahan relaksasi pada pemberian seri konsentrasi atropin sulfat 6,95x10
-6
– 2,08x10
-2
mgml pada organ ileum. Pada Gambar 4.5 pemberian seri konsentrasi atropin sulfat menghasilkan efek relaksasi terhadap kontraksi yang di induksi oleh
asetilkolin 1,889x10
-5
M. Persentase efek relaksasi atropin sulfat pada otot polos ileum meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi.
Atropin berkhasiat sebagai antikolinergis kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek muskarin asetilkolin. Juga digunakan sebagai spasmolitikum
pada kejang-kejang disaluran lambung-usus dan urogenital, sebagai zat penawar
20 40
60 80
100 120
140
-5,2 -4,7
-4,2 -3,7
-3,2 -2,7
-2,2 -1,7
R el
ak sas
i
Log konsentrasi mgml
Atropin sulfat
Universitas Sumatera Utara
44
antidotum keracunan asetilkolin dan kolinergika lain Tjay dan Kirana, 2007. Kerja muskarinik asetilkolin dan semua obat golongan ini diblok secara selektif
oleh atropine, terutama melalui pendudukan tempat reseptor muskarinik secara kompetitif Goodman dan Gilman, 2002.
4.8 Perbandingan Relaksasi Atropin Sulfat dan EEDT pada Kontraksi Otot Polos Ileum Melalui Induksi Asetilkolin Klorida
Pengujian efek relaksasi atropin sulfat dan EEDT terhadap otot polos ileum terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos ileum dengan
asetilkolin klorida 1,889 x 10
-4
M, dilanjutkan dengan pemberian seri konsentrasi masing masing atropin sulfat dan EEDT. Persentase efek relaksasi atropin sulfat
dan EEDT kemudian dibandingkan kemampuannya dalam merelaksasikan otot polos ileum terisolasi. Perbandingan ini kemudian dilakukan uji statistik bertujuan
untuk melihat apakah ada perbedaan kemampuan atropin sulfat dan EEDT dalam merelaksasikan otot polos ileum terisolasi.
Dari grafik perbandingan relaksasi atropin dan EEDT dapat dilihat bahwa korelasi antara peningkatan dosis dan relaksasi yang dihasilkan sama saa
korelasi positif. Artinya peningkatan relaksasi berbanding lurus dengan peningkatan dosis yang diberikan, ini dapat dilihat dari grafik perbandingan
relaksasi dari EEDT dan atropin sulfat dapat dilihat di Gambar 4.6.
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 4.6 Grafik relaksasi setelah pemberian seri konsentrasi
A atropin sulfat 1=6.95x10
-6
; 2=2.08x10
-5
; 3=6.95x10
-5
; 4=2.08 x10
-4
; 5=6.95x10
-4
; 6=2.08x10
-3
; 7=6.95x10
-3
; 8=2.08x10
2
mgml
dan B ekstrak etanol daun Titanus EEDT 1=0,5; 2=1; 3=1,5;
4=2; 5=2,5; 6=3; 7=3,5; 8=4 mgml pada otot polos ileum terisolasi yang dikontraksi dengan asetilkolin 1,889 x 10
-4
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n = 6.
Salah satu tujuan penelitian ini adalah membandingkan konsentrasi tertentu atropin dan EEDT dalam merelaksasikan otot polos ileum marmut
terisolasi. Pada Gambar 4.7 dapat dilihat perbandingan efek relaksasi antara atropin sulfat pada konsentrasi 6.95x10
-3
mgml 113,9796±4,5825 dengan EEDT
pada pemberian ekstrak 2,5 mgml 105,4203±2,9151 terhadap kontraksi ileum yang diinduksi dengan asetilkolin klorida. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
perbedaan persentase relaksasi antara atropin sulfat pada konsentrasi 6.95x10
-3
mgml 113,9796±4,5825 dengan EEDT pada pemberian ekstrak 2,5 mgml
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130
1 2
3 4
5 6
7 8
R el
ak sas
i
Konsentrasi mgml
Atropin EEDT
B
Universitas Sumatera Utara
46
105,4203±2,9151 keduanya tidak berbeda signifikan p 0,05
Gambar 4.7 Nilai relaksasi pemberian ekstrak etanol daun titanus konsentrasi
2,5 mgml dan atropin sulfat 6,95 x 10
-3
mgml setelah dikontraksi dengan asetilkolin 1,889 x 10
-4
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n = 6.
Mekanisme kerja atropin sulfat dalam merelaksasikan otot polos ileum terisolasi adalah secara selektif menghambat reseptor muskarinik pada otot polos.
Hambatan yang dihasilkan oleh atropin bersifat reversible. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap
asetilkolin eksogen Zunilda, 2007. Mekanisme kerja EEDT dalam merelaksasikan otot polos ileum terisolasi
belum dapat diketahui secara pasti. Adanya kemampuan efek relaksasi dari EEDT ini mungkin karena adanya metabolit sekunder yang berperan. Malinda 2015
melaporkan bahwa metabolit sekunder dari Leea aequata L. yaitu alkaloid,
10 30
50 70
90 110
130
EEDT 2,5 mgml Atropin Sulfat 6,95x10-3
mgml
r el
ak as
as i
Konsentrasi
EEDT 2,5 mgml Atropin Sulfat 6,95x10-3
mgml
Universitas Sumatera Utara
47
glikosida, steroidterpenoid, flavonoid dan tannin. Raihan, dkk., 2011 melaporkan bahwa Leea indica yang memiliki family yang sama dengan Leea
aequata L. yaitu Leaecea memiliki efek sedative yang kuat pada tikus dan menurut Rahman, dkk., 2012 Leea indica memiliki metabolit sekunder yang
sama dengan Leea aequata L. Tarannita 2013 menduga bahwa alkaloid dapat merelaksasikan usus
halus melalui antagonis reseptor M
3
. Reseptor M
3
merupakan reseptor yang sebarannya paling banyak dalam otot polos usus halus. Torres-Piedra, et all.,
2011 melaporkan bahwa tumbuhan tradisional yang kaya flavonoid dan gugus fenol dapat digunakan sebagai vasorelaksasi. Selain alkaloid dan flavonoid, Khan
dan gilani 2008 mengemukakan bahwa tannin dan sterol berperan dalam menurunkan tekanan darah dan relaksasi pada otot jantung yang terisolasi.
Belum diketahui secara pasti bagaimana ekstrak etanol daun titanus ini. Ada banyak jalur untuk dapat merelaksikan otot polos ileum. Penelitian ini hanya
bertujuan untuk melihat apakah ektrak etanol daun titanus dapat merelaksasikan
ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh asetilkolin.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian efek relaksasi ekstrak etanol daun titanus Leea aequata L. terhadap kontraksi otot polos ileum marmut Cavia cobaya terisolasi
secara in vitro, maka dapat disimpulkan :
a.
Ekstrak etanol daun titanus Leea aequata L. memiliki efek relaksasi terhadap kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi
oleh asetilkolin klorida.
b.
Ekstrak etanol daun titanus Leea aequata L. konsentrasi 2,5mgml kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan atropin sulfat 6,95x10
- 3
mgml dalam menurunkan kontraksi otot polos ileum marmut terisolasi yang diinduksi oleh asetilkolin klorida 1,889x10
-4
M p 0,05.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk melakukan : a.
Pengujian efek relaksasi ekstrak etanol daun titanus terhadap organ terisolasi lain seperti trakea, jantung dan otot rangka serta pengujian secara
in vivo. b.
Pengujian lebih lanjut tentang mekanisme efek ekstrak dalam merelaksasikan otot polos ileum marmut terisolasi.
Universitas Sumatera Utara