xlvii assesment autentik yaitu dengan menyesuaikan prosedur-prosedur evaluasi
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Sugiyanto, 2009:165. Disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki
kegiatan yang diperkirakan dapat mengembangkan kesenangan kegiatan belajar, karena bagi hampir semua siswa model belajar aktif tidak
membosankan. Selain itu, dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, siswa dibiasakan menentukan langkahnya sendiri untuk mencapai
tujuan belajar sebagai pelatihan belajar mandiri Haris Mudjiman, 2006:58. Jadi pembelajaran berbasis masalah memiliki proses yang runtut dan
lengkap yang mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya
kelompok-kelompok kecil
untuk mengidentifikasi
masalah, merumuskan hipotesis, dan menyelesaikan masalah bersama anggota
kelompoknya untuk menghasilkan suatu produk belajar.
e. Perbedaan Model Konvensional dan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah PBM
Prayitno 2006:129 mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif,
kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Di samping itu, guru sebagai fasilitator dengan sikap demokratis terhadap pemecahan
masalah yang dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya. Guru haruslah berwawasan lebih luas sehingga tidak hanya transfer of knowledge seperti
dalam pembelajaran konvensional. Anisyukurillah 2008:122 menambahkan bahwa model pembelajaran
berbasis masalah berbeda dengan model konvensional. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dihadapkan pada masalah dunia nyata dengan harapan
siswa mampu menstimulus untuk belajar. Sementara dalam model konvensional traditional teaching method siswa bergantung kepada pengajar
dilengkapi dengan tugas-tugas, baik dilakukan sendiri maupun kelompok serta diakhiri dengan ujian.
xlviii Perbedaan antara model konvensional dan model pembelajaran
berbasis masalah dapat dilihat pada keunggulan dan kelemahan dari masing- masing model pada tabel berikut.
Tabel 2. Perbedaan Model Konvensional dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Konvensional Pembelajaran Berbasis Masalah
Keunggulan 1. Dapat menampung kelas
besar, tiap
murid mempunyai
kesempatan yang
sama untuk
mendengarkan, dan biaya menjadi relatif murah.
2. Bahan pelajaran dapat
diberikan secara
lebih runtut oleh guru.
3. Guru
dapat memberi
tekanan terhadap hal-hal yang
penting, hingga
waktu dan energi dapat digunakan
sebaik mungkin.
4. Isi
silabus dapat
diselesaikan dengan lebih mudah.
5. Kekurangan alat mengajar
tidak menjadi penghambat jalannya
pembelajaran Purwoto, 2000:73.
1. Menjadi teknik yang cukup
bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Dapat menantang kemampuan
siswa serta
memberikan kepuasan
untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa. 3.
Membantu siswa
untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran
yang mereka lakukan.
4. Dianggap lebih menyenangkan
dan disukai siswa. 5.
Dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan
kemampuan mereka
untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata. 7.
Dapat mengembangkan minat
xlix siswa
untuk terus
menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal
Wina Sanjaya, 2007:218.
Kelemahan 1. Pelajaran
jadi membosankan dan murid
pasif. 2.
Murid tidak
mampu menguasai
bahan yang
diajarkan. 3.
Pengetahuan yang
diperoleh lebih
cepat terlupakan.
4. Ceramah
menyebabkan murid menjadi ”belajar
menghafal” Purwoto,
2000:73 1.
Jika siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai
kepercayaan bahwa
masalah yang
dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mecoba. 2.
Keberhasilan strategi
pembelajaran melalui metode pembelajaran berbasis masalah
membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
Siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari jika siswa
tidak memahami mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari Wina Sanjaya, 2007:218.
3. Hakikat Tingkat Inteligensi Siswa