PENERAPAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X E SMA NEGERI 1 JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN AJARAN 2009 2010

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

PENERAPAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-E SMA NEGERI 1

JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Fachrurr Roza X 1206056

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENERAPAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-E SMA NEGERI 1

JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

Muhammad Fachrurr Roza X 1206056

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I,

Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. NIP 19620728 199003 1 002

Pembimbing II,

Drs. Purwadi.


(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Dra. Raheni Suhita, M.Hum. 1………

Sekretaris : Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum. 2……….

Anggota I : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. 3……….

Anggota II : Drs. Purwadi. 4………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 19600727 198702 1 001


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Muhammad Fachrurr Roza. X 1206056. PENERAPAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-E SMA NEGERI 1 JOGOROGO TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi . Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi melalui penerapan media gambar karikatur pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo; dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis argumentasi melalui penerapan media gambar karikatur pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo. Bentuk Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo dengan jumlah siswa 38 siswa (17 siswa putra dan 21 siswa putri) serta guru Bahasa Indonesia kelas X-E. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis kritis. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus yang meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran menulis argumentasi baik kualitas proses maupun hasil melalui penerapan media gambar karikatur. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis argumentasi melalui penerapan media gambar karikatur dapat disimpulkan sebagai berikut Pada siklus I, persentase keaktifan siswa mencapai 55%. Pada siklus II, siswa yang aktif mencapai 68% sedangkan pada siklus III mencapai 74%. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran dapat dilihat dari nilai rata-rata karangan siswa. Pada siklus I 62,87 ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 42% (16 siswa). Pada siklus II 67,05 ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 66% (25 siswa) dan pada siklus III 73,60 ketuntasan hasil belajar sebesar 92% (35 siswa) telah mencapai batas nilai ketuntasan yang ditetapkan, yaitu 65. Sejumlah 3 siswa belum mencapai KKM.


(6)

commit to user

vi

MOTTO

“Allah akan memberi kemudahan bagi seseorang yang memberi kemudahan bagi orang lain”


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur, dan terima kasihku kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Mintarto dan Ibu Anjar Rokhana atas dukungan, kasih sayang, doa yang tak akan pernah putus;

2. Adik-adikku tersayang Sofia, Ardi, Nanda yang selalu memberiku kecerian;

3. Sahabatku (Afni, Anas, Anis, Asih, Eni, Sinta, Julian, Tanti , Robet, Siti, Dian, Wahyu) semoga persahabatan kita tak cukup hanya di bangku kuliah.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah mengesahkan skripsi yang telah peneliti susun;

2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pembimbing Akademik, dan selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama menyusun skripsi serta izin untuk menyusun skripsi ini;

4. Drs. Purwadi., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus memberikan ilmunya kepada peneliti;

6. Drs. Santoso, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Jogorogo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan PTK di SMA Negeri 1 Jogorogo;

7. Ibu Umi Khafifah, S. Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X-E yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian ini;


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

8. Siswa-siswi kelas X E SMA Negeri 1 Jogorogo yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini;

9. Mahasiswa Bastind angkatan 2006 yang telah memberi semangat dan motivasi dalam proses penelitian ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan imbalan dari ALLAH SWT. Harapan penulis, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan ilmu pengetahuan terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Surakarta, Juli 2010


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Indikator Keberhasilan ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 9

1. Hakikat Keterampilan Menulis ... 9

a. Pengertian Menulis ... 9

b. Tahap-tahap Menulis ... 10

c. Asas-asas Menulis... 12

d. Jenis-jenis Tulisan... 14

2. Hakikat Menulis Argumentasi ... 16

a. Pengertian Argumentasi... 16

b. Dasar Penulisan Argumentasi ... 17


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi SMA.... 20

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 20

b. Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 22

c. Penilaian Keterampilan Menulis Argumentasi ... 24

4. Penilaian Proses Belajar Mengajar ... 28

a. Hakikat Penilaian Proses Belajar Mengajar... 28

b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar Mengajar . 29 5. Hakikat Media Pembelajaran ... 33

a. Pengertian Media ... 33

b. Fungsi dan Manfaat Media ... 34

c. Jenis-Jenis Media dalam Pembelajaran ... 35

d. Pemilihan Media Pembelajaran ... 36

6. Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran ... 36

a. Pengertian Media Gambar ... 36

b. Manfaat Media Gambar ... 37

c. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar ... 38

d. Syarat Gambar sebagai Media Pembelajaran ... 39

e. Gambar Karikatur ... 40

B. Penelitian yang Relevan... 41

C. Kerangka Berpikir... 42

D. Hipotesis Tindakan... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Subjek Penelitian... 46

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 46

D. Sumber Data Penelitian... 48

E. Teknik Pengumpulan Data... 49

F. Uji Validitas Data... 50

G. Teknik Analisis Data... 51

H. Prosedur Penelitian... 51


(12)

commit to user

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Survei Awal... 56

2. Deskripsi Siklus I ... 60

3. Deskripsi Siklus II... 69

4. Deskripsi Siklus III ... 77

5. Deskripsi Antarsiklus ... 86

B. Pembahasan... 87

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 96

B. Implikasi... 97

C. Saran... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 2: Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 48


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi Survei Awal .... 4 Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian ... 7 Tabel 3. Model Penilaian Menulis Argumentasi dengan Skala Interval .... 26 Tabel 4. Penilaian Proses Kegiatan Menulis Argumentasi ... 32 Tabel 5. Rincian Kegiatan, Waktu, dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 46 Tabel 6. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Survei Awal ... 59 Tabel 7. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi

Siklus I... 63 Tabel 8. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus I... 67 Tabel 9. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi

Siklus II ... 72 Tabel 10. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus II ... 76 Tabel 11. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi

Siklus III ... 81 Tabel 12. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus III ... 84 Tabel 13. Hasil Tindakan Ditinjau dari Indikator Ketercapaian PTK... 86 Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Menulis Argumentasi dari Siklus ke Siklus ... 95


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Silabus Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 105

2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Survei Awal ... 106

3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Survei Awal ... 109

4. Catatan Lapangan Hasil Observasi Awal ... 114

5. Hasil Pekerjaan Siswa pada saat Pretes ... 117

6. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Survei Awal ... 120

7. Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Survei Awal... 121

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ... 122

9. Catatan Lapangan Siklus I ... 130

10. Contoh Gambar Karikatur dan Pengembangan dalam wacana Argumentasi Siklus I ... 133

11. Materi Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ... 135

12. Gambar Karikatur Siklus I ... 137

13. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ... 138

14. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I... 141

15. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus I ... 143

16. Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ... 145

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II... 146

18. Catatan Lapangan Menulis Argumentasi Siklus II ... 154

19. Gambar Karikatur Siklus II... 157

20. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ... 158

21. Keaktifan Siswa dalam Menulis Argumentasi Siklus II ... 161

22. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siswa Siklus II ... 163

23. Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II ... 165

24. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus III ... 166

25. Catatan Lapangan Menulis Argumentasi Siklus III... 174

26. Gambar Karikatur Siklus III ... 177


(16)

commit to user

xvi

28. Keaktifan Siswa dalam Menulis Argumentasi Siklus III... 181

29. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus III ... 183

30. Rekapitulasi Nilai Menulis Argumentasi dari Siklus ke Siklus... 185

31. Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus III... 186

32. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pascatindakan ... 187


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari empat aspek yang terlibat dalam keterampilan berbahasa. Empat aspek tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pengajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tentunya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang cukup kompleks adalah menulis. Pernyataan ini dikuatkan oleh pendapat salah seorang tokoh, yaitu Farris (2008: 1) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari dan diajarkan. Keterampilan menulis diajarkan di sekolah mulai dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas / kejuruan (SMA/SMK) dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan baik. Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran menulis di sekolah masih banyak mengalami hambatan dan belum dapat dilaksanakan secara efektif.

Menulis merupakan tingkat keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis sebagai sebuah kompetensi linguistik verbal membutuhkan dukungan keterampilan berbahasa lainnya, seperti berbicara, menyimak, dan membaca. Menulis merupakan proses menuangkan ide, pendapat, dan pikiran untuk disampaikan kepada orang lain. Pendapat yang diungkapkan The Liang Gie (2002: 7) dinyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Tujuan pembelajaran keterampilan menulis yang diharapkan adalah agar peserta didik mampu mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara sistematis dan tertulis serta memiliki kegemaran menulis.


(18)

commit to user

Keterampilan menulis dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan kreativitas peserta didik dan sarana peningkatan kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa, khususnya bahasa tulis sebagai sarana komunikasi.

Yant Mujianto, dkk. (2000: 70) mengemukakan bahwa secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis, yaitu siswa mampu menuangkan ide, gagasan/pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi. Melalui pembelajaran menulis diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan. Siswa juga cermat untuk membuat argumen, dan kemampuan untuk menuangkan ide dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Siswa juga harus mampu menyusun dan menghubungkan antara kalimat satu dengan yang lain sehingga menjadi karangan utuh. Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.

Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan latihan, seperti pendapat Enang Rokajat Asura (2005: 8) mengatakan “keterampilan menulis didapat dari sebuah latihan, bukan pemberian alam”. Alam memang telah memberi talenta, tetapi talenta saja tidak akan menjadi apa-apa tanpa melalui proses latihan. Sebagai sebuah konsekuensi dan keterampilan yang ingin disampaikan, tidak akan mungkin seseorang akan mampu menulis tanpa ia mempraktikkan keterampilan itu. Perlu mendapatkan penekanan bahwasanya pembelajaran menulis bukan hanya penyampaian teori tanpa mempraktikkannya. Hendaknya ada sinergi yang nyata antara teori dan praktik sehingga ruh dalam pembelajaran menulis akan tampak ketika dilaksanakan melalui latihan-latihan yang terstruktur. Syamsi (dalam Pangesti Wiedarti, 2005: 134) menyatakan bahwa keprihatinan pembelajaran menulis disebabkan pembelajaran bahasa Indonesia masih sering diberikan secara teoretis yang mengakibatkan keterampilan bahasa siswa kurang.

Sehubungan dengan pernyataan di atas, pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan peningkatan


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dari jenjang sebelumnya. Siswa diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar dari keterampilan menulis untuk menjadi bekal ke jenjang yang lebih tinggi.

Keterampilan menulis di SMA Negeri 1 Jogorogo Ngawi berdasar data lapangan yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru, siswa kelas X-E dan hasil tes survei awal ditemukan masalah yaitu rendahnya kemampuan menulis argumentasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara survei awal Peneliti dengan guru (Ibu Umi Khafifah,S.Pd) guru kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo, rendahnya keterampilan menulis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa kurang berminat pada pembelajaran keterampilan menulis. Sebagian besar siswa mengeluh ketika diberi tugas menulis, mereka mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat, kurang menguasai kosa kata, dan kurang mampu mengembangkan ide. Kesulitan tersebut menyebabkan mereka tidak mampu menyampaikan pikiran dan gagasan dengan baik sehingga siswa menjadi enggan untuk menulis, (2) guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis. Guru mengeluh bahwa konsentrasi sebagian besar siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung tidak terfokus pada pelajaran. Pada umumnya, siswa deretan paling depan yang memerhatikan penjelasan guru, sedangkan siswa yang duduk di deretan tengah dan belakang lebih banyak melakukan aktivitas lain selain memerhatikan materi yang disampaikan guru. Seperti siswa berbicara dengan teman sebangku, siswa tertidur dalam kelas saat pembelajaran bahkan siswa ada yang asyik main Hp (handphone), (3) guru mengalami kesulitan untuk menemukan alternatif metode dan media pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa selain buku teks Bahasa Indonesia dan LKS yang biasa digunakan.

Berdasar hasil tes survei awal pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo rendahnya kemampuan menulis argumentasi teridentifikasi dari nilai rata-rata menulis argumentasi yakni 58,97 (sumber dari nilai menulis Argumentasi siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo) hanya 10 siswa (26,31%) yang tuntas, sedangkan 28 siswa (73,68%) belum mencapai ketuntasan belajar dari 38 siswa


(20)

commit to user

(standar ketuntasan belajar minimal mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah 65). Data tersebut dapat dirinci pada tabel berikut.

Rentangan nilai 40-75

Tabel 1. Skala Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi Survei Awal

No. Skala Frekuensi

1. 40 – 45 4

2. 46 – 50 2

3. 51 – 55 7

4. 56 – 60 6

5. 61 – 65 9

6. 66 – 70 7

7. 71 – 75 3

Jumlah 38

Rendahnya keterampilan menulis argumentasi siswa diindikasikan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengorganisasikan ide dengan baik, pengembangan kerangka karangan, dan penyusunan kalimat serta kosakata yang digunakan masih terbatas. Mereka masih belum memahami penggunaan ejaan yang benar. Selain itu, masalah rendahnya keterampilan menulis argumentasi siswa juga dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya: (1) kurangnya media yang digunakan, (2) siswa masih kurang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sarana menuangkan ide, gagasan, atau pendapat mereka, (3) masih digunakannya model pembelajaran yang konvensional (ceramah), dan (4) siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi sebuah tulisan.

Berdasar pada proses pembelajaran menunjukkan kualitas yang rendah. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada saat survei awal terungkap bahwa siswa menunjukkan sikap kurang peduli pada saat berlangsungnya pembelajaran menulis. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memerhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang sibuk beraktivitas sendiri, seperti mengobrol dengan teman.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Berdasarkan hasil pantauan peneliti saat pembelajaran menulis argumentasi hanya ada 5 siswa saja (13,16%) yang mau bertanya saat pembelajaran berlangsung.

Merefleksi fenomena di atas dan upaya mengatasi masalah pembelajaran menulis peneliti dan guru berkolaborasi menetapkan untuk menerapkan media gambar karikatur pada kegiatan pengajaran keterampilan menulis dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun alasan pemilihan media tersebut sebagai berikut. Melalui gambar karikatur siswa akan menemukan poin-poin penting karena dalam karikatur tersirat permasalahan, beserta pernyataan yang bersifat menegaskan pembacanya serta dari gambar karikatur siswa juga menangkap pesan-pesan moral yang bersifat mendidik serta relevan dengan kondisi di sekitar siswa. Hal ini akan memberi dampak yang baik bagi kepekaan menulis siswa.

Pada umumnya karikatur diartikan sebagai gambar sindiran yang bersifat sinis atau sarkasme yang berbentuk humor sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial; politik, ekonomi dan kebudayaan. Dalam hal ini, gambar karikatur berfungsi untuk merangsang minat belajar siswa untuk menuangkan ide, gagasanya dalam menulis argumentasi. Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti berusaha mengkaji masalah dengan judul penelitian “Penerapan Media Gambar Karikatur Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Pada Siswa Kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah:

1. Apakah media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo?

2. Apakah media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo?


(22)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membuktikan:

1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo dengan media gambar karikatur.

2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA Negeri 1 Jogorogo dengan media gambar karikatur.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Indikator Ketercapaian Tujuan

Peneliti dan guru menentukan indikator ketercapaian dengan memperhatikan kondisi/setting kelas X-E SMAN 1 Jogorogo sesuai dengan fakta yang ada yaitu tingkat kemampuan siswa dalam mengembangkan tulisan menjadi wacana argumentasi. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan penelitian di atas, dapat dilihat pada indikator keberhasilan peneliti sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian

Aspek yang Diukur

Persentase Target Capaian Siklus Akhir

Cara Mengukur

Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis

argumentasi 70%

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan keaktifan dalam pembelajaran.

Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke

dalam tulisan argumentasi 75%

Diamati dari hasil kerja siswa berupa tulisan argumentasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu menulis argumentasi dengan baik.

Ketuntasan hasil belajar (keterampilan menulis argumentasi siswa dengan menyusun kalimat yang runtut,memerhatikan aspek menulis meliputi isi, organisasi, kosakata, pengebahasaan, mekanik)

75%

Diamati dari hasil kerja siswa berupa tulisan argumentasi dan dihitung dari jumlah siswa yang memeroleh nilai menulis argumentasi yang mencapai standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 65.

Diadopsi dari Enco Mulyasa (2006:209)


(24)

commit to user

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dipakai untuk: 1. Manfaat Teoretis

a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan menulis argumentasi. b. Sebagai acuan pembelajaran keterampilan menulis dengan dengan model

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Memberikan kemudahan bagi siswa dalam menemukan ide tulisan; 2) Menyajikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa; 3) Meningkatkan kemampuan menulis argumentasi siswa.

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi kendala pembelajaran keterampilan menulis argumentasi;

2) Menjadi sarana bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis argumentasi lebih kreatif dan inovatif.

c. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi menulis; 2) Kualitas hasil pembelajaran meningkat, terutama hasil pembelajaran


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Keterampilan Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan komponen keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikapnya. Kemampuan mengekpresikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti puisi, artikel, maupun ke bentuk karangan. Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif, produktif, dan kreatif Yant Mujianto, dkk. (2000: 64). Menulis dikatakan bukanlah hal yang sulit apabila menulis hanya diartikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui lambang-lambang grafis tanpa memerhatikan unsur penulisan dan unsur di luar penulisan seperti membaca. Sementara itu, sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis bukan hal yang mudah sebab di perlukan banyak bekal bagi seorang untuk terampil menulis. Burhan Nurgiyantoro (2001: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Burhan sangat sederhana. Menurutnya, menulis tidak lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca.

Berbeda dari kedua pakar di atas, Tarigan (2008: 3), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh anak. Dengan menulis berarti seorang anak sedang bergumul dengan proses kreatif sehingga kreativitas anak semakin meningkat. Ketika ia menulis, berarti anak menciptakan sesuatu, yang juga berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, sampai akhirnya menemukan pemecahan. Ketika proses kreatif tersebut semakin dilatih, anak akan semakin mudah untuk mengalihkan keahliannya kepada bidang lain yang juga membutuhkan solusi kreatif.


(26)

commit to user

The Liang Gie (2002: 3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Menurut Hernowo (2002: 215) berpendapat bahwa menulis merupakan aktivitas intelektual praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan amat berguna untuk mengukur sudah seberapa tinggi pertumbuhan ruhani seseorang. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa aktivitas menulis juga bermanfaat menyeimbangkan fungsi kerja kedua belah otak, baik otak kanan maupun otak kiri.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.

Berdasar pada pendapat di atas peneliti dapat menarik kesimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan melalui media bahasa tulis yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi antar keduanya demi tercapainya suatu tujuan. b. Tahap-tahap Menulis

Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Di dalamnya terdapat beberapa tahap - tahap penulisan, meliputi tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Nurudin (2007: 92), mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi:

1) Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi:


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

a) Menentukan Topik

Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan pengamatan.

b) Membatasi Topik

Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan. Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram, atau cara visualisasi yang lainnya.

c) Menentukan Tujuan Penulisan

Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan diberlakukan. d) Menentukan Bahan Penulisan

Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan.

e) Membuat Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan penulisan.

2) Tahap Penulisan

Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat.

3) Tahap Revisi

Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika sudah melalui revisi selesailah sebuah tulisan.


(28)

commit to user

S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk. 2000: 71) menjabarkan tahap-tahap yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu: (1) mencatat pokok tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3) memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelum menerbitkannya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis terbagi menjadi 3, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik. Di dalam penelitian ini, guru dan peneliti menerapkan teknik koreksi sendiri untuk menganalisis tulisan siswa. Siswa diminta menganalisis kesalahan penulisan yang mereka lakukan dan guru mengajarkan bagaimana cara membenahi tulisan mereka.

c. Asas-asas Menulis

The Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis yang disebut dengan asas menulis meliputi kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, penegasan.

1) Kejelasan (clarifty)

Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas. Tulisan harus mencari gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat di salahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Yamada (2002: 143) menyatakan bahwa tugas-tugas menulis yang meliputi teks-teks dengan topik sama yang telah dipilih akan mengurangi beban leksikal pembacanya.

2) Keringkasan (conciseness )

Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Sebagaimana halnya dengan asas yang pertama, asas menulis yang kedua tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata yang berlebihan untuk memeroleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas setting.

3) Ketepatan (correctness )

Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Untuk menepati asas ini, penulis harus memerhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman.

Seperti halnya dua asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya.

4) Kesatupaduan (unity)

Berdasarkan pada asas ini, segala hal yang disajikan dalam tulisan memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.

5) Pertautan (coherence)

Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu gagasan pokok, berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi.

6) Penegasan (emphasis)

Asas ini menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada


(30)

commit to user

tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memerhatikan asas ini.

d. Jenis-jenis Tulisan

Lauri S. Friedman, (2009: 1) ”Provides model essays on a current controversial issue guiding students in writing a five-paragraph essay, including persuasive, descriptive, expository and cause-and-effect essays”. Artinya: Ada lima pembelajaran menulis yang dihadapi siswa yaitu persuasif, deskriptif, eksposisi, dan sebab-akibat. Berbeda dengan Laminudin Finoza (2002: 188) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan cara penyajian dan tujuan umum yang tersirat di balik wacana tersebut, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.

a. Narasi

Menurut Nurudin (2007: 59) narasi merupakan bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Jenis tulisan ini dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan cerita nonfiktif (nyata). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif sering kali terdapat pada berita-berita di surat kabar. Tulisan jenis ini memiliki penanda, antara lain:

(1) berupa cerita tentang peristiwa dan pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian yang benar-benar terjadi dapat pula berupa imajinasi semata, (3) terdapat konflik yang dapat menarik pembaca, (4) memiliki nilai estetika, khususnya narasi fiktif; (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memuat dialog (Nurudin, 2007: 60)

b. Deskripsi

Deskripsi disebut juga pelukisan atau penggambaran. Hal itu disebabkan rincian tentang objek tulisan dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca seolah ikut mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman panca indera pembaca seperti penglihatan seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi adalah semacam


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca; seakan-akan pembaca melihat sendiri objek tersebut (Abdul Rani,dkk. 2006: 46).

c. Eksposisi

Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu (Masnur Muslich, 2007: 1). Eksposisi dipaparkan suatu kejadian atau masalah secara analitis, spasial, dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi tersebut. karangan ini berusaha menguraikan suatu objek yang mampu memperluas pengetahuan pembaca. d. Argumentasi

Gorys Keraf (2007: 3) berpendapat argumentasi merupakan tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen penulis. Tulisan ini dikembangkan dengan pola pemberian contoh-contoh, analogi, sebab-akibat, atau dengan pola deduktif dan induktif. Pemaparan tulisan berdasarkan cara bernalar atau berpikir yang logis sehingga pembaca dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh penulis secara objektif.

e. Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang (Laminudin Finoza, 2002: 199). Persuasi merupakan bentuk tulisan yang menyimpang dari argumentasi. Hal itu disebabkan dalam argumentasi terdapat usaha untuk membujuk dan meyakinkan pembaca didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang disajikan. Sementara itu, dalam persuasi usaha untuk mempengaruhi tersebut memanfaatkan aspek-aspek psikologis. Persuasi juga didasarkan pada kemampuan penulis untuk mengendalikan emosi pembaca dan mengarahkan mereka pada sasaran yang ingin dicapai penulis.


(32)

commit to user

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan tentang perbedaan kelima jenis tulisan tersebut. Tulisan narasi menekankan urutan peristiwa dari waktu ke waktu, deskripsi memberikan gambaran tentang objek tulisan dan berusaha menjadikan pembaca ikut merasakan penggambaran tersebut, eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi, argumentasi meyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu hal secara logis, sedangkan persuasi memengaruhi pembaca secara psikologis.

2. Hakikat Menulis Argumentasi

a. Pengertian Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pandangan orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 2007: 3). Melalui argumentasi penulis berusaha merangkai fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menyampaikan apakah suatu pendapat atau suatu hal itu benar atau tidak. Argumentasi berbeda dengan empat bentuk wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Bentuk wacana yang lain dapat juga dijumpai unsur-unsur pembuktian tetapi pembuktian dalam keempat wacana lain (eksposisi, persuasi, deskripsi, dan narasi) sangat berbeda dengan sifat pembuktian argumentasi. Dapat diuraikan secara singkat, bahwa tulisan argumentasi merupakan bentuk wacana tulis yang bertujuan mengubah pikiran, sikap, pandangan dan perasaan seseorang dengan memberikan pembuktian (Dadot, 2009:1).

Lakhsmi (2009: 1) menyatakan bahwa argumentasi adalah tulisan yang ditulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca, kebenaran fakta-fakta yang dipergunakan dapat menunjukan suatu peraturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas peneliti menarik kesimpulkan bahwa menulis argumentasi merupakan suatu bentuk menurunkan atau melukiskan lambang-lambang bahasa atau grafik untuk


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menuangkan ide ke dalam bahasa tulis secara jelas dan sistematis sebagai proses bernalar secara logis dan kritis untuk memberikan kebenaran guna meyakinkan, mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (pembaca).

b. Dasar Penulisan Argumentasi

Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah logika yang benar (Gorys Keraf, 2007: 101-102). Silogisme sering digunakan dalam mengungkapkan atau membentuk suatu paragraf argumentasi. Demikian juga kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi. Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:

1) Pembicaraan atau pengarang harus mengetahui sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengetahui prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubungkan fakta-fakta dan informasi tersebut.

2) Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Mempertimbangkan pendapat lawan adalah dengan tujuan untuk mengetahui apakah diantara fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga akan memperlemah pendapat lawan tadi. dan dapat juga terjadi bahwa fakta dan evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat lawanlah yang harus diterima.

3) Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya yang jelas. Ia juga harus mengemukakan pola konsep-konsep dan istilah yang tepat.

4) Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya.


(34)

commit to user

5) Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya.

c. Mengemukakan Argumen

Sebagai bentuk tulisan yang paling umum digarap, argumentasi selalu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tubuh argumentasi, dan kesimpulan (Gorys Keraf, 2007: 104 ).

1) Pendahuluan

Pendahuluan berfungsi menarik perhatian pembaca dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan memusatkan perhatian dan memahami argumentasi yang akan disampaikan pada bagian isi karangan. Dibagian pendahuluan ini dijelaskan latar belakang permasalahan. Secara ideal pendahuluan mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta yang diperlukan untuk memahami argumentasinya. Kebanyakan penulis pemula menganggap pembaca sudah mengetahui sebagian besar permasalahan yang dibicarakan. sikap ini kurang menguntungkan dan hanya akan menggagalkan argumentasinya. 2) Tubuh Argumentasi

Seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari permasalahan yang dikemukakan sehingga kesimpulanya juga benar. Hal terpenting pada bagian tubuh argumentasi adalah mengajukan pembuktian mengenai benar tidaknya data dan informasi yang diperoleh berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan. Kebenaran faktual ini harus didukung proses penalaran yang sahih dan logis sehingga pendapat atau kesimpulan yang diturunkan tidak dapat dibantah oleh siapapun. Kebenaran dalam penalaran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran: kecermatan menyeleksi fakta yang benar, kekritisan dalam memberikan penilaian, penyajian atau penyusunan bahan secara baik dan teratur. Penyajian fakta, kesaksian, perumusan premis-premis, dan sebagainya dengan benar.


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3) Kesimpulan

Penulis harus memerhatikan bahwa kesimpulan yang diturunkan tetap menjaga pencapaian tujuan, yaitu membuktikan kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca. Kesimpulan dapat berupa dalil yang telah teruji kebenarannya dalam isi argumentasi, atau berupa rangkuman umum dari materi yang telah dikemukakan.

Sementara itu, keberhasilan tulisan argumentasi terletak pada penulis dalam membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian. Saran yang harus ditetapkan oleh setiap pengarang argumentasi untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian menurut Amiruddin Aliah (2009: 1) adalah sebagai berikut:

1) Tulisan argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan. Untuk menunjukkan kebenaran tersebut, seorang penulis harus menyusun fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima sehingga lawan tidak bisa mengajukan kesimpulan yang bertentangan dengan kesimpulannya itu.

2) Pengarang harus berusaha menghindari istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa istilah harus mewakili satu makna secara jelas dan tegas, terhindar dari perbedaan penafsiran antara proposisi yang dikemukakannya dengan harus terhindar dari makna yang diragukan.

3) Penulis harus membatasi pengertian istilah-istilah yang akan digunakan agar dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya ketidaksesuaian pendapat karena perbedaan pengertian. Pembatasan definisi atau pengertian sebuah istilah hanya sekedar merupakan proses pembentukan makna untuk meletakkan dasar-dasar persamaan pengertian bagi istilah yang akan digunakan. Pembatasan itu sangat penting supaya tujuan utama jangan diabaikan atau terganggu hanya karena timbul ketidaksepakatan baru mengenai istilah itu.


(36)

commit to user

4) Penulis harus menetapkan secara tepat ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting sebab seperti analisis yang dipaparkan harus tampak jelas di mana letak perbedaan-perbedaan persoalan yang akan di argumentasikan itu. Dengan demikian, arah dan sasaran tulisan hanya dipusatkan kepada titik perbedaan itu.

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi SMA

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, bukan hanya mengingat melainkan juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan perilaku. Dengan kata lain, bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut ke arah yang lebih baik. Hasil belajar terlihat dari perubahan pada aspek-aspek tingkah laku manusia seperti pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain.

Biggs dan Telfer (dalam Dimyati, 2002: 33) belajar sebagai sebuah proses yang kompleks dan berkesinambungan memiliki unsur-unsur dinamis di dalamnya, antara lain:

1) Motivasi siswa

Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan. Motivasi belajar dapat bersumber dari diri siswa dan rangsangan dari luar siswa. Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa lebih baik daripada rangsangan dari luar. Akan tetapi, sering kali untuk menumbuhkan motivasi dari dalam butuh rangsangan dari luar sehingga muncul motivasi yang tinggi untuk belajar.

2) Bahan belajar

Bahan belajar merupakan hal-hal yang diajarkan kepada siswa. Dalam menentukan bahan belajar, guru harus memerhatikan dan menyesuaikan dengan tujuan belajar. Tujuan tersebut meliputi


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman yang diharapkan ada pada diri siswa setelah mengalami proses belajar.

3) Alat bantu belajar

Alat bantu belajar dapat disebut alat peraga atau media belajar. Media belajar merupakan peralatan yang digunakan selama proses belajar supaya proses tersebut dapat berjalan dengan baik. Pemakaian media dimaksudkan agar proses belajar lebih menarik, materi menjadi konkret dan mudah dipahami, menghemat waktu dan tenaga, serta menjadikan hasil belajar lebih bermakna. Media yang dapat digunakan bisa berupa media yang dilihat saja (visual), yang dapat didengar saja (audio), yang dapat dilihat dan didengar (audiovisual), ataupun media yang bersumber dari peristiwa yang terjadi di masyarakat.

4) Suasana belajar

Suasana belajar merupakan kondisi yang tercipta selama proses belajar. Suasana sangat mendukung keberhasilan belajar siswa dan dapat menimbulakan motivasi siswa. Suasana yang menyenangkan dapat memunculkan kegairahan belajar dan menunjang kegiatan belajar yang efektif. Begitu pula sebaliknya, suasana yang membosankan menjadikan siswa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan.

5) Kondisi subjek belajar

Subjek belajar tidak lain adalah siswa itu sendiri. Kondisi siswa turut membantu keberhasilan pembelajaran sebab dalam proses pembelajaran terdapat tiga hal pokok yakni input, proses, output. Suatu pembelajaran akan menghasilkan output yang baik manakala memiliki input dan proses yang baik pula, termasuk di dalam lingkungan dan kelengkapan pembelajaran yang lain. Kondisi subjek belajar disini meliputi kondisi jasmani dan rohani yang turut mempengaruhi kelancaran dan mendukung keberhasilan proses belajar.


(38)

commit to user

Pembelajaran merupakan peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari belajar meskipun sebenarnya kedua hal tersebut adalah peristiwa yang berbeda. sering kali orang menyamakan istilah pembelajaran dengan istilah pengajaran karena tidak memahami hakikat kedua hal itu,memberikan batasan yang berbeda tentang istilah pembelajaran dan pengajaran. Dalam pengajaran, guru dan murid berada di kelas (ruang) formal sedangkan dalam pembelajaran, kegiatan belajar mengajar dapat terjadi meski tanpa kehadiran guru. Secara lebih lengkap, Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 136) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dalam hal ini, proses belajar menjadi hal yang lebih ditekankan daripada hasil.

Oemar Hamalik (2001: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Batasan tersebut membawa pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja tetapi juga diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah. Pengertian pembelajaran yang lain didasarkan teori-teori belajar yang telah ada.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru didukung oleh adanya materi pelajaran yang sesuai metode dan penggunaan media yang tepat.

b. Pembelajaran Menulis Argumentasi

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Pada jenjang SMA, standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang menggambarkan pengguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 260)

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan satu aspek yang harus diajarkan kepada siswa yang terangkum dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Di dalam kurikulum saat ini, untuk siswa kelas X ada beberapa keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa baik menulis dalam ranah kebahasaan maupun dalam ranah sastra. Salah satu kemampuan yang menulis yang yang harus dikuasai oleh siswa kelas X SMA adalah menulis paragraf argumentasi. Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menulis argumentasi diberikan pada semester kedua dengan standar kompetensi, mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun kompetensi dasarnya adalah menulis gagasan untuk mendukung pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi.

Materi yang harus disampaikan guru dalam membelajarakan keterampilan menulis argumentasi meliputi ciri-ciri paragraf argumentasi, topi-topik paragraf argumentasi, kerangka paragraf argumentasi, dan penggunaan kata penghubung antar klausa dalam paragraf argumentasi. Untuk memperjelas materi tersebut, guru perlu memberikan contoh paragraf argumentasi.

Selama pembelajaran menulis argumentasi berlangsung, kegiatan yang diharapkan antara lain: (1) membaca paragraf argumentasi, (2) mengidentifikasi karakteristik paragraf argumentasi, (3) menulis paragraf argumentasi, (4) menggunakan kata penghubung antar klausa dalam paragraf argumentasi, dan (5) menyunting paragraf argumentasi yang ditulis teman.

Di akhir pembelajaran menulis argumentasi diharapkan siswa mampu: (1) mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi, (2) menyusun kerangka paragraf argumentasi, (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentasi,


(40)

commit to user

(4) menggunakan kata penghubung antar klausa dalam paragraf argumentasi, dan (5) menyunting paragraf argumentasi yang ditulis teman.

Menulis argumentasi sendiri merupakan suatu proses merangkai ide atau gagasan, menyampaikannya dalam bahasa tulis dan bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam tulisan tersebut harus termuat ajakan agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Supaya mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal, guru harus memberi pemahaman yang jelas tentang tulisan argumentasi yang benar serta menggunakan metode mengajar yang tepat atau dengan memanfaatkan media pembelajaran yang mampu menarik perhatian dan menggairahkan belajar siswa.

c. Penilaian Keterampilan Menulis Argumentasi

Menulis sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan pengarang. Dalam aktivitas menulis tersebut, yang pertama menekankan unsur bahasa, sedangkan yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 298).

Lebih lanjut, diungkapkan bahwa penilaian terhadap karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas Toto Sutarto G. Utari (2006: 18). Dalam hal ini, unsur subjektivitas penilai pasti berpengaruh. Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan, sebuah karangan dinilai oleh hanya seorang penilai pun kondisinya berlainan. Ada kemungkinan skor yang diberikan berbeda. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara memilih


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

model penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas dirinya.

Sementara itu, Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 305) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memeroleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu, merinci karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkategorian itu bervariasi hendaknya kategori tersebut meliputi 5 pokok, yaitu (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Toto Sutarto G. Utari (2006: 19) menyatakan penilaian merupakan tindakan untuk menetapkan keberhasilan suatu program pendidikan yang diikuti. Selain itu beliau juga menyatakan penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Hartfield (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307) mengemukakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan mengunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor, Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval kiranya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Model tersebut adalah model penilaian yang banyak digunakan pada program ESL (English as a Second Language), yaitu sebagai berikut.


(42)

commit to user

Tabel 3. Model Penilaian Tugas Menulis Argumentasi dengan Skala Interval

Aspek Skor Kriteria

I S I 27-30 22-26 17-21 13-16 Sangat baik Baik Cukup Kurang

Pengembangan ide argumen tuntas * isi karikatur dikembangkan dengan baik * substansif argumen relevan dengan permasalahan dan tuntas

Pengembangan ide argumen terbatas * isi karikatur dikembangkan dengan tidak lengkap * substansi cukup relevan dengan masalah tetapi tak lengkap

Pengembangan ide argumen kurang * isi karikatur kurang dikembangkan * substansi kurang * fakta pendukung argumen kurang.

Tak berisi argumen* tak ada substansi argumen * tak ada pengembangan argumen * tak ada fakta argumen

O R G A N I S A S I 18 -20 14-17 10 –13

7 – 9

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Gagasan diungkapkan dengan baik* padat tertata urutan argumen yang logis *urutan logis kohesif dan koheren Argumen kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung argumen terbatas*urutan logis tetapi tidak lengkap.

Gagasan kacau terpotong-potong* urutan dan pengembangan argumen tidak logis.

Argumen tidak terorganisir dengan baik *tidak layak nilai.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 K O S A K A T A 18 -20 14-17 10– 13

7 – 9

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Pemanfaatan potensi kata maksimal * pilihan dan ungkapan kata tepat * menguasai pembentukan kata.

Pemanfaatan potensi kata cukup * pilihan dan ungkapan kata kadang-kadang kurang tepat tapi tidak mengganggu.

Pemanfaatan potensi kata terbatas * sering terjadi kesalahan penggunaan kata dan dapat merusak makna.

Pemanfataan potensi kata asal-asalan * pengetahuan tentang kosa-kata rendah *tidak layak nilai

P E N G E B A H A S A 22 -25

18 - 21

11– 17

5 – 10

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Konstruksi kompleks tetapi efektif * hanya terdapat sedikit kesalahan penggunaan bentuk bahasa.

Konstruksi sederhana tetapi efektif * kesalahan kecil pada kontruksi kompleks *terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur

Terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat * makna membingungkan atau kabur.

Tidak menguasai aturan sintaksis * terdapat banyak kesalahan * tidak komunikatif * tidak layak nilai.


(44)

commit to user

M E K A N I K

5

4

3

2

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Menguasai aturan penulisan * hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna

Sering terjadi kesalahan ejaan * makna membingungkan atau kabur

Tidak menguasai aturan penulisan* terdapat banyak kesalahan ejaan *tulisan tak terbaca * tak layak nilai (Sumber : Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307 – 308)

Skor Maksimum = 100

Cara menghitung hasil menulis argumentasi =

Keterangan: N I = isi

N II = organisasi N III = kosakata

N IV = pengembangan bahasa N V = mekanik

Skor total dengan menjumlahkan hasil dari 5 aspek tersebut. Standar Ketuntasan:

Siswa dinyatakan tuntas dalam aspek tersebut jika mencapai nilai minimal 65.

4. Penilaian Proses Belajar-Mengajar

a. Hakikat Penilaian Proses Belajar-mengajar

Proses belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Dari segi proses tersebut dapat diketahui proses siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Sikap, minat dan aktivitas siswa dalam mengikuti penjelasan dari guru merupakan objek yang harus diamati dalam melakukan


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

penilaian dalam proses pembelajaran Gino, dkk. (2000: 36-39). Hal ini sangat penting, karena pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh hasilnya.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang cenderung menunjukan hasil yang berciri antara lain:

1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri; 2) hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatanya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya; 3) hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh atau komprehensif, yaitu mencakup ranah kognitif, pengetahuan,atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama hasil yang diperolehnya, sedangkan ranah efektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek intruksional maupun efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran (Nana Sudjana, 2006: 56).

b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-mengajar

Dalam melakukan penilaian seorang guru tidak semata-mata memberikan penghakiman atas segala hal yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Akan tetapi, guru harus memiliki kriteria atau pedoman dalam memberikan penilaian dalam proses pembelajaran di kelas Klien (dalam Conny Semiawan, 2008: 4).

Menurut Nana Sudjana (2006: 59), kriteria dalam menilai proses belajar mengajar meliputi beberapa hal. Pertama, konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum. Keberhasilan proses tersebut dapat dilihat terlaksananya secara nyata dalam bentuk dan aspek, diantaranya; tujuan-tujuan pengajaran, jenis kegiatan yang dilaksanakan, cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, dan penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

Kriteria kedua adalah keterlaksanaannya oleh guru dan siswa. Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal; mengkondisikan kegiatan belajar siswa, menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar, waktu yang disediakan untuk belajar mengajar, memberikan bantuan dan bimbingan


(46)

commit to user

belajar kepada siswa, dan melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dalam segi keterlaksanaan oleh siswa, hal yang dinilai adalah siswa memahami, mengikuti petunjuk yang diberikan guru, semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, dan menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru (Nana Sudjana, 2006: 59).

Ketiga motivasi belajar siswa dan keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini siswa menunjukan motivasi belajar pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat; minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar; melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru (Nana Sudjana, 2006: 60).

Kriteria terakhir adalah kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar dan interaksi antara guru dengan siswa. Berkenaan dengan komunikasi yang terbangun pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilihat dalam; tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa; bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar; terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; dan menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa (Nana Sudjana, 2006: 60).

Berbeda dengan pendapat Sarwiji Suwandi (2008: 89) penilaian proses pembelajaran dalam kegiatan menulis dapat dilakukan dengan perhatian siswa terhadap pembelajaran berlangsung. Sikap dan aktifitas siswa dalam pembelajaran bermula dari yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap terdiri dari 3 komponen, yakni afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terdapat suatu objek, sedangkan komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Sarwiji Suwandi (2008: 89-90) objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Sikap terhadap materi pelajaran. Dengan adanya sikap positif terhadap materi pelajaran, dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik harus memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang bersikap negatif pada guru akan mengabaikan hal-hal yang diajarkan oleh guru sehingga siswa menjadi sukar menyerap materi pelajaran.

3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap positif terhadap kasus tertentu dalam materi pelajaran.

Dalam kegiatan observasi, perilaku siswa dalam kegiatan menulis dapat diamati dengan format penilaian sebagai berikut.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Menulis Argumentasi dari Siklus ke Siklus

No

Nama Siswa

Survei

Awal

Siklus

I

Siklus

II

Siklus

III

Keterangan

1

A. Rois Nugroho

56

58

64

72

Meningkat

2

Agung Prasetya

61

63

65

76

Meningkat

3

Alfian Dwy Arywibowo

59

62

64

70

Meningkat

4

Angga Nugraha

44

54

60

62

Meningkat

5

Ardi Cahya Irwan

55

58

61

78

Meningkat

6

Ari Wahyu Indra Setiawan

45

53

64

70

Meningkat

7

Ayu Muysharoh

73

73

75

92

Meningkat

8

Bintar Tian Efendi

58

61

63

70

Meningkat

9

Deny Eka Setiawan

56

62

65

72

Meningkat

10

Dian Nurjannah

65

66

67

73

Meningkat

11

Dina Laksmita

67

69

78

76

Meningkat

12

Eko David Prasetyo

58

62

63

66

Meningkat

13

Eva Dewi Widiyanti

41

54

62

68

Meningkat

14

Fajar Davit Budiarga

54

60

66

71

Meningkat

15

Fitri Purwati

55

62

65

75

Meningkat

16

Habib Rymszad Faishal

51

58

61

72

Meningkat

17

Khoirotul Munawaroh

68

70

75

80

Meningkat

18

Leni Triana Dewi

70

70

72

74

Meningkat

19

Lia Fitriani

53

60

63

70

Meningkat

20

Mas Cahyo Kumara Jati S.

40

45

50

63

Meningkat

21

Mawardi

66

69

70

74

Meningkat

22

Mochamad Saiful Kirom

71

71

74

80

Meningkat

23

Ninika Arno Dewi Candrawati

59

62

65

77

Meningkat

24

Nofia Mabirotin

58

61

68

76

Meningkat

25

Puji Rahayu

64

67

75

79

Meningkat

26

Rika Sugiyarti

62

66

74

78

Meningkat

27

Rita

64

65

71

72

Meningkat

28

Rudi Hartanto

55

62

65

85

Meningkat

29

Ruly Rasaningrum

66

70

71

73

Meningkat

30

Sony Yudho Sutrisno

50

53

58

63

Meningkat

31

Sri Maulud Sari

71

73

75

81

Meningkat

32

Suci Wiratnasari

68

70

72

73

Meningkat

33

Tesya Santri Zulaikhat

62

64

67

71

Meningkat

34

Toyibatul Maftucnah

66

70

74

74

Meningkat

35

Uswatun Khasanah

61

67

72

78

Meningkat

36

Vangesti Rahayu Hariyati

60

62

66

70

Meningkat

37

Wismoyo Adi Nugroha

46

49

57

68

Meningkat

38

Yuli Fatmawati

63

67

71

75

Meningkat


(2)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas

pembelajaran menulis argumentasi, baik proses maupun hasil, pada siswa kelas

X-E SMA Negeri 1 Jogorogo berikut ini.

1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran

Media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-E SMA

Negeri 1 Jogorogo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tampak dalam

keaktifan siswa selama pembelajaran menulis argumentasi dengan media gambar

karikatur. Hal ini tampak dari beberapa indikator berikut ini:

a.

jumlah siswa aktif dalam kegiatan apersepsi terus mengalami peningkatan

dari siklus ke siklus, yaitu 53% pada siklus I, 60% pada siklus II, dan 71%

pada siklus III;

b.

jumlah siswa aktif dalam memerhatikan penjelasan materi oleh guru

mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I sebesar 57% ,

siklus II sebesar 71%, dan siklus III sebesar 84%;

c.

jumlah siswa aktif dalam memerhatikan gambar karikatur mengalami

peningkatan di setiap siklus, yaitu 60% pada siklus I, 76% di siklus II, dan

81% di siklus III;

d.

jumlah siswa yang aktif dalam berdiskusi meningkat dari siklus ke siklus,

yaitu 53% pada siklus I, 68% pada siklus II, 76% pada siklus III;dan

e.

jumlah

siswa

yang

aktif

dalam

membuat

kerangka

serta

mengembangkannya menjadi paragraf argumentasi dari siklus I, II, III

sebesar 100% artinya seluruh siswa terlibat.

Secara umum, peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis

argumentasi melalui penerapan media gambar karikatur dapat disimpulkan

sebagai berikut Pada siklus I, persentase keaktifan siswa mencapai 55%. Pada


(3)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

97

siklus II, siswa yang aktif mencapai 68% sedangkan pada siklus III mencapai

74%.

Selain itu, peningkatan dari segi proses tampak juga pada keterampilan

guru dalam mengelola kelas. Pemakaian media gambar karikatur memacu guru

untuk lebih terampil dalam mengelola kelas. Meningkatnya keterampilan guru

dalam hal ini antara lain berupa tindakan memberikan perhatian pada seluruh

siswa, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah dengan

metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran,

memanfaatkan media pembelajaran, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam

pembelajaran. Kondisi yang demikian jauh lebih baik dari pengelolaan kelas yang

dilakukan guru pada saat survei awal. Sedikit demi sedikit kelemahan guru mulai

berkurang setelah tindakan pada pembelajaran menulis argumentasi dengan media

gambar karikatur.

2. Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran

Penerapan media gambar karikatur dapat meningkatkan kualitas hasil

pembelajaran menulis argumentasi. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata menulis

siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus I, nilai

rata-rata siswa mencapai 62,87 , siklus II mencapai 67,05, dan siklus III mencapai

73,60. Keefektifan media gambar karikatur juga terbukti dengan ditemukannya

fakta bahwa diakhir tindakan (siklus III) 35 siswa (92,10%) telah mampu

mencapai nilai ketuntasan hasil belajar (65). Sedangkan 3 siswa belum tuntas

mencapai batas ketuntasan minimal.

B. Implikasi

Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah ilmu

pengetahuan tentang manfaat media dalam pembelajaran. Penelitian ini telah

membuktikan keberhasilan media dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

menulis baik dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, media dapat

bermanfaat dalam meningkatkan keaktifan siswa. Temuan ini memperkuat teori

yang telah ada yaitu bahwa memanfaatkan media secara tepat dan bervariasi dapat


(4)

commit to user

mengurangi sikap pasif siswa. Selain itu, peningkatan dari segi proses terlihat dari

keberhasilan guru dalam mengelola kelas sebagaimana pendapat ahli yang

menyatakan bahwa salah satu manfaat media dalam pembelajaran adalah

mengatasi kesulitan guru dalam memberikan perangsang, pengalaman, dan

menimbulkan persepsi yang sama. Peningkatan dari segi hasil dapat dilihat dari

nilai siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal ini menjadi bukti

adanya teori yang menyatakan bahwa kualitas hasil pembelajaran meningkat bila

integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan

elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik,

spesifik, dan jelas.

Penelitian ini juga memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan

proses dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain: kemampuan guru dalam mengelola kelas,

metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan siswa itu sendiri.

Faktor-faktor tersebut saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran baik proses maupun hasil, faktor-faktor

tersebut perlu diupayakan untuk dipenuhi. Metode yang tepat perlu diterapkan.

Media dan sumber belajar perlu dipilih sesuai dengan materi yang diajarkan.

Supaya penyampaian materi lebih optimal, siswa dituntut aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dikatakan dapat dipenuhi dengan baik

manakala keterampilan guru mengelola kelas secara baik.

Media gambar karikatur dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi guru yang ingin membelajarkan menulis argumentasi. Dari segi proses,

pembelajaran menulis argumentasi dengan media gambar karikatur dapat

meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa, serta keterampilan guru dalam

mengelola kelas. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai menulis

argumentasi pada siswa dari siklus I sampai siklus III setelah dilakukannya

tindakan pemanfaatan media tersebut.

Peningkatan tersebut diiringi dengan pengoptimalan tindakan yang

dilakukan oleh peneliti. Adapun langkah-langkah efektif yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengoptimalkan media ini antara lain: (1) memilih tema gambar


(5)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

99

karikatur yang sesuai dengan kurikulum dan dekat dengan kehidupan siswa, (2)

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan berdiskusi tentang topik

dalam gambar karikatur, (3) memberi kesempatan pada siswa untuk menggali ide,

menyusun dan mengembangkan kerangka karangan argumentasi, (4) menyunting

karangan dan menuliskannya kembali dalam bentuk paragraf argumentasi yang

baik berdasarkan gambar karikatur tersebut dibawah bimbingan guru.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dari implikasi penelitian di atas, peneliti

mengajukan saran kepada beberapa pihak berikut ini.

1.

Bagi kepala sekolah

a.

Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian

dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar

pendidikan, diklat, dan sebagainya;

b.

Sebaiknya menyediakan sarana yang dapat mendukung kegiatan

pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal.

2.

Bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

a.

Hendaknya memberi penjelasan yang jelas bagi siswa tentang

karakteristik wacana argumentasi dan perbedaanya dengan jenis wacana

yang lain;

b.

Hendaknya memberikan beberapa contoh wacana argumentasi kepada

siswa supaya siswa lebih paham;

c.

Sebaiknya melakukan variasi metode penyampaian materi, termasuk

memanfaatkan media dalam pembelajaran; serta

d.

Sebaiknya mengikuti forum-forum ilmiah atau membaca buku yang

berkaitan dengan penerapan metode dan pemakaian media yang kreatif

dan inovatif lalu menerapkannya dalam pembelajaran.

3.

Bagi siswa

a.

Hendaknya banyak mencari dan membaca contoh-contoh tulisan

argumentasi;


(6)

commit to user

b.

Hendaknya lebih akif dalam bertanya dan berdiskusi supaya memeroleh

informasi penjelas yang cukup berkaitan dengan isi gambar karikatur.

4.

Bagi Peneliti Lain

a.

Media gambar karikatur dapat diterapkan di kelas lain dan disekolah lain,

terutama di kelas dengan permasalahan yang hampir sama;

b.

Bagi peneliti yang ingin memanfaatkan media gambar karikatur dalam

pembelajaran menulis argumentasi dapat bekerja sama dan berkolaborasi

dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran tersebut.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Keterampilan Menulis Argumentasi melalui Media Gambar Karikatur Teknik Pancingan Kata Kunci pada Siswa Kelas X.1 MA Al Hadi Mranggen Demak

17 74 364

Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi dengan Model Think Pair and Share melalui Media Gambar Animasi pada Siswa Kelas X 8 SMA Negeri 1 Bae Kudus Tahun Ajaran 2010 2011

0 5 307

Penggunaan media gambar tokoh idola pilihan siswa untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIIb SMP Negeri 3 Karanganyar tahun ajaran 2009 2010

2 16 103

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X.2 SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009 2010

1 10 86

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

0 2 125

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 9

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas).

0 1 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SONOKULON 1 TODANAN BLORA TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 7

PENERAPAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X.6 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013.

0 2 16

PENERAPAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X.5 SMA NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 16