PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

(TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Skripsi

Oleh: Ika Hindriyati

X1207035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

(TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Oleh: Ika Hindriyati

X1207035

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Andayani, M. Pd Atikah Anindyarini, S.S., M. Hum


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ika Hindiriyati. X1207035. PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar; (2) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2010/ 2011, mulai bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar yang berjumlah 40 siswa. Sumber data penelitian ini meliputi: peristiwa yang ada dalam proses pembelajaran menulis karangan argumentasi, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu rianggulasi sumber atau data, trianggulasi metode, dan review informan. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis interaktif berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat tahapan dalam setiap siklusnya, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta analisis dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan strategi Think Talk write; (2) terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan strategi Think Talk write. Peningkatan kualitas proses terefleksi dari (a) meningkatnya keaktifan siswa selama pembelajaran, (b) meningkatnya perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran; (c) meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Peningkatan kualitas proses tersebut ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketuntasan tiap siklusnya. Prasiklus, prosentase ketuntasan siswa adalah sebesar 36,84%, kemudian pada siklus I prosestase ketuntasan siswa sebesar 67,5% dan siklus II meningkat menjadi 77,5%. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari skor atau nilai pekerjaan siswa pada tiap siklusnya. Prasiklus , prosentase ketuntasan adalah sebesar 34,21%, kemudian pada siklus I, prosentase ketuntasan siswa adalah 69,23% , siklus II meningkat menjadi 80%. Peningkatan kualitas hasil tersebut ditandai dengan: (a) meningkatnya pengungkapan isi pada karangan siswa; (b) meningkatnya organisasi isi; (c) meningkatnya pemanfaatan kosakata; (d) meningkatnya pengembangan bahasa; (e) meningkatnya aspek mekanik.


(6)

commit to user

vi MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh urusan lain. Dan hanya kepada Tuhanlah kamu berharap.


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibundaku Tri Widyastuti dan

Ayahandaku Sukirno yang senantiasa

memberikan kasih sayang, doa,

perhatiannya tanpa batas, dan kesabaran dalam membimbingku.

2. Adikku Nur Yunianto yang selalu

memberi semangat untuk terus berjuang. 3. Wuwus Suryanto yang selalu memberi

semangat di setiap langkahku.

4. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 2

Karanganyar yang telah memberi

kesempatan pada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

5. Sahabatku Nonik, Meylinda, Retno, dan Apriska yang selalu memberi dukungan.

6. Teman-teman program Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2007.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepadapihak-pihak yang telah membantu.

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memerikan izin untuk menulis skripsi;

4. Dr. Andayani, M.Pd. dan Atikah Anindyarini, S.S.,M.Hum. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar;

5. Drs. Wagiman, M.Pd., selaku kepala sekolah SMA N 2 Karanganyar yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian;

6. Sanusi, S. Pd, selaku guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia kelas X-5 SMA N 2 karanganyar yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian;

7. Semua siswa kelas X-5 Karanganyar yang telah membantu peneliti dalam penelitian;


(9)

commit to user

ix

8. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2007 yang telah memberi semangat kepada peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi;

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan pembaca.

Surakarta, Mei 2011


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL . ... i

PENGAJUAN... ii

PERSETUJUAN . ... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka. ... 7

1. Hakikat Menulis. ... 7

a. Pengertian Menulis. ... 7

b. Tahap Menulis... 9

c. Asas-Asas Menulis ... 10

d. Jenis Tulisan... 11

2. Hakikat Menulis Argumentasi... 13

a. Pengertian Argumentasi ... 13


(11)

commit to user

xi

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi

di SMA ... 16

a. Hakikat Pembelajaran ... 16

b. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA ... 21

c. Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 22

d. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi ... 23

4. Hakikat Strategi Pembelajaran Think Talk Write ... 29

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 29

b. Strategi Think Talk Write ... 31

c. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Think Talk Write ... 34

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Penelitian yang Relevan ... 37

D. Hipotesis Tindakan ... 39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 41

D.Data dan Sumber Data ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Validitas Data ... 43

G.Teknik Analisis Data ... 44

H.Indikator Ketercapaian ... 45

I. Prosedur Penelitian ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Kondisi Awal Prasiklus... 51

B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian ... 63

1. Deskripsi Siklus I ... 63

a. Perencanaan Tindakan ... 63


(12)

commit to user

xii

c. Observasi ... 67

d. Analisis dan Refleksi ... 71

2. Deskripsi Siklus II ... 79

a. Perencanaan Tindakan ... 79

b. Pelaksanaan Tindakan... 81

c. Observasi ... 84

d. Analisis dan Refleksi ... 87

3. Deskripsi Antar Siklus... 95

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A.Simpulan ... 106

B. Implikasi... 107

C. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(13)

commit to user

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval ... 28 Tabel 2. Rincian Waktu Penelitian ... 41 Tabel 3. Indikator Ketercapaian Tujuan ... 45 Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Prasiklus ... 53 Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Prasiklus ... 58 Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus I ... 72 Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus I ... 77 Tabel 8. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus II ... 89 Tabel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus II ... 93 Tabel 10. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

Antarsiklus ... 95 Tabel 10. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW ... 35 Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir ... 37 Gambar 3. Model Analisis Interaktif ... 44 Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Prasiklus ... 55 Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Prasiklus ... 59 Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus I ... 74 Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus I ... 78 Gambar 8. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

pada Siklus II ... 91 Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Argumentasi


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia

Kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar ... 113

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Prasiklus... 115

3. Catatan Lapangan Prasiklus ... 117

4. Hasil Wawancara dengan Siswa Prasiklus ... 121

5. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Prasiklus ... 125

6. Daftar Nilai proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Prasiklus ... 128

7. Hasil Pekerjaan Siswa Prasiklus ... 130

8. Daftar Nilai Menulis Argumentasi Prasiklus ... 140

9. Foto-Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Prasiklus ... 141

10.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 142

11.Catatan Lapangan Siklus I ... 154

12.Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I ... 161

13.Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Menuli Argumentasi Siklus I ... 165

14.Daftar Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ... 168

15.Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ... 170

16.Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus I ... 182

17.Foto-Foto Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus I ... 183

18.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 184

19.Catatan Lapangan Siklus II ... 194

20.Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II ... 201

21.Lembar Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi Siklus II... 205


(16)

commit to user

xvi

22.Daftar Nilai Proses Pembelajaran Menulis Argumentasi

Siklus II... 208

23.Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ... 209

24.Daftar Nilai Menulis Argumentasi Siklus II ... 221


(17)

commit to user

xvii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum. Hal ini berarti setiap peserta didik dituntut untuk mampu menguasai bahasa yang mereka pelajari terutama bahasa resmi yang dipakai oleh negara yang ditempati peserta didik. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu dilakukan supaya peserta didik mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.

Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan kemampuan yang menuntut adanya kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan. Kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan oleh pihak penutur, dalam hal ini penulis. Sebenarnya kegiatan produktif terdiri dari dua macam yaitu berbicara dan menulis. Meskipun sama-sama merupakan kegiatan produktif, kegiatan tersebut mempunyai perbedaan yang utama, yaitu pada media dan sarana yang digunakan. Berbicara menggunakan sarana lisan, sedangkan menulis menggunakan sarana tulisan. Di samping itu, berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, yaitu menyampaikan gagasan pada lawan bicara pada waktu yang bersamaan menerima gagasan yang disampaikan lawan bicara. Jadi, dalam berbicara terjadi komunikasi timbal-balik, hal yang tidak dapat ditemui dalam menulis. Sementara itu, menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan yang tidak dapat secara langsung diterima dan direaksi oleh pihak yang dituju.


(18)

commit to user

xviii

Aktivitas menulis merupakan salah satu manisfestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca, dan berbicara (Burhan Nurgiyantoro,2010: 422). Dalam buku yang sama juga dijelaskan apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar bahasa, untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut dan padu. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Henry Guntur Tarigan (2008: 4) menyebutkan bahwa keterampilan menulis adalah yang paling sulit karena keterampilan ini membutuhkan kemampuan seseorang untuk menyajikan grafologi, struktur bahasa dan kata-kata agar maksud penulis dimengerti oleh pembaca. Dengan demikian dalam pengajaran bahasa diperlukan adanya kerjasama antara pendidik dan peserta didik, karena keterampilan menulis diperlukan banyak praktik dan latihan yang teratur. Tanpa adanya praktek dan latihan teratur maka akan mempunyai kualitas tulisan yang kurang baik.

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan, selain keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara, dan membaca. Kehidupan dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan informasi, sehingga kemampuan menulis sangat diperlukan. Kemampuan menulis ini diperlukan karena dengan orang menuliskan segala ide yang ada dalam pikiran mereka maka sampai kapan pun ide tersebut tidak akan hilang. Berbeda dengan orang yang tidak langsung menuliskan idenya. Dengan sekejap saja ide yang ada akan hilang karena keterbatasan dalam mengingat. Dengan demikian keterampilan menulis sangat diperlukan untuk mengingatkan seseorang terhadap ide-ide yang pernah ada dalam pikiran mereka dan telah ditransfer ke dalam bentuk tulisan.

Barnas (2007) menyatakan bahwa kemampuan menulis para siswa, khusus siswa Sekolah Menengah Atas saat ini masih menduduki peringkat paling bawah apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan berbicara. Peringkat bawah ini ditunjukkan dengan salah satunya dalam aktivitas pembelajaran menulis argumentasi yang memprihatinkan. Banyak


(19)

commit to user

xix

siswa menganggap bahwa menulis adalah kegiatan yang membosankan dan sangat sulit. Namun, mereka tetap harus melaksanakan kompetensi yang sudah ada dalam kurikulum. Pada semester dua ini siswa harus dapat menyelesaikan standar kompetensi mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Kompetensi dasar dari jabaran standar kompetensi tersebut meliputi: 1) menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi: 2) menulis gagasan untuk menyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi; 3) menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat; 4) menyusun teks pidato (BSNP: 2006).

Selama ini pembelajaran menulis argumentasi dilakukan secara konvensional, dalam arti siswa diberi sebuah teori menulis argumentasi kemudian siswa melihat contoh pada Lembar Kerja Siswa dan akhirnya siswa ditugasi untuk membuat paragraf atau wacana argumentasi. Oleh karena itu, suasana belajar mengajar keterampilan menulis menjadi membosankan dan siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran tersebut. Selain itu siswa belum mampu mengidentifikasikan sebuah peristiwa atau pun gambaran yang ada dalam pikiran masing-masing untuk dirangkai ke dalam bentuk tulisan atau dalam kata lain siswa kurang dapat menggali ide dan gagasan.

Fenomena yang saat ini terjadi dalam pembelajaran menulis di sekolah, khususnya SMA Negeri 2 Karanganyar berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan menunjukkan rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis siswa kelas X-5. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti rendahnya keterampilan menulis siswa, khususnya menulis argumentasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya (1) adanya minat dan motivasi siswa yang masih rendah, (2) kurangnya pembiasaan terhadap tradisi menulis menyebabkan siswa menjadi terbebani apabila mendapatkan tugas untuk menulis, (3) sebagian siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya, (4) siswa belum mampu dalam menuangkan ide/gagasan dengan baik, (5) siswa kurang bisa mengembangkan bahasa, (6) kurangnya pemahaman


(20)

commit to user

xx

siswa terhadapa kaidah tatabahasa yang baik, (7) hasil tulisan siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan data (dapat dilihat pada lampiran halaman 140) diperoleh keterangan bahwa pada survai awal dari 38 siswa yang hadir hanya ada 13 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 25 siswa lainnya masih belum mencapai KKM sebesar 65. Untuk nilai rata-rata, kelas tersebut mempunyai nilai 61,29. Selain penilaian hasil pembelajaran, dalam survai awal ini juga diambil penilaian proses pembelajaran. Dalam penilaian proses ini, ada beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur. Kriteria tersebut meliputi aspek keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi. Berdasarkan hasil survai awal menunjukkan bahwa dari 38 siswa yang hadir, hanya ada 14 siswa yang mencapai nilai di atas 7 (dapat dilihat pada lampiran halaman 128). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X-5 masih rendah.

Melihat kondisi demikian, akhirnya peneliti berusaha memberikan solusi alternatif dalam pembelajaran menulis supaya permasalahan yang terdapat pada siswa dapat teratasi. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi di kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar adalah menggunakan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan komunikasi di antara siswa adalah strategi think talk write (TTW). Penerapan strategi TTW dapat mendorong siswa untuk berfikir, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik, siap mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi TTW adalah aktivitas melihat, berbicara, mendengarkan, menulis.

Melalui penerapan strategi think talk write dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa diajak untuk berpikir (think) melalui lembar permasalahan yang dibagikan guru pada siswa. Dengan adanya bacaan ini siswa dapat mempunyai gambaran tema yang akan ditulisnya. Setelah permasalahan dibagikan dan siswa


(21)

commit to user

xxi

mencatat hal yang penting kemudian dikomunikasikan dalam kelompok kecil dalam aktivitas berbicara (talk). Diskusi merupakan proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman atau membuat keputusan. Tahap terakhir dalam strategi ini adalah write yaitu mengonstruksi pengetahuan hasil dari think dan talk secara individual yang dapat meningkatkan aktivitas menulis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis. Penelitian tersebut diangkat dengan judul: ”Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Pada Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, dibawah ini disajikan masalah yang akan dibahas dalam penelitiaan, yaitu:

1. apakah penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011?

2. apakah penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan:

1. kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; dan


(22)

commit to user

xxii

2. kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis argumentasi pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan salah satu teori belajar sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam upaya pelaksanaan penelitian lebih lanjut dalam aspek pengembangan teori yang sama namun dalam kelas yang berbeda.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1)Siswa termotivasi dalam pembelajaran keterampilan menulis 2)Keterampilan menulis argumentasi meningkat

3)Menambah pengalaman siswa dalam bekerja secara kelompok b. Bagi Guru

1)Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran tink talk write dengan tepat dalam pembelajaran menulis khususnya menulis argumentasi. 2)Guru dapat mengefektifkan proses pembelajaran dalam rangka

meningkatkan keterampilan berbicara siswa, khususnya dengan penggunaan tink talk write.

3)Bagi Sekolah

1)Menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif

2)Sebagai salah satu pilihan bagi guru untuk untuk melaksanakan pembelajaran.


(23)

commit to user

xxiii BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, dan HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa dituntut untuk dapat menulis akan berbagai ide dan gagasan yang ada pada pikiran merka. Penuangan ide dalam tulisan tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada dalam silabus yang dibuat oleh guru mata pelajaran.

Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 4) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis sang penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keteramplan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain ialah menulis. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Selain itu, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 8), menyebutkan pengertian menulis: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3) bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta


(24)

commit to user

xxiv

situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat dan waktu. Sabarti Akhadiah, et al (1999: 2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Secara lebih lanjut mereka menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses, sehingga dalam menulis seseorang harus melewati beberapa tahap antara lain, tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap-tahap itu harus dilalui oleh penulis untuk mendapatkan tulisan yang baik. Selain itu, sebuah tulisan pada akhirnya akan dibaca oleh pembaca, maka seorang penulis haruslah menguasai berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan. Dengan seorang penulis menguasai kedua aspek tersebut maka tulisan yang dihasilkan akan baik dan dapat dipahami oleh pembaca. Tidak heran jika Henry Guntur Tarigan (2008: 4) menyebutkan bahwa Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dengan latihan dan banyak praktik menulis maka seorang penulis akan terbiasa menuangkan kata dan membaca keadaan.

The Liang Gie (2002: 3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Pendapat lain diunggapkan Burhan Nurgiyantoro ( 2010: 397), menulis merupakan aktivitas menghasilkan bahasa dan disampaikan melalui sarana tulisan. Dalam sebuah tulisan, gagasan yang bagus akan menarik pembaca dan kemudian akan membuat pembaca terinspirasi seperti yang ada dalam tulisan tersebut.

Dari definisi-definisi menulis di atas, dapat disimpukan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan melalui media bahasa berupa tulisan. Dapat pula dikatakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas aktif produktif yang dilakukan dengan mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat. Kemampuan menulis diperoleh melalui latihan yang terus menerus.


(25)

commit to user

xxv b. Tahap Menulis

Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, Khaerudin Kurniawan (2005) menyebutkan penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.

Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi

yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada

ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam. Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.

Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika


(26)

commit to user

xxvi

kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain.

Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan pekerjaan.

Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

c. Asas-Asas Menulis

Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat dijadikan pedoman. Demikian juga dengan kegiatan menulis yang memerlukan asas sebagi pedoman. The Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis yang disebut dengan asas menulis meliputi kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan penegasan.

Berdasarkan asas kejelasan, setiap karangan haruslah jelas. Tulisan harus mencari gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat di salahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca.

Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Sebagaimana halnya dengan asas yang pertama, asas menulis yang kedua tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya


(27)

commit to user

xxvii

dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata yang berlebihan untuk memeroleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas setting.

Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Untuk menepati asas ini, penulis harus memerhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman. Seperti halnya dua asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya.

Berdasarkan pada asas kesatupaduan, segala hal yang disajikan dalam tulisan memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.

Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu gagasan pokok, berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi.

Asas penegasan menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memerhatikan asas ini.

d. Jenis Tulisan

Ada banyak jenis tulisan yang dapat dipilih oleh seorang penulis untuk menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya. Pemilihan jenis tulisan ini tergantung pada tujuan yang ditetapkan. Jenis tulisan ini meliputi: narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi.


(28)

commit to user

xxviii

Menurut Gorys Keraf (2004: 136) narasi merupakan satu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya pada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jenis tulisan ini dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan cerita nonfiktif (nyata). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif sering kali terdapat pada berita-berita di surat kabar. Tulisan jenis ini memiliki penanda, antara lain: (1) berupa cerita tentang peristiwa dan pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian yang benar-benar terjadi dapat pula berupa imajinasi semata, (3) terdapat konflik yang dapat menarik pembaca, (4) memiliki nilai estetika, khususnya narasi fiktif; (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memuat dialog (Atar Semi, 1990: 33)

Deskripsi disebut juga pelukisan atau penggambaran. Hal itu disebabkan rincian tentang objek tulisan dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca seolah ikut mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman panca indera pembaca seperti penglihatan seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan.

Eksposisi adalah tulisan berbentuk paparan dilengkapi data-data kesaksian seperti gambar, grafik, foto-foto dengan tujuan memperjelas informasi yang disampaikan (Tim Reality, 2008: 760). Tujuan dari jenis tulisan ini adalah memberi informasi kepada pembaca tentang suatu masalah. Eksposisi ditandai dengan tulisan berupa: pengertian atau pengetahuan; menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, dan bagaimana; disampaikan dengan bahasa yang lugas serta bahasa yang baku, penggunaan bahasa netral, tidak memihak dan memaksakan sikap terhadap penulis.

Gorys Keraf (2007: 3) berpendapat argumentasi merupakan tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen penulis. Tulisan ini dikembangkan dengan pola pemberian contoh-contoh, analogi, sebab-akibat, atau dengan pola deduktif dan induktif. Pemaparan tulisan berdasarkan cara bernalar atau berpikir yang logis


(29)

commit to user

xxix

sehingga pembaca dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh penulis secara objektif, sedangkan karangan persuasi adalah jenis tulisan yang disampaikan dengan cara tertentu secara ringkas, menarik, serta berusaha memengaruhi pembaca (Tim Reality, 2008: 761).

2. Hakikat Menulis Argumentasi a. Pengertian Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pandangan orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 2007: 3). Melalui argumentasi penulis berusaha merangkai fakta-fakta sehingga mampu menunjukkan suatu pendapat mempunyai kebenaran atau tidak. Dengan kata lain argumentasi adalah suatu cara bernalar yang berusaha untuk meyakinkan pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apapun yang dikatakan dengan memberikan pembuktian yang logis dan meyakinkan.

Sementara itu, Attar Semi (1990: 47) menyebutkan argumentasi sebagai tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran berpendapat atau pernyataan dari penulis. Dalam argumentasi terdapat sebuah proses penalaran yang dapat dilakukan oleh penulis. Penalaran tersebut adalah bernalar dengan cara deduktif dan bernalar dengan induktif. Bernalar deduktif mempunyai arti bahwa seorang penulis dalam menuliskan karangannya mengungkapkan hal-hal yang bersifat umum terlebih dahulu baru kemudian mengerucut menjadi hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan bernalar induktif meupakan kebalikannya yaitu seorang penulis mengungkapkan hal-hal khusus terlebih dahulu baru kemudian hal yang umum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Judith (2009: 205) yang menyatakan bahwa deductive argument is argument that claim their conclusion necessarily follows from the premises, and inductive argument is argument that claim their conclusion probably follows from the premises.


(30)

commit to user

xxx

Selanjutnya Tim Reality (2008: 760) mendefinisikan argumentasi sebagai tulisan yang bersifat memerngaruhi pembaca agar mau menerima atau setuju dengan pendapat penulis yang disajikan. Untuk memperkuat gagasan atau pendapat maka sebuah tulisan argumentasi disertai dengan data-data dan alasan-alasan yang logis.

Untuk dapat mengungkapkan hal-hal yang dapat mempengaruhi pembaca, seorang penulis argumentasi harus dapat berpikir kritis dan logis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gorys keraf (2004: 4) yang menyebutkan bahwa dasar sebuah tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis. Berpikir kritis berarti seorang penulis argumentasi harus tanggap terhadap situasi yang ada dan mampu mempertimbangkan baik buruknya suatu keadaan. Berpikir logis merupakan berpikir yang urut, sesuai dengan kenyataan.

Senada dengan maksud di atas, Nippold (2010: 238) menyebutkan bahwa argumentative writing is a challenging communication task that calls upon sophisticated cognitive dan linguistic abilities. Menulis argumentasi merupakan perpaduan komunikasi tertulis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menulis argumentasi tidak terlepas dari proses berpikir dan kemudian menuangkan dalam tulisan dalam bentuk bahasa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi menekankan pada penguatan pendapat, pendirian atau gagasan disertai dengan alasan atau bukti yang memperkuat penulis. Dengan demikian sebuah gagasan tidak serta merta ditulis, tetapi penulisannya harus disertai dengan alasan yang logis.

b. Dasar Penulisan Argumentasi

Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah logika yang benar (Gorys Keraf, 2007: 101-102). Dengan memperhatikan kaidah logika yang benar maka pembaca akan mudah memahami apa yang disampaikan penulis. Demikian juga kesesuaian isi dengan realitas kehidupan sehari-hari merupakan suatu landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi. Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:


(31)

commit to user

xxxi

1) pembicara atau pengarang harus mengetahui sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengetahui prinsip-prinsip ilmiahnya. Karena argumentasi pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubungkan faktafakta dan informasi tersebut;

2) pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Mempertimbangkan pendapat lawan adalah dengan tujuan untuk mengetahui apakah di antara fakta-fakta yang diajukan lawan ada yang dapat dipergunakannya, sehingga akan memperlemah pendapat lawan tadi. dan dapat juga terjadi bahwa fakta dan evidensi lawanlah yang benar, sehingga pendapat lawanlah yang harus diterima;

3) pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya yang jelas. Ia juga harus mengemukakan pola konsep-konsep dan istilah yang tepat;

4) pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya;

5) dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya. (Gorys Keraf, 2007: 101-102).

Sebagai bentuk tulisan yang paling umum digarap, argumentasi selalu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tubuh argumentasi, dan kesimpulan (Gorys Keraf, 2007: 104 ). Di bagian pendahuluan ini dijelaskan latar belakang permasalahan. Secara ideal pendahuluan mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta yang diperlukan untuk memahami argumentasinya. Kebanyakan penulis pemula menganggap pembaca sudah mengetahui sebagian besar permasalahan yang dibicarakan. Sikap ini kurang menguntungkan dan hanya akan menggagalkan argumentasinya. Kegagalan ini tidak hanya pada tulisan saja, tapi juga akan membuat pembaca tidak percaya.

Kedua, tubuh argumentasi yaitu seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari permasalahan yang dikemukakan sehingga kesimpulanya juga benar. Hal terpenting pada bagian tubuh argumentasi adalah mengajukan pembuktian mengenai benar tidaknya data dan informasi yang diperoleh berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan. Kebenaran faktual ini harus didukung proses penalaran yang sahih dan logis


(32)

commit to user

xxxii

sehingga pendapat atau kesimpulan yang diturunkan tidak dapat dibantah oleh siapapun. Kebenaran dalam penalaran dan konklusi itu mencakup beberapa kemahiran: kecermatan menyeleksi fakta yang benar, kekritisan dalam memberikan penilaian, penyajian atau penyusunan bahan secara baik dan teratur. Penyajian fakta, kesaksian, perumusan premis-premis, dan sebagainya dengan benar. Ketiga, kesimpulan yang berupa dalil yang telah teruji kebenarannya dalam isi argumentasi, atau berupa rangkuman umum dari materi yang telah dikemukakan.

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Argumentasi di SMA a. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari belajar meskipun sebenarnya kedua hal tersebut adalah peristiwa yang berbeda. sering kali orang menyamakan istilah pembelajaran dengan istilah pengajaran karena tidak memahami hakikat kedua hal itu memberikan batasan yang berbeda tentang istilah pembelajaran dan pengajaran. Dalam pengajaran, guru dan murid berada di kelas (ruang) formal sedangkan dalam pembelajaran, kegiatan belajar mengajar dapat terjadi meski tanpa kehadiran guru.

Oemar Hamalik (2001: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Batasan tersebut membawa pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja tetapi juga diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah.

Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 58), yaitu: 1) pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah; 2) pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah; 3) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik; 4) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; 5) pembelajaran adalah suatu proses


(33)

commit to user

xxxiii

membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Selanjutnya Agus Suprijono (2011: 11-12) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahakan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik; guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didik sebagai pihak penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai ‘panglima’, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui.

Agus Suprijono (2011: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

H. J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan (2000: 32-39) memberikan batasan pembelajaran atau instruction sebagai usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadi terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa. Dengan demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang dilakukan secara sadar.

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut H. J. Gino, et al (2000: 30) komponen tersebut


(34)

commit to user

xxxiv

adalah guru; siswa; tujuan; isi pelajaran; metode; media; dan evaluasi. Guru merupakan seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan pelaksana pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran. Menurut H. J. Gino, et al (2000: 36-39) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran antara lain: minat belajar, motivasi belajar, bahan belajar; alat bantu belajar; suasana belajar; kondisi siswa; kemampuan guru.

Minat artinya kecenderungan yang agak menetap, mempengaruhi si subjek agar merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memunculkan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Inovasi tersebut dapat berupa pemilihan media dan metode pembelajaran yang tepat dan variatif. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seorang secara sadar atau tidak untuk melakuakan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.


(35)

commit to user

xxxv

Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus dideusiakan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat dimintai olehnya. Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya buku, komputer, tape recorder, dan lain-lain. Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembalajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana kekeluargaan, suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel, jumlah siswa tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi.

Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik, melainkan juga keadaaan psikis siswa. Kemampuan guru maksudnya adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, mengelola kelas, serta mangatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar. Kriteria yang menunjukkan kemampuan guru adalah sebagai berikut: a) guru menyampaikan materi dengan tepat dan tidak membosankan, namun tidak terkesan menggurui; b) guru harus bisa memilih metode dan cara mengajar yang tepat agar dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran; c) guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun di belakanag; d) guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegaiatan belajar mengajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi anatara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang positif.


(36)

commit to user

xxxvi

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru didukung oleh adanya materi pelajaran yang sesuai metode dan penggunaan media yang tepat.

b. Hakikat Pembelajaran Menulis di SMA

Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia siswa dapat mengontruksikan semua pelajaran dengan baik karena semua mata pelajaran dapat dipahami dengan bahasa. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 1) menyebutkan keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan. Menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Henry Guntur Tarigan, 2008: 4).

Kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya. Pelajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga materi kesastraan. Kedua materi tersebut direncanakan dan mendapat bagian yang sama sehingga pengajarannya juga harus seimbang. Sebagai contohnya dalam pembelajaran menulis argumentasi secara tidak langsung materi pembelajaran menulis cerpen merupakan satu kesatuan dari materi kebahasaan dan materi sastra.

Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Atas (SMA) diakui masih sangat minim dan kurang aktraktif. Pembelajaran menulis di sekolah sering disebut dengan kegiatan yang memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena ide, pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat disampaikan kepada orang lain secara lebih luas melalui media tulisan. Kesempatan besar untuk menyebarkan ide pemikiran perlu didukung dengan kemampuan menuliskan dan menyampaikan dalam bentuk tulisan secara baik. Itu artinya ide yang tertulis diharap dapat ditangkap, dan dimengerti oleh pembaca.


(37)

commit to user

xxxvii

Ide dan pemikiran yang dicurahkan dalam tulisan perlu ditetapkan tujuannya. Tujuan tersebut dapat berupa untuk apa tulisan dibuat dan untuk siapa tulisan tersebut ditujukan. Dengan demikian, penggunaan bahasa, istilah, dan ide yang akan disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Sehingga dalam pembelajaran menulis ini berarti kegiatan yang dilakukan mencakup memilih, menetapkan, dan mengembangkan sebuah karangan baik karangan sastra maupun nonsastra.

Hal di atas membuktikan bahwa pembelajaran menulis di SMA perlu adanya perbaikan. Perbaikan tersebut dimulai dari guru yang bertugas sebagai fasilitator. Guru yang berperan sebagai fasilitator dapat membekali diri dengan pengetahuan keilmuan yang menjadi keahliannya dan membekali diri dengan ilmu mengenai inovasi cara pembelajaran yang menarik, maka guru tersebut dapat menciptakan pembelajaran menulis yang menarik. Dengan demikian, siswa akan lebih tertarik dan akan meningkatkan hasil pembelajaran dan proses pembelajaran.

c. Pembelajaran Menulis Argumentasi

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Pada jenjang SMA, standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global (BSNP, 2006: 260)

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan satu aspek yang harus diajarkan kepada siswa yang terangkum dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Di dalam kurikulum saat ini, untuk siswa kelas X ada beberapa keterampilan menulis yang harus dikuasai oleh siswa baik menulis dalam kategori kebahasaan maupun dalam kategori sastra. Salah satu kemampuan


(38)

commit to user

xxxviii

menulis yang harus dikuasai oleh siswa SMA kelas X dalam kategori kebahasaan adalah menulis paragraf argumentasi.

Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menulis argumentasi diberikan pada semester kedua dengan standar kompetensi, mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun kompetensi dasarnya adalah menulis gagasan untuk mendukung pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi. Materi yang harus disampaikan guru dalam membelajarakan keterampilan menulis argumentasi meliputi ciri-ciri paragraf argumentasi, topi-topik paragraf argumentasi, kerangka paragraf argumentasi, dan penggunaan kata penghubung dalam paragraf argumentasi. Untuk memperjelas materi tersebut, guru perlu memberikan contoh paragraf argumentasi.

Selama pembelajaran menulis argumentasi berlangsung, kegiatan yang diharapkan antara lain: (1) mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi, (2) menyusun kerangka paragraf argumentasi, (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentasi, (4) menggunakan kata penghubung antar klausa dalam paragraf argumentasi, dan (5) menyunting paragraf argumentasi yang ditulis teman. Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilaksanakan oleh siswa. Setiap siswa harus memulai kegiatan dalam pembelajaran mulai dari mendaftar topik sampai dengan menyunting paragraf argumentasi.

Menulis argumentasi merupakan suatu proses merangkai ide atau gagasan, menyampaikannya dalam bahasa tulis dan bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam tulisan tersebut harus mengandung ajakan agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Supaya mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal, guru harus memberi pemahaman yang jelas tentang tulisan argumentasi yang benar serta menggunakan strategi mengajar yang tepat.


(39)

commit to user

xxxix

d. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi

Dalam menilai setiap pembelajaran ada dua hal yang harus dinilai, yakni nilai proses dan hasil sebuah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwiji Suwandi (2008:15) yang menyebutkan penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan

1. Penilaian proses pembelajaran

Penilaian proses belajara-mengajar merupakan menyangkut penilaian terhadap kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Nana Sudjana, 2010:1). Penilaian proses pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan lebih mengoptimalkan produktivitas beberapa hal yaitu: a) efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksiol; b) keefektifan dan relevansi bahan pengajaran; c) produktivitas kegiatan pembelajaran; d) keefektifan sumber dan sarana pembelajaran; e) keefektifan penilaian hasil dan proses pembelajaran ( Nana Sudjana, 2010: 57). Selanjutnya Nana Sudjana (2010: 60-62), menyebutkan kriteria yang dapat digunakan dalam penilaian proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) konsistensi kegiatan pembelajaran dengan kurikulum; b) keterlaksanaan guru; c) keterlaksanaan oleh siswa; d) motivasi belajar siswa; e) keaktifan para siswa; f) interaksi guru dan siswa; g) kemampuan dan keterampilan guru mengajar; h) kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Kurikulum adalah program pembelajaran yang telah ditentukan sebagai acuan yang harus dilaksanakan. Keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk aspek-aspek yang meliputi: (1) tujuan-tujuan pembelajaran; (2) bahan pengajaran yang diberikan; (3) jenis kegiatan yang dilaksanakan; (4) cara melaksanakan tiap jenis kegiatan; (5) peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan; dan (6) penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

Keterlaksanaan guru yang dimaksud adalah sejauh mana kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan yang berarti. Keterlaksanaan guru ini dapat dilihat dalam: (1) mengondisikan kegiatan belajar siswa; (2) menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar; (3) waktu


(40)

commit to user

xl

yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran; (4) memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran pada siswa; (5) melaksanakan penilaian proses dari hasil pembelajaran; (6) kegiatan menggeneralisasikan hasil pembelajaran dan tidak lanjutnya untuk kegiatan pembelajaran berikutnya;

Keterlaksanaan oleh siswa ini dinilai dari sejauh mana siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh guru tanpa mengalami hambatan. Keterlaksanaan oleh siswa ini dapat dilihat dari: (1) memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru; (2) semua siswa turut serta melakukan kegiatan pembelajaran; (3) tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagai mana mestinya; (4) memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru; (5) menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan guru.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dalam: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) semangat siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya; (3) tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya; (4) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; (5) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut dapat dilihat dalam hal berikut: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau pada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) melatih diri dalam memecahkan soal atau maslah yang sejenis; (7) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi.

Interaksi guru dan siswa ini berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam


(41)

commit to user

xli

melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam: (1) tanya jawab atai dialog antara guru dengan siswa atau anta siswa dengan siswa; (2) bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara inividu atau kelompok; (3) dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar; (4) senantiasa beradanya guru dalam situasi pembelajaran sebagai fasilitator pembelajaran; (5) tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya; (6) adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil pembelajaran yang diperoleh siswa.

Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang professional karena merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator untuk menilai kemampuan ini antara lain: (1) menguasai bahan pelajaran yang disampaikan pada siswa; (2) terampil berkomunikasi dengan siswa; (3) menguasai kelas sehingga mengendalikan siswa; (4) terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; (5) terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulis.

Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Dalam hal ini, aspek yang dilihat antara lai: (1) perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya; (2) kualitas dan kuantitas tujuan instruksional oleh para siswa; (3) jumlah siswa yang mencapai tujuan instruksional mencapai 75% dari jumlah instruksional yang harus dicapai; (4) hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.

Berdasarkan kriteria tersebut dapat digunakan sebagai pegangan dalam menilai kualitas proses pembelajaran agar upaya memperbaiki proses pembelajaran dapat ditentukan lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian yang telah tercapai dan bagian-bagian yang belum tercapai. Dengan demikian hal yang belum tercapai dapat dipelajarai dan ditentukan untuk memperbaikinya.


(42)

commit to user

xlii

2. Penilaian hasil pembelajaran

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22). Horward kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (a) sikap keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan keterampilan; (c) sikap dan cita- cita. Masih dalam Nana sudjana, Gagne membagi kategori hasil belajar menjadi lima hal, yaitu: (a) informasi verbal; (b) keterampilan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan motoris.

Penilaian hasil pembelajaran menulis yang ditekankan pertama kali adalah unsur bahasa, sedangkan yang kedua adalah unsur gagasan. Kebiasaan guru yang hanya menilai tulisan siswa dari kebahasaannya saja akan membuat penilaian berat sebelah. Apabila sebuah tulisan benar kebahasaannya tapi ide atau gagasannya tidak sesuai dengan situasi di mana tulisan itu dibuat, maka tulisan yang telah dibuat dengan susah payah tersebut akan tidak bermakna. Jadi, penilaian hasil menulis ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasi dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 298).

Selanjutnya Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan penilaian terhadap sebuah karangan mempunyai kelemahan pokok yang berupa objektifitas penilaian rendah. Dalam penilaian tulisan khususnya karangan akan terlihat subjektifitas dari penilai. Nilai yang diberikan tergantung pada kehendak sang penilai. Hal ini dapat dibuktikaan dengan adanya satu karangan yang dinilai oleh dua orang akan mempunyai nilai yang berbeda. Oleh karena itu, harus dipikirkan bagaimana mencari model penilaian yang memungkinkan memperkecil subjektifitas penilai.

Hartfiel (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2010: 440) menyatakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penskoran, yaitu dengan menggunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor serta dapat dipertanggungjawabkan. Model penilaian tersebut adalah sebagai berikut:


(43)

commit to user

xliii

Tabel 1. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval

No Aspek Penilaian Skor Kriteria

1 I

S I 27-30 22-26 17-21 13-16

SANGAT BAIK: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.

BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbata, relevan tetapi tidak lengkap.

SEDANG: informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup.

KURANG: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.

2 O

R G A N I S A S I 18-20 14-17 10-13 7-9

SANGAT BAIK: ekspresi lancer, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.

BAIK: kurang lancer, kurang terorganisasi tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap.

SEDANG: tidak lancer, gagasan kacau,

terpotong-potong, urutan dan

pengembangan tidak logis.

KURANG: tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai.

3 K

O S

18-20 SANGAT BAIK: pemanfaatan potensi

kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.


(44)

commit to user

xliv A K A T A 14-17 10-13 7-9

BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.

SEDANG: pemanfaatan potensi kata

terbatas, sering terjadi kesalahan

penggunaan kosa kata dan merusak makna.

KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai.

4 PENGEMBANGAN

B A H A S A 22-25 18-21 11-17 5-10

SANGAT BAIK: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk bahasa.

BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.

SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.

SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis, terjadi banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.

5 M

E K A

5

4

SANGAT BAIK: menguasai aturan

penulisan, hanya terdapat beberapa

kesalahan ejaan.

BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.


(45)

commit to user

xlv

N I K

3

2

SEDANG: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.

KURANG: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tulisan tidak layak nilai.

(Diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro, 2010: 441-442)

4. Hakikat Strategi Pembelajaran Think Talk Write a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan adalah cara-cara yang akan dipilih dan akan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya (Hamzah Uno, 2010: 1). Pendapat lain dikemukakan (Oemar Hamalik, 2003: 183) yang menyatakan bahwa strategi pengajaran merupakan penerjemahan filsafat atau teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 9) menyatakan strategi pembelajaran adalah kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran karena dalam strategi pembelajaran terdapat cara-cara yang akan digunakan pengajar untuk memilih kegiatan belajar selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan mengoptimalkan kualitas belajar mengajar yang terjadi di kelas.


(46)

commit to user

xlvi

Hamzah Uno (2010: 3) menyatakan bahwa terdapat lima komponen strategi pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan. Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dalam sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dicapai peserta didik di akhir kegiatan. Pemberian apersepsi juga termasuk dalam kegiatan pendahuluan yang merupakan jembatan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.

Penyampaian informasi kepada peserta didik perlu memperhatikan beberapa hal meliputi urutan penyampaian, ruang lingkup materi yang disampaikan dan jenis materi. Urutan penyampaian materi diberikan berdasarkan pola yang tepat yaitu berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang sederhana atau mudah menuju hal yang lebih kompleks. Ruang lingkup materi yang disampaikan bergantung pada karakteristik peserta didik dan materi yang dipelajari. Ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat penentuan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar dan dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Komponen strategi pembelajaran setelah partisipasi siswa adalah tes yang biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai proses pembelajaran. Komponen terakhir dari strategi pembelajaran adalah kegiatan lanjutan yang diberikan oleh guru (Hamzah Uno, 2010: 3-7).

b. Strategi Think Talk Write

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008: 84) menyatakan Think Talk Write adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan komunikasi di antara siswa. Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau


(1)

commit to user

cxx

e. Mekanik

Kesalahan mekanik yang sering dilakukan oleh siswa adalah dalam hal ejaan. Dalam karangan siswa sebelum dilakukan tindakan sering ditemukan sebagai berikut.

1) Kesalahan yang berupa penulisan huruf besar, misalnya: Di zaman maju ini banyak didirikan Industri-Industri yang berdampak lebih buruknya keadaan, atau yang lebih dikenal dengan pencemaran Industri. Pada kata industri seharusnya huruf “I” tidak ditulis dengan huruf besar karena bukan merupakan singkatan ataupun huruf pada awal kalimat, sehingga penulisannya menjadi “industri”.

2) Kesalahan tanda baca khususnya koma dan titik, miasalnya: Berbagai dampak sampah dapat merugikan manusia. Tapi banyak juga sampah yang bermanfaat. Setelah kata manusia diakhiri dengan tanda titik kemudian diikuti dengan kata tapi, seharusnya setelah kata manusia adalah koma, karena kata tapi menghubungkan dua hal yang berkebalikan dalam satu kalimat. Dengan demikian penulisannya menjadi: Berbagai dampak sampah dapat merugikan manusia, tapi banyak juga sampah yang bermanfaat.

3) Kesalahan penulusan kata baku, misalnya: kata adalah sering disingkat menjadi adlh, kata yang disingkat menjadi yg.

4) Kesalahan pembentukan kata, misalnya dalam hal penggunaan kata depan dan awalan. Penggunaan kata depan yang salah dalam karangan siswa seperti menunjukkan tempat diindonesia kata tersebut salah karena seharusnya di dipisahkan dari Indonesia karena sebagai kata depan yang menunjukkan tempat. Selain itu kata indonesia juga harus diawali dengan huruf besar karena menunjukkan nama negara. Dengan demikian penulisan yang tepat menjadi “di Indonesia”. Sedangkan penggunaan awalan yang salah, misalnya “di sebabkan”. Kata “di” seharusnya digandeng atau dirangkai dengan kata “sebabkan” karena kata sebabkan tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti, sehingga penulisan yang benar menjadi “disebabkan”.


(2)

commit to user

cxxi

Walaupun demikian setelah dilakukan tidakan, nilai rata-rata siswa dalam mekanik meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada saat prasiklus nilai rata-rata siswa adalah sebesar 3,66, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 3,72, dilanjutkan pada siklus II menjadi 3,95. f. Perolehan nilai karangan siswa meningkat

Berdasarkan nilai karangan argumentasi pada saat prasiklus, kemampuan siswa dalam menulis masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Pada saat prasiklus nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 61,29, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 66, dan pada siklus II, kembali meningkat menjadi 69,7. Dengan adanya peningkatan nilai yag dicapai siswa, menunjukkan bahwa penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi pada siswa.


(3)

commit to user

cxxii

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/ 2011. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:

a. Adanya peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada aspek ini siswa mulai mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Pada prasiklus jumlah nilai rata-rata siswa adalah sebesar 2,10, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 2,45, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 2,90.

b. Adanya peningkatan perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran. Pada prasiklus rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa adalah 2,18, dilanjutkan pada siklus II naik menjadi 2,72, dan pada siklus II menjadi 3,25.

c. Adanya peningkatan minat dan motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Siswa semakin bersungguh-sungguh dalam menulis tanpa mengeluh. Peningkatan tersebut ditandai dengan jumlah nilai rata-rata pada prasiklus adalah sebesar 2,00, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 2,55, dan pada siklus II menjadi 3,20.

d. Secara keseluruhan, peningkatan nilai proses pembelajaran menulis argumentasi pada prasiklus adalah sebesar 36,84%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 67,5%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 77,5%.

2. Penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-5


(4)

commit to user

cxxiii

SMA Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/ 2011. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya beberapa indikator berikut:

a. Pada aspek isi, pada prasiklus nilai rata-rata seluruh siswa adalah 16,02. Pada siklus I, meningkat menjadi 18,25. Kemudian pada siklus II, menjadi 19,55.

b. Pada aspek organisasi isi, pada prasiklus adalah sebesarv12,02. Nilai rata-rata tersebut meningkat pada siklus I, yaitu 13,51. Kemudian pada siklus II, kembali meningkat menjadi 14,56.

c. Aspek kosakata pada prasiklus mempunyai nilai rata-rata sebesar 13,53. Kemudian pada siklus I, meningkat menjadi 13,54, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 13,85.

d. Aspek pengembangan bahasa pada prasiklus adalah sebesar 15,84. Pada siklus I meningkat menjadi 16,95, kemudian pada siklus II menjadi 17,9. e. Aspek mekanik yang semula pada prasiklus mempunyai nilai rata-rata

sebesar 3,69, pada siklus I meningkat menjadi 3,72. Terakhir, pada siklus II kembali meningkat menjadi 3,95.

f. Secara keseluruhan, pada prasiklus siswa yang memperoleh nilai diatas batas kelulusan adalah sebesar 34,21% atau 13 siswa, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 69,23% atau 27 siswa. Selanjutnya pada siklus II meningkat kembali menjadi 80% atau 32 siswa.

B.Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, memilih strategi yang digunakan dalam pembelajaran sebagai sarana menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu keaktifan, prhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan harus diupayakan agar semua faktor tersebut dapat dipenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang


(5)

commit to user

cxxiv

baik dalam menyampaikan materi, kemampuan mengelola kelas, serta didukung teknik dan sarana yang memadai, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Selain faktor tersebut, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan sangat mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan strategi yang tepat akan dapat diterima siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.

Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan strategi Think Talk Write dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dapat meningkatkan kulaitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) sebagai strategi dalam pembelajaran menulis argumentasi. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif guru mengajar menulis argumentasi yang dapat membuat siswa lebih aktif, lebih perhatian dan konsentrasi, serta memotivasi siswa untuk belajar. Dengan strategi ini siswa berlatih untuk berpikir, berbicara, dan menulis. Siswa juga tidak akan merasa bosan kerena dengan strategi TTW siswa dapat bertukar pendapat dengan teman dalam diskusi kelompok.

C.Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa dapat berkerjasama pada saat kegiatan berbicara, khususnya pada saat diskusi.

b. Siswa lebih perhatian dan konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung dan tidak mudah terganggu dengan hal-hal di luar pembelajaran.

2. Bagi Guru

a. Guru harus memonitor dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan ketika mengikuti pembelajaran dengan strategi Think Talk Write.


(6)

commit to user

cxxv

b. Hendaknya guru dapat mengubah pembelajaran menulis karangan argumentasi yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa dengan strategi Think Talk Write.

3. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya dapat berupaya untuk dapat selalu menciptakan iklim kerja yang kondusif melalui komunikasi terbuka.

b. Hendaknya pihak sekolah dapat memberikan motivasi kepada guru agar dapat meningkatkan kinerja selama mengajar. Bentuk motivasi ini dapat dilakukan dengan mengadakan member suatu penghargaan pada guru yang mampu menggunakan strategi, metode, ataupun teknik inovatif dalam mengajar dikelas.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS CERPEN

3 21 111

“Pengaruh Pembelajaran Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”.

0 5 247

Meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) pada siswa kelas IV Mi Al Ishlahat Jatiuwung Kota Tangerang

0 10 0

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung

2 16 103

Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa : studi ekperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

0 5 225

Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas X-4 SMA Negeri I Welahan Kabupaten Jepara.

0 0 2

PENGGUNAAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X-9 SMA NASIONAL PATI.

0 0 229

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI PUCANGAN 03 TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20152016

0 0 18