HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI

(Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh: Maria Indratin

S 840809018

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI

(Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

Disusun oleh: Maria Indratin

S 840809018

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. ___________ _________ NIP 19461208 198203 1 001

Pembimbing II Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. . ___________ _________ NIP 19612405 198901 1 001

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia,

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19440315 197804 1 001


(3)

commit to user

iii

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MINAT MENULIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI

(Survei pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta)

Disusun oleh: Maria Indratin

S 840809018

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : Prof. Dr. Herman J.Waluyo, M.Pd. ___________ ___________

Sekretaris : Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. ___________ __________

Anggota Penguji

1. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd. ___________ ___________ 2. Dr. H. Budhi Setiawan, M.Pd. ____________ ___________

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPS UNS, Pendidikan Bahasa Indonesia,

Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. NIP 19570820 198503 1 004 NIP 19440315 197804 1 001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Maria Indratin

NIM : S840809018

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul adalah Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis

Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta) betul-betul

karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. H. Much Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin peneliti untuk melaksanakan penelitian;

2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.,Ph.D. Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini;

3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi motivasi kepada peneliti untuk segera menyelesaikan tesis ini;

4. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd., sebagai Pembimbing I tesis ini yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

5. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd., sebagai Pembimbing II tesis ini yang telah memberikan masukan dan saran-saran berharga demi kesempurnaan tesis ini;


(6)

commit to user

vi

6. Sr. Florentia Mujiyati, OSU, Kepala SMA Regina Pacis Surakarta yang telah memberikan subsidi biaya studi, dorongan dan motivasi, serta izin penelitian di SMA Regina Pacis Surakarta;

7. Keluarga besar Yohanes de Deo Marto Suwarno, selaku orang tua peneliti yang telah memberi doa restu demi kelancaran studi lanjut yang saya tempuh;

8. Secara pribadi, terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada suami tercinta Drs. Anang Suparlan, anak-anak saya Filomena Hanindita Chandra Buana, Eleonora Hanindita Chandra Dewi, dan Digna Debby Widya Nanda yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai. Tanpa semangat dan motivasi mereka, tesis ini tidak akan terselesaikan;

9. Rekan-rekan guru dan para siswa SMA Regina Pacis yang telah memberikan dukungan demi terwujudnya tesis ini.

Akhirnya, peneliti hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Desember 2010 Peneliti,


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………..… i

PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN PENGUJI …….. ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoretis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 8 A. Kajian Teori ... 8

1. Keterampilan Menulis Argumentasi... ... 8

a. Pengertian Keterampilan... 8

b. Hakikat Menulis... 9

c. Tahap-tahap Menulis... 13


(8)

commit to user

viii

Halaman

e. Tujuan Menulis... 15

f. Pengertian Argumentasi... 17

g. Dasar atau Landasan Argumentasi... 20

h. Cara Menguji Data... 24

i. Cara menguji Fakta... 26

j. Cara Menilai Autoritas... 27

2. Kemampuan Berpikir Logis... 29

a. Hakikat Berpikir... 29

b. Hakikat Penalaran... 30

c. Hakikat Logika... 34

d. Jenis-jenis Penalaran... 35

e. Hakikat Berpikir Logis... 37

f. Tahap-tahap Berpikir Logis... 39

g. Argumen... 40

3. Minat Menulis... 44

a. Pengertian Minat ... 45

b. Aspek Minat ... 52

c. Kontribusi Minat Menulis terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi... 54

d. Faktor yang mempengaruhi Minat... 56

e. Aspek yang Diukur dalam Minat Menulis... 61

B. Penelitian yang Relevan ... 66

C. Kerangka Berpikir ... 68

1. Hubungan Kemampuan Berpikir Logis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi... 68

2. Hubungan Minat menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi... 69


(9)

commit to user

ix

Halaman 3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan

Minat Menulis secara bersama-sama dengan

Keterampilan Menulis Argumentasi... 70

D. Hipotesis Penelitian ... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 73

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 73

1. Tempat Penelitian... 73

2. Waktu Penelitian ... 73

B. Metode Penelitian ... 74

C. Desain Penelitian... 74

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 75

1. Keterampilan Menulis Argumentasi... 75

2. Kemampuan Berpikir Logis... 75

3. Minat Menulis... 76

E. Populasi, Sampel Penelitian, dan Sampling... 76

1. Populasi... 76

2. Sampel... 77

3. Teknik Pengambilan Sampel... 77

F . Teknik Pengumpulan Data... 77

G. Instrumen Penelitian... 78

1. Instrumen Tes Keterampilan Menulis Argumentasi... 78

2. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis... 79

3. Instrumen Angket Minat Menulis... 79

H. Hasil Uji Coba Instrumen... 84

1. Hasil Analisis Validitas... 84

2. Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen... 84

I. Teknik Analisis Data... 85


(10)

commit to user

x

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 88

A. Deskripsi Data ... 88

1. Data Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)... 88

2. Data Kemampuan Berpikir Logis (X1)... 90

3. Data Minat Menulis (X2)... 91

B. Pengujian Persyaratan Analisis... 92

1. Uji Normalitas Data... 92

2. Uji Keberartian dan Linearitas Regresi... 93

C. Pengujian Hipotesis... 96

1. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menulis Argumentasi... 96

2. Hubungan antara Minat menulis dan Keterampilan Menulis Argumentasi... 98

3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Argumentasi... 101

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 103

E. Keterbatasan Penelitian... 104

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 107

A. Simpulan... ... 107

B. Implikasi ... 108

1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis un- tuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi 109 2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkat- kan Keterampilan Menulis Argumentasi... 110

C. Saran ... 111

1. Saran untuk Para Guru Bahasa Indonesia SMA Regina Pacis... 111 2. Saran untuk Para Siswa... 113


(11)

commit to user

xi

Halaman 3. Saran untuk Peneliti yang Lain... 113

DAFTAR PUSTAKA ………. 114


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ………. 73 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Argumentasi (Y) 89 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1)... 90

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)... 91

Tabel 5. Tabel Anava untuk Regresi Linear Yˆ = 77,818 + 0,223 X1 ……. 97


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Berpikir Hubungan Antarvariabel dalam Penelitian

Korelasi... 71 Gambar 2. Desain Penelitian ... 74 Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis

Argumentasi (Y)... 89 Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Berpikir Logis (X1). 90

Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Minat Menulis (X2)... 91

Gambar 6. Diagram Pencar dan Garis Regresi Linear Y atas X1 ……... 95


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1A Kisi-kisi Tes Keterampilan Menulis Argumentasi ... 119

Lampiran 1B Tes Keterampilan Menulis Argumentasi ... 120

Lampiran 2A-1 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Logis (Sebelum Ujicoba)... 121

Lampiran 2A-2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Logis (Sesudah Ujicoba)………... 122 Lampiran 2B Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 123

Lampiran 3A-1 Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sebelum Ujicoba)... 135

Lampiran 3A-2 Kisi-kisi Angket Minat Menulis (Sesudah Ujicoba)... 136

Lampiran 3B Angket Minat Menulis .... ... 137

Lampiran 4 Analisis Reliabilitas Ratings untuk Tes Keterampilan Menulis Argumentasi (Y)... 144

Lampiran 5A Hasil Analisis Uji Validitas Butir Soal Tes Kemam- puan Berpikir Logis ... 147

Lampiran 5B Hasil Analisis Uji Reliabiltas Butir Soal Tes Kemam- puan Berpikir Logis ... 153

Lampiran 6A Hasil Analisis Uji Validitas Butir Angket Minat Menulis... 156

Lampiran 6B Hasil Analisis Uji Relibilitas Angket Minat Menulis .... 162

Lampiran 7 Data Induk Penelitian ... 165

Lampiran 8A Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Menulis Argumentasi ……… 168

Lampiran 8B Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Logis 171 Lampiran 8C Hasil Uji Normalitas Data Minat Menulis………… 174

Lampiran 9 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Regresi dan Korelasi (Sederhana, Ganda)... 177


(15)

commit to user

xv

Halaman

Lampiran 11A Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X1... 181

Lampiran 11B Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X2... 182

Lampiran 12A Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Sederhana Y atas X1... 183

Lampiran 12B Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Sederhana Y atas X2... 189

Lampiran 13A. Hasil Analisis Korelasi Sederhana X1 dan Y ... 194

Lampiran 13B Hasil Analisis Korelasi Sederhana X2 dan Y ... 195

Lampiran 14A Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X1

dan Y... 196 Lampiran 14B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X2

dan Y... 197 Lampiran 15A Hasil Analisis Regresi Ganda Y atas X1X2 ... 198

Lampiran 15B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi Ganda Y atas

X1X2... 200

Lampiran 16A Hasil Analisis Korelasi Ganda X1X2 dengan Y... 201

Lampiran 16B Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda X1X2

dan Y...

202 Lampiran 17A Kontribusi X1 terhadap Y... 203

Lampiran 17B Kontribusi X2 terhadap Y... 204


(16)

commit to user

xvi ABSTRAK

Maria Indratin. S840809018. 2010. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi (Survai pada Siswa Kelas X SMA Regina Pacis Surakarta). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi, (2) hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi, dan (3) hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Regina Pacis Surakarta, bulan Juni hingga Desember 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Regina Pacis Surakarta. Sampel berjumlah 80 orang yang diambil dengan cara simple random

sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan menulis

argumentasi, validitasnya menggunakan validitas isi dan reliabilitasnya mengggunakan reliabilitas ratings. Instrumen tes kemampuan berpikir logis validitasnya menggunakan r-point biserial dan reliabilitasnya menggunakan KR-20. Sementara itu, instrumen angket minat menulis, validitasnya menggunakan r-product moment dan reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi (sederhana dan ganda).

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.1 = 0,69 pada

taraf nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); (2) ada hubungan positif

antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi (r y.2 = 0,30 pada taraf

nyata α = 0,05 dengan N= 80 di mana r t = 0,220); dan (3) ada hubungan positif

antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi (R y.12 =0,69 pada taraf nyata α = 0,05 dengan

N= 80 di mana rt = 0,220).

Dari hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kemampuan berpikir logis dan minat menulis memberikan sumbangan yang berarti kepada keterampilan menulis argumentasi. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi keterampilan menulis argumentasi.


(17)

commit to user

xvii ABSTRACT

Maria Indratin. S840809018. 2010. The Correlation between The Ability of Logical Thinking and Writing Interest and The Skill of Argumentation Writing ( A Survey at Upper Secondary School Students of Regina Pacis in Surakarta. Thesis: Surakarta: Indonesian Education Study Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University.

This research aimed to determine the correlation between (1) the ability of logical thinking and the skill of argumentation writing, (2) writing interest and the skill of argumentation writing, and (3) both the ability of logical thinkingand writing interesttogether and the skill of argumentation writing.

The research was carried out at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta, from June to December 2010. The research method used was correlational survey. The population of the research were the second grade students at upper secondary school of Regina Pacis in Surakarta. The sample consisted of 80 students who were taken by using simple random sampling. The instruments used for data collection were: test for the skill of writing argumentation, its validity used content validity and its reliability used rating reliability. The validity of test instrument for logical thinking used r-point biserial and its reliability used KR-20. While the validity of polling instrument for writing interest used r-product moment and its reliability used Alpha Cronbach. The technique used for analyzing the data was the statistical technique of regression and correlation.

The result of the study shows that: (1) there is a positive correlation between the ability of logical thinking and the skill of writing argumentation (r y1 = .69 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (2) there is a positive correlation between writing interest and the skill of writing argumentation (r y2 = .30 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220); (3) there is a positive correlation between both the ability of logical thinking and writing interest with the skill of writing argumentation (R y. 12 = .69 at the level of significance α = .05 with N = 80 where rt = .220).

The above results show that both the ability of logical thinking and writing interest simultaneously give significant contribution to the skill of writing argumentation. It means that both variables could be good predictors for the skill of writing argumentation.


(18)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi. Bahkan boleh dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantitas hasil percetakan yang terdapat di suatu negara.

Morsey (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 20), menyatakan bahwa tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (dan mudah dipahami). Kejelasan tersebut tergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang cerah.

Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006) dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan


(19)

commit to user

budaya yang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan keterampilan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Terkait dengan hal di atas, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan dalam rangka meningkatkan kemampuam peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi keterampilan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Dalam komunikasi berbahasa, ada empat keterampilan berbahasa, meliputi (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan berhubungan erat dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Henry Guntur Tarigan. 1993: 1)

Sebagaimana diketahui bahwa menulis merupakan satu bentuk komunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah mampu memanfaatkan grafologi, kosa kata, dan struktur bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran


(20)

commit to user

yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis.

Sebagian besar informasi dapat digali dari berbagai jenis atau bentuk tulisan. Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan kembali informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, menulis dapat membantu pula seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Melalui aktivitas menulis yang baik dan benar, siswa mampu menuangkan idenya dalam sebuah tulisan. Sebaliknya, siswa juga mendapatkan sesuatu dari aktivitas menulis yang ia lakukan. Semakin banyak gagasan yang dapat diungkapkannya, maka semakin baik pula keterampilan bernalar (reasoning) anak juga akan berkembang dengan pesat ketika siswa berhasil menuangkan informasi melalui tulisannya.

Dalam dokumen Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Menengah SMA-MA-SMK-MAK (Peraturan Mendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006) salah satu Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/Ma kelas X adalah siswa dituntut mampu menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf argumentatif.

Faktor lain yang terkait dengan mampu tidaknya siswa menulis, adalah minat siswa dalam menulis. Minat adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar karena tertarik atau tidak tertarik untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru harus dapat mengembangkan


(21)

commit to user

minat siswa agar tercipta suasana yang dapat melahirkan kesenangannya untuk menulis.

Sementara beberapa temuan di lapangan menunjukkan bahwa (1) masih sangat terbatasnya jumlah karya siswa dalam bentuk tulisan baik yang terbit melalui media majalah sekolah maupun melalui media massa cetak seperti surat kabar, (2) masih sangat terbatasnya siswa yang tertarik untuk mengikuti berbagai lomba kegiatan menulis, (3) kurangnya motivasi siswa terhadap kegiatan menulis, (4) adanya anggapan bahwa keterampilan menulis adalah bakat, (5) adanya kesan bahwa menulis itu kegiatan yang membosankan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas “Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Minat Menulis dengan Keterampilan Menulis Argumentasi pada Siswa SMA Regina Pacis Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”

 

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi?

2. Apakah terdapat hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi?

3. Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis dengan keterampilan menulis argumentasi?


(22)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menulis argumentasi.

2. Terdapat tidaknya hubungan antara minat menulis dan keterampilan menulis argumentasi.

3. Terdapat tidaknya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para pengajar/guru dan siswa SMA Regina Pacis Surakarta pada khususnya, dan masyarakat pembaca secara luas dan pada umumnya.

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau

informasi pada pembaca maupun para praktisi pendidikan bahasa tentang ada tidaknya hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis

dengan keterampilan menulis argumentasi, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama; seberapa besar kadar kekuatan hubungan di antara variabel bebas (kemampuan berpikir logis dan minat menulis) dan variabel terikat (keterampilan


(23)

commit to user

menulis argumentasi). Selain itu, dapat memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran yang berkenaan dengan menulis argumentasi serta varaibel-variabel yang berperan dalam hubungannya dengan keterampilan menulis argumentasi siswa. Adapun sumbangan variabel-variabel yang berhubungan dengan keterampilan menulis argumentasi tersebut, adalah kemampuan berpikir logis dan minat menulis. Hasil penelitian ini pun dapat juga bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran dan mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas dan mendalam pada masa-masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

Dari segi praktis, berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi tentang seberapa besar kadar kekuatan hubungan antara kedua belah variabel sehingga dengan mengetahui hasil itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan tentang apakah kemampuan berpikir logis dan minat menulis dapat diabaikan atau tidak dalam mengembangkan keterampilan menulis argumentasi siswa. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan besarnya sumbangan kemampuan berpikir logis dan minat menulis kepada keterampilan menulis argumentasi. Besarnya sumbangan kedua variabel tersebut dapat menunjukkan derajat pentingnya variabel-variabel itu terhadap keterampilan menulis argumentasi, dan dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya variabel lain yang mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi siswa. Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada guru bahasa Indonesia khususnya di


(24)

commit to user

SMA Regina Pacis Surakarta dalam menentukan strategi pengajaran menulis argumentasi yang tepat sehingga tujuan pengajaran keterampilan berbahasa, utamanya keterampilan menulis argumentasi dapat dicapai.


(25)

commit to user

8 BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

Pada Bab II ini dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang relevan dengan variabel penelitian yang diteliti, yaitu (1) teori keterampilan menulis argumentasi, (2) teori kemampuan berpikir logis, dan (3) teori minat menulis.

1. Keterampilan Menulis Argumentasi

Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang terkait dengan keterampilan menulis argumentasi. Untuk maksud tersebut, secara berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) pengertian keterampilan, (b) hakikat menulis, (c) tahap-tahap menulis, (d) manfaat menulis, (e) tujuan menulis, (f) pengertian argumentasi, (g) dasar atau landasan argumentasi, (h) cara menguji data, (i) cara menguji fakta, dan (j) cara menilai autoritas.

a. Pengertian Keterampilan

Menurut Gagne dan Briggs (1979: 49-50) terdapat lima kategori keluaran belajar: (1) keterampilan intelektual (intellectual skill), (2) pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy), (3) informasi verbal (verbal information), (4) keterampilan motorik (motor skill), dan (5) sikap (attitudes).


(26)

commit to user

menulis cerita pendek” pada penelitian ini memiliki acuan pengertian yang sepadan dengan salah satu kategori keluaran belajar yang disebutkan Gagne dan Briggs di atas, yaitu keterampilan intelektual. Dijelaskan oleh Winkel (1991: 73), yang dimaksud keterampilan intelektual ialah keterampilan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Menurut Muhibbin Syah (2000: 119) keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi, keterampilan intelektual di sini berkenaan dengan kecekatan orang dalam mendayagunakan segala fungsi mental/kognitifnya untuk mencapai hasil secara maksimal. Melalui penjelasan itu, kata keterampilan pada penyebutan penelitian ini, bukan dimaksudkan sebagai keterampilan motorik yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otot tubuh seseorang.

Berdasarkan pandangan itu, pengertian keterampilan menulis argumentasi di sini diartikan sebagai kecekatan seseorang (siswa) dalam hubungannya dengan bagaimana ia mendayagunakan semua fungsi mental/kognitifnya untuk menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah karangan yang berbentuk argumentasi.

b. Hakikat Menulis

Menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk


(27)

commit to user

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka.

Henry Guntur Tarigan (1993: 21) menyatakan menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dengan kata lain, menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

Sementara itu, McCrimmon (dalam St.Y.Slamet, 2009:96) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya, menulis itu bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai.

Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah (1997: 13), menulis merupakan suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Lebih jauh Bell dan Barnaby (dalam Nunan, 1989: 141) menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas kognitif yang kompleks untuk menunjukkan pengaturan sejumlah variabel secara bersamaan. Kedua variabel yang berlangsung secara bersamaan tersebut,yaitu (1) variabel di dalam kalimat yang mencakup isi, susunan, diksi, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf, dan (2) variabel


(28)

commit to user

di luar kalimat yang terdiri atas penyusunan dan penggabungan kalimat menjadi paragraf.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1987: 270-271), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.

Dalam kegiatan menulis, menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut tata ejaan. Unsur situasi dan paralinguistik yang sangat efektif membantu komunikasi berbicara, tak dapat dimanfaatkan dalam menulis. Karangan adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. dalam hubungan ini, sering kita dengar adanya kata-kata bahasa yang teratur merupakan manivestasi pikiran yang teratur pula.

Berkaitan dengan teori tentang keterampilan menulis, telah dikemukakan hasil penelitian terdahulu. Christine Hockings 1998 “Developing Journal Writing Skills in Undergraduates: the need for Journal Workshops”. Journal of Working Paper 020/98


(29)

commit to user

Series September 1998. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal ini dikemukakan bahwa proses menulis juga dipercaya untuk menstimulasi kegunaan dari keterampilan kognitif pada level tinggi. Dijelaskan bahwa menulis adalah unik yang menuntut penulis menggunakan tiga model dari belajar,yaitu mengejakan, modeling, dan simbolisasi secara berkesinambungan (simultan). Proses menulis memaksa penulis untuk mengingat, merefleksikan, dan membuat tanggap akan informasi dan pengalaman baru, hasil tulisan memenuhi basis atau dasar untuk menyusun konsep, peningkatan identifikasi, modeling, dan perencanaan untuk penerapan di masa yang akan datang mengenai ide dan teori.

Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, Burhan Nurgiyantoro (1987:273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua menekankan unsur gagasan. Kedua unsur tersebut hendaknya diberi penekanan yang sama.

Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan mengenai suatu hal ke dalam bahasa tulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain (pembaca). Dalam hal ini, kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.


(30)

commit to user

c. Tahap-hahap Menulis

Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Menurut Proett dan Gill (1986), ada tiga tahap proses menulis, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap pascapenulisan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah (1997:20) menjelaskan kegiatan menulis adalah suatu proses yang berarti melakukan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan tiga fase, yaitu (1) fase prapenulisan (persiapan), (2) fase penulisan (pengembangan isi kerangka), dan (3) fase pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan).

Masing-masing fase harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan harus dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Kegiatan kepenulisan sangat terkait dengan penalaran. Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti menuju pada suatu simpulan (Anton Moeliono,1989:124-125).

Berpijak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan menulis meliputi tiga tahap yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan).

d. Manfaat Menulis

Kegiatan menulis memiliki banyak manfaat. Menurut Graves (dalam Suparno dan Mohammad Yunus,2002:1.4) manfaat menulis meliputi:


(31)

commit to user

1) Meningkatkan kecerdasan

Dikatakan meningkatkan kecerdasan karena ketika menulis, siswa mengembangkan gagasannya dengan penalaran, yaitu menghubungkan fakta, membandingkannya, dan menggunakan struktur bahasa yang logis agar dapat dipahami pembaca.

2) Mengembangkan daya inisiatif dan kreatif

Pengembangan gagasan pokok menjadi informasi yang lebih rinci dikemas ke dalam kalimat-kalimat yang efektif agar pembaca dapat menangkap pesan yang disampaikan penulis. Untuk itu diperlukan daya inisiatif dan kreatif yang tinggi. 3) Menumbuhkan keberanian

Kegiatan menulis memupuk keberanian untuk berpendapat. Kegiatan menulis diawali dengan penentuan masalah yang dihadapi penulis. Dengan membaca literatur penulis memperoleh masukan dan saran pemecahannya. Penulis dituntut untuk berani membuat keputusan menurut perasaan, pikiran, dan gaya penuangan gagasan yang mungkin berbeda satu dengan yang lain. Penulis juga harus berani menghadapi berbagai kritik dari pembaca karena akan muncul penilaian dari pembaca.

4) Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi

Kegiatan menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Bahan yang akan ditulis adalah informasi. Informasi ditulis dari berbagai sumber. Makin banyak sumber yang dibaca, didengar, maka akan semakin memantapkan penulis dalam mengambil keputusan dan semakin dapat dipercaya.


(32)

commit to user

e. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis memiliki berbagai macam tujuan. Menurut Henry Guntur Tarigan (1993:23-25) ada beberapa tujuan kegiatan menulis. Tujuan tersebut meliputi :

1) memberitahukan atau mengajar yang kemudian disebut dengan wacana informatif (informative discourse).

2) meyakinkan atau mendesak yang kemudian disebut dengan wacana persuasif (persuasive discourse).

3) menghibur atau menyenangkan yang kemudian disebut dengan tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse).

4) mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api yang kemudian disebut dengan wacana ekspresif (expresive discourse).

Sehubungan dengan tujuan penulisan, maka Hugo Hartig merangkumnya sebagai berikut :

1) assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat)


(33)

commit to user

2) altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan, menghindarkan kedukaan, menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6) creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta


(34)

commit to user

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. (Hipple, 1973 : 309-311).

f. Pengertian Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1985 : 3). Dalam ilmu pengetahuan, argumentasi merupakan usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai sesuatu hal.

Georgacarakos, G.N. dan Robin Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan dalam kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau membujuk (persuading). Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya (disebut kesimpulan) ditarik dari pernyataan lainnya (disebut premis).

Argumen dapat digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk mempercayai suatu pernyataan. Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat yang bisa benar atau salah.

Menurut Stephen Naylor Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah berbagai pernyataan yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau menjelaskan beberapa fakta, pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan. Beralasan (reasoning) adalah berbagai wacana dimana beberapa pernyataan


(35)

commit to user

diberikan sebagai alasan untuk sebuah kesimpulan. Untuk menerima beberapa pernyataan memang benar dengan dasar mendukung alasan, atau menawarkan / mempertimbangkan alasan untuk dukungan atau penjelasan tentang sesuatu adalah hal yang berkaitan dengan reasoning. Jadi argumen berisi alasan (reasoning).

Berkaitan dengan teori tentang argumentasi, telah dikemukakan hasil penelitian terdahulu. Lesley A. Rey, Ebony Elizabeth Thomas, dan Steven Engel 2010; 99.6. pg 56-62. “English Journal: Applying Toulmin: Teaching Logical Reasoning and Argumentative Writing.Juli 2010. Dalam hasil penelitian yang dimuat di jurnal ini dikemukakan bahwa argumentasi adalah suatu proses membentuk logika atau alasan-alasan yang masuk akal dari serentetan ide yang bersifat persuasif bagi pembaca/pendengar. Salah satu cara untuk memahami definisi persuasif adalah menganggapnya sebagai suatu alasan-alasan yang menjelaskan bagaimana sesuatu seharusnya. Kita dibujuk dikarenakan penjelasan yang ada sesuai dengan kerangka berpikir kita.

Menulis argumen dimulai dengan membentuk suatu sikap / perasaan hati-hati terhadap sesuatu untuk suatu tujuan dan pembaca tertentu. Orang yang ingin berargumen secara efektif pertama-tama harus mempertimbangkan dimana mereka berada, dan kemudian secara terorganisir mengumpulkan ide-ide dan informasi untuk membujuk pembaca dengan sudut pandang mereka. Supaya lebih meyakinkan, alasan-alasan yang diajukan harus dilengkapi dengan ide-ide, informasi, atau bukti-bukti yang secara sengaja dipilih.


(36)

commit to user

Pengetahuan siswa mengingatkankita bahwa tugas kita tidak mengajari mereka bagaimana berargumen atau bahkan pentingnya berargumen. Sebaliknya, tantangan kita adalah meyakinkan mereka untuk berargumen dalam tulisan akademik. Tiga pertanyaan yang dapat membantu seseorang dengan hati-hati memilih sikap: 1) Sudut pandang: Bagaimana saya melihat dan memahami apa yang sedang saya

pelajari?

2) Pernyataan: Apa yang benar dan seharusnya diketahui tentang subyek ini? 3) Permintaan: Apa yang seharusnya dipahami pembaca tentang subyek ini?

Bukti yang terpercaya dan meyakinkan seharusnya memenuhi empat syarat: 1) Apakah bukti tersebut kredibel?

2) Apakah bukti itu mencukupi? 3) Apakah bukti itu akurat?

4) Urutan bukti mana yang terbaik?

Warrants (2005: 25) menjelaskan bahwa pembenaran adalah alasan yang menghubungkan bukti-bukti dan sikap. Menemukan pembenaran adalah yang paling sulit karena ini adalah tahap dimana kita meminta siswa untuk mengungkapkan dalam kata-kata pemikiran bawah sadar mereka sebelumnya dan menggunakan kerangka berpikir yang baru bagi mereka.

Pembenaran yang efektif membujuk pembaca akan hubungan antara pernyataan yang dibuat dengan bukti-bukti. Mengajar siswa untuk menulis hubungan-hubungan tersebut melibatkan sesi pertanyaan yang menuntut siswa mengungkapkan alasan mereka sampai mereka menginternalisasi pertanyaan-pertanyaan itu untuk diri


(37)

commit to user

mereka. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan:

1) Apa alasanmu untuk memilih bukti-bukti ini untuk mendukung sikapmu? 2) Mengapa kamu berpendapat bahwa bukti ini cocok / mendukung sikap yang

kamu ambil?

3) Bagaimana bukti-bukti ini yang telah kamu pilih berhubungan satu sama lain? Akhirnya, untuk belajar menulis argumen persuasif yang masuk akal, siswa perlu belajar berpikir melalui kompleksitas dan komplikasi suatu permasalahan / subyek / isu, membuat kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan secara hirarki mengelompokkan dan secara logis, mengurutkan ide-ide. Siswa sangat tergantung pada guru untuk memungkinkan hal ini terjadi.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa argumen-tasi adalah suatu retorika yang berupa bukti-bukti yang digunakan untuk menarik suatu simpulan yang akhirnya mampu mempengaruhi sikap dan keyakinan orang lain.

g. Dasar atau Landasan Argumentasi

Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta atau evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang lebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlukan kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Sebab itu, penulis harus meneliti


(38)

commit to user

apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, ia dapat merangkai suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa hal penting yang menjadi landasan argumentasi. Beberapa hal penting tersebut, menurut Gorys Keraf (1985: 5), adalah sebagai berikut:

1) Penalaran

Penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. Penalaran (reasoning), jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.Bahasa tidak bisa dilepaskan dari penalaran.

2) Proposisi

Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat dan kesimpulan. Penalaran dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan


(39)

commit to user

kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.

Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya.

3) Inferensi dan Implikasi

Fakta adalah apa saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi atau sesuatu yang ada di alam ini. Fakta adalah hal yang ada tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat orang-orang tentangnya. Sebaliknya pendapat merupakan kesimpulan (inferensi), penilaian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta atau fakta-fakta itu. Sebab itu setiap ucapan yang bersifat faktual, atau suatu pernyataan yang didasarkan atas fakta, harus selalu dapat dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau yang mustahil. Sebaliknya pendapat atau kesimpulan hanya dapat diterima atau ditolak karena kebenaran atau kemustahilan faktanya dan cara menghubung-hubungkan fakta itu secara absah.

Kata inferensi berasal dari kata latin infrre yang berarti menarik kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta


(40)

commit to user

yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah diragukan dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari simpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dan evidensi(= implikasi), dan simpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi(= inferensi).

4) Evidensi

Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.

Dalam wujudnya yang paling rendah, evidensi berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh seseorang kepada orang lain, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan). Pada dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan diandalkan kebenarannya. Untuk itu pembicara harus mengadakan pengujian atas


(41)

commit to user

data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata. Bila seorang mengatakan bahwa ia telah melihat kapal musuh mendarat di sebuah pantai yang sepi, itu baru merupakan informasi. Kalau sebuah surat kabar memberitakan bahwa ekspor Indonesia bulan Oktober mencapai 500 juta dollar, itu baru merupakan data. Dalam kedua kasus perlu didakan penyelidikan lebih lanjut untuk mendapatkan sebuah fakta, yaitu apakah sungguh-sungguh musuh sudah mendarat di pantai tadi; apakah memang benar ekspor Indonesia bulan Oktober 500 juta dollar, bagaimana perinciannya, barang apa saja yang diekspor, ke negara mana dan sebagainya.

h. Cara Menguji Data

Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukanya yang pasti sebagai fakta, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pegujian tersebut.

1). Observasi

Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakan sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan


(42)

commit to user

peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu. 2). Kesaksian

Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas objek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Kesaksian di sini tidak hanya mencakup apa yang didengar langsung dari seseorang yang mengalami sesuatu peristiwa, tetapi juga diketahui melalui buku-buku, dokumen-dokumen, dan sebagainya.

3). Autoritas

Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autotoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Autotoris dengan demikian dapat diartikan sebagai kesaksian ahli yang diberikan oleh seseorang, sebuah komisi, atau suatu badan atau kelompok yang dianggap berwenang untuk itu.


(43)

commit to user

i. Cara Menguji Fakta

Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau informasi yang telah kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-sungguh terjadi. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian-penilaian tingkat pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta.

Dan penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu.

1) Konsistensi

Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. 2) Koherensi

Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis


(44)

meng-commit to user

inginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemuka-kannya, maka secara kosekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.

j. Cara Menilai Autoritas

Yang dapat dilakukan adalah membanding-bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan sesuatu pendapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut:

1) Tidak Mengandung Prasangka

Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya.

2) Pengalaman dan Pendidikan Autoritas

Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperolehnya harus


(45)

commit to user

dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikan tadi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian-penelitian yang dilakukannya dan presentasi hasil-hasil penelitian dan pendapatnya akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama di atas harus juga diperhatikan.

3) Kemasyuran dan Prestise

Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan/pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi di balik kemasyuran dan prestise pribadi di bidang lain. 4) Koherensi dengan Kemajuan

Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.

Berpijak dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya yang dimaksud dengan keterampilan menulis argumentasi adalah kesanggupan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa Indonesia tulis dengan jelas, didukung oleh organisasi isi atau bahasa yang baik, tata bahasa (struktur) yang benar, pilihan kata dan ejaan yang tepat dengan bertujuan untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca dengan jalan mengemukakan alasan dan bukti-bukti yang kuat tentang suatu kebenaran.


(46)

commit to user

2. Kemampuan Berpikir Logis

Pada subbab ini akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang terkait dengan kemampuan berpikir logis. Untuk maksud tersebut, secara

berturut-turut pada bab ini dideskripsikan teori tentang (a) hakikat berpikir, (b) hakikat penalaran, (c) hakikat logika, (d) jenis-jenis penalaran, (e) hakikat berpikir logis, (f) tahap-tahap berpikir logis, dan (g) argumen

a. Hakikat Berpikir

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai kenyataan-kenyataan yang menunjukkan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengungkapkan pendapat atau pikirannya dengan teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal suatu bahasa. Ini berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Menurut Gorys Keraf (1980: 49), unsur lain adalah segi penalaran atau logika. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami. Dikatakan dengan tegas oleh Jujun S. Suriasumantri (1993 : 43) bahwa manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya itu bersumber pada pengetahuan yang diperolehnya melalui kegiatan berpikir dan merasakan.

Berkaitan dengan hakikat manusia sebagai makhluk berpikir tersebut, perlu dijelaskan arti kata berpikir dan penalaran. Menurut Poespoprodjo dan T. Gilarso (1985 : 4), berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk "mengolah” pengetahuan yang telah diterima melalui pancaindra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran di


(47)

commit to user

dalam batin. Dengan kata lain, berpikir adalah suatu kegiatan berbicara dengan diri sendiri (Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan, 1986 : 1-2). Oleh Partap Sing Mehra dan Jazir Burhan (1986 : 1-2) dijelaskan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Namun, secara umum mereka menggunakan istilah pemikiran, yaitu mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang telah diketahui. Sesuatu yang telah diketahui merupakan data atau bahan pemikiran, sedangkan sesuatu yang belum diketahui merupakan konklusi yang akan diperoleh dari pemikiran. Melalui aktivitas berpikir, manusia mengkaji perihal benda-benda, gejala-gejala, dan peristiwa-peristiwa untuk kemudian menarik kesimpulan berupa ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia memperoleh kebenaran.

Pendapat lain yang tidak kalah pentingnya dikemukakan oleh Jujun S. Suriasumantri (1993 : 42) bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pendapat-pendapat tersebut mempunyai kesamaan. Jadi, berpikir merupakan suatu kegiatan akal yang dilakukan oleh manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar.

b. Hakikat Penalaran

Kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran disebut penalaran. Lebih tegas lagi dijelaskan pula bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan


(48)

commit to user

dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Pengetahuan yang dihasilkan tersebut merupakan pengetahuan yang benar. Namun, apa yang disebut benar bagi tiap orang tidak sama. Oleh karena itu, kegiatan berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun berbeda-beda. Tiap jalan pikiran memiliki kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran itu merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut (Jujun S. Suruasumantri, 1993 : 42).

Menurut Herman J. Waluyo (1989: 3),penalaran adalah kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Selanjutnya, sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri penanda: (1) adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika, dan (2) mempunyai sifat analitik dalam proses berpikirnya.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan (Zainal Arifin dan Amran Tasai, 1991 : 160). Sementara itu, Jos Daniel Parera (1982 : 77) mengemukakan bahwa penalaran adalah proses berpikir untuk mencapai satu kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan-kenyataan atau pernyataan-pernyataan.

Menurut Angelo (1980 : 241), penalaran merupakan penarikan kesimpulan dari pengamatan, fakta-fakta, atau hipotesis. Pendapat lain menyatakan bahwa penalaran (reasoning) adalah proses mengambil simpulan (conclusion, inference) dari bahan bukti atau petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk (Anton M. Moeliono, 1989 : 124-125). Definisi-definisi tersebut memiliki


(49)

commit to user

makna bahwa dalam mengomunikasikan gagasan atau ide diperlukan proses berpikir, yaitu bernalar.

Sementara Gorys Keraf (1995: 5) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu simpulan. Selanjutnya, Gorys Keraf (1990 : 5), menjelaskan bahwa penalaran merupakan salah satu proses berpikir yang mengikuti cara-cara, langkah-langkah, dan syarat-syarat tertentu sedemikian rupa untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diandalkan. Masalah penalaran, yaitu masalah bagaimana mermuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari proses berpikir bagaimana merangkaikan kata-kata, kalimat-kalimat, atau simpulan-simpulan individual menjadi simpulan-simpulan umum. Jalan pikiran manusia pada hakikatnya sangat kompleks yang dapat terdiri dari mata rantai evidensi dan berbagai kesimpulan.

Agar suatu penalaran dapat menghasilkan suatu simpulan yang benar dan sah, penalaran tersebut harus memenuhi persyaratan: (1) berpangkal pada kenyataan; (2) alasan-alasan yang diajukan harus tepat; (3) semua alasan yang berupa fakta atau pemikiran dalam bentuk rangkaian langkah disusun secara logis menjadi suatu jalan pikiran; dan (4) hubungan antara titik pangkal dan kesimpulan harus logis (Poespoprojo, 1985: 13).

Pendapat lain, dikemukakan oleh Thomas (1986 : 10) bahwa penalaran merupakan suatu pernyataan yang diberikan pada sebuah pembenaran, atau penjelasan terhadap suatu dugaan, harapan, atau fakta.


(50)

commit to user

Leahey dan Harris (1997 : 229), berpendapat bahwa penalaran adalah proses penarikan kesimpulan logis berdasarkan fakta atau premis yang ada; sedangkan Suhendar dan Supinah (1992 : 44) mengatakan bahwa penalaran adalah kegiatan berpikir yang lebih tinggi yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, serta bertujuan untuk sampai pada kesimpulan. Sejalan dengan pendapat terdahulu, Poespoprojo dan Gilarso (1985 : 8) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu penjelasan yang menunjukkan kaitan atau hubungan antara dua hal atau lebih yang berdasarkan pada alasan-alasan dan langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada suatu kesimpulan.

Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang bertolak pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Sifat analitik penalaran merupakan konskuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Dalam bidang keilmuan, kegiatan berpikir dilakukan secara sistematis dan didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, kegiatan penalaran yang dilakukan dalam bidang keilmuan adalah proses berpikir logis. Berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau dengan perkataan lain menurut logika tertentu.


(51)

commit to user

c. Hakikat Logika

Logika didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Jujun S. Suriasumantri, 1993 : 42-46). Selanjutnya, pengertian logika ini secara singkat dikatakan oleh Alex Lanur (1983 : 7) sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Kemudian, Anton M. Moeliono (1989 : 124-125) juga mengatakan bahwa logika merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir. Sementara itu, Irving M. Copi sebagaimana dikutip oleh Mundiri (1996 : 2), menyatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

Pada bahasan selanjutnya, Mundiri (1996 : 15) mengatakan bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena

itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Logika

membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. dari pernyataan tersebut tercermin bahwa manusia menggunakan prinsip logika dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak. Dengan logika, manusia dapat berpikir secara benar lepas dari prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena logika dapat mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani.

Seorang yang memiliki jalan pikiran yang tepat sesuai dengan aturan logika berarti ia memiliki pemikiran yang logis. Hal ini sesuai dengan pendapat W.Poespoprodjo dan T.Gilarso (1985: 4), yang mengatakan bahwa suatu jalan pikiran


(52)

commit to user

yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan dalam logika, disebut “logis”, sedangkan jalan pikiran yang tidak mengindahkan patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat, dan dari pikiran yang tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula.

d. Jenis-jenis Penalaran

Dalam tulisan ilmiah ini, dikemukakan dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori, atau keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala,kemudian berdasarkan prinsip tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala tersebut. Herman J. Waluyo (1989: 20) menyatakan bahwa penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.

Sementara, penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum maupun kesimpulan yang bersifat umum berdasar fakta-fakta khusus. Herman J. Waluyo (1989: 16) menyatakan bahwa penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyatan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

Proses penalaran induktif memiliki beberapa variasi antara lain generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang


(53)

commit to user

bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.

Sementara itu, analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain. Sabarti Akhadiah (1988: 3) menyatakan bahwa analogi induktif adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus yang lain yang memilki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.

Di samping analogi induktif, dikenal juga apa yang disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas. Gorys Keraf (1995: 48) menyatakan bahwa analogi penjelas adalah suatu metode untuk menjelaskan hal yang tidak dikenal dengan mempergunakan atau membandingkannya dengan sesuatu hal yang lain yang sudah dikenal. Sebagai metode penjelasan, analogi deklaratif merupakan suatu cara yang sangat bermanfaat, karena gagasan yang bari itu dapat diterima bila dihubungkan dengan apa yang sudah diketahui.

Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola yaitu penalaran dari sebab ke akibat, penalaran dari akibat ke sebab, penalaran dari akibat ke akibat. Ketiga pola hubungan kausal tersebut dapat dipakai secara bergantian dalam sebuah tulisan.

Di samping penalaran, unsur yang memiliki hubungan erat dengan tulisan argumentasi adalah logika. Menurut pengertian sehari-hari, logika adalah ”menurut akal sehat”. Soekadijo (1991: 3) menyatakan bahwa sebagai istilah, logika berarti metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Herman J.


(54)

commit to user

Waluyo (1989: 29) berpendapat bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus atau tepat. Kejelasan, keruntutan, dan ketepatan peng-gunaan kata-kata dalam berbahasa berhubungan dengan kemampuan penalaran sese-orang. Jadi, dengan dimilikinya kemampuan logika yang baik akan sangat men-dukung seseorang dalam mengemukakan argumentasi dengan baik, runtut, dan sah.

Pendapat-pendapat pakar tersebut tidaklah jauh berbeda, tetapi pada hakikatnya sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat dengan dimasukkannya aktivitas berpikir dalam proses bernalar. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa inti dari bernalar adalah berpikir.

e. Hakikat Berpikir Logis

Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar Arsyad, dan Sakura Ridwan (1988: 102-109), berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis seseorang. Pendapat yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang merupakan salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan bagi siapa pun. Hasil berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis.

Sebenarnya, tidak dapat dipahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan dalam bentuk tulisan, ucapan, atau isyarat. Kata-kata yang dituliskan mewakili pikiran bukan sekedar coretan pena belaka, namun merupakan susunan kata yang memuat pikiran. Oleh sebab itu, perlu dipelajari logika, karena logika dapat membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan


(55)

commit to user

kebenaran dan menghindari kekeliruan. Manusia mendasarkan diri atas prinsip dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seorang. Karena itu, logika dapat mendidik manusia bersikap objektif tegas dan berani. Sikap seperti inilah yang dibutuhkan dalam segala situasi dan kondisi.

Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: (1) logis, artinya sebagai kegiatan berpikir yang menurut suatu pola tertentu, atau sesuai dengan logika; dan (2) analitik, artinya sebagai kegiatan berpikir dengan alur atau langkah-langkah tertentu. Sebaliknya, cara berpikir yang tidak termasuk kedalam penalaran, seperti intuisi bersifat tidak logis dan tidak analitik.

Herman J. Waluyo (1989: 29) menyatakan bahwa berpikir kritis erat hubungannya denga logika, sebab berpikir kritis merupakan objek material logika. Lebih lanjut, Herman J. Waluyo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan berpikir kritis adalah kegiatan berpikir akal budi manusia.

Menurut Carney dan. Scheer (1980: 3-14), logika pada dasarnya adalah ilmu tentang argumen dan metode yang menentukan bilamana argumen benar atau salah. Argumen adalah serangkaian pernyataan dengan sebuah kesimpulan. Serangkaian pernyataan ini terdiri dari dua atau lebih pernyataan yang disebut premis. Setiap argumen berisi satu kesimpulan dan paling tidak satu premis.

Berpikir logis mempunyai kaitan dengan sikap dan sifat analitis. Pendapat yang logis merupakan hasil analisis yang seksama dan cermat, itulah yang merupakan salah satu sebab bahwa pendapat yang logis mempunyai keberterimaan bagi siapa


(56)

commit to user

pun. Hasil dari berpikir logis tidak dapat dipisahkan dari proses berpikir logis. (Jamaluddin Kafie,1989: 41).

f. Tahap-hahap Berpikir Logis

Menurut Sumadi Suryabrata (1989: 54-56), proses berpikir logis pada pokok- nya terdiri dari tiga tahap, yaitu 1) tahap pebentukan pengertian, 2) tahap pembentukan pendapat, dan 4) tahap penarikan kesimpulan.

1) Pada tahap pembentukan pengertian. Proses pembentukan pengertian dimulai dari pemahaman terhadap suatu objek. Orang yang tidak memahami suatu objek tidak akan menarik suatu pengertian terhadap objek tersebut. Objek tersebut dapat berupa benda-benda (orang), peristiwa-peristiwa, dan fenomena-fenomena atau persepsi yang diperoleh.

Tahap pembentukan pengertian logis dapat dibentuk melalui empat langkah, yaitu: (1) dengan cara menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Misalnya, jika kita ingin membentuk pengertian tentang manusia, kita harus menganalisis ciri-ciri manusia itu; (2) dengan cara membanding-bandingkan ciri-ciri yang telah diperoleh. Proses perbandingan ini untuk mengetahui ciri-ciri yang sama dan ciri-ciri yang tidak sama, ciri-ciri yang selalu ada, dan tidak ada, ciri-ciri yang hakiki dan yang tidak hakiki; (3) dengan cara mengabstraksikan. Cara ini dimaksudkan untuk mengambil ciri-ciri yang mempunyai kesamaan sebagai dasar untuk membentuk pengertian; (4) berdasarkan ketiga langkah tersebut ditariklah pengertian tentang objek yang diamati.


(57)

commit to user

2) Tahap pembentukan pendapat. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan pengertian. Pada tahap pembentukan pendapat, pengertian-pengertian yang telah diperoleh pada tahap pertama dicoba menghubung-hubungkannya. Berdasarkan hubungan tersebut ditariklah suatu pendapat. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat. Dengan demikian, pada hakikatnya sebuah alinea adalah gabungan dari beberapa pendapat, karena dalam alinea atau paragraf terdapat beberapa kalimat.

3) Tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, diperolehnya suatu pendapat bukan berarti kegiatan berpikir logis telah selesai, justru itulah inti kegiatan berpikirlogis dimulai, yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan pendapat akhir dari kegiatan berpikir logis. Dalam berpikir logis, penarikan kesimpulan tersebut sesuai dengan teori yang dilakukan secara induktif, deduktif, dan analogi. Berkaitan dengan penarikan kesimpulan ini, Garlikov menjelaskan bahwa untuk membuat pernyataan (kesimpulan) yang benar diperlukan bukti-bukti yang aktual, cukup dan sesuai dengan apa yang dinyatakan. (http://www.educ.kent. edu/deafed/b990423.htm).

g. Argumen

Banyak argumen yang tidak sepenuhnya dinyatakan. Simpulan satu atau lebih premis atau dua-duanya mungkin tidak dinyatakan. Argumen ini disebut entimem (Enthymemes). Sebuah premis dihilangkan karena hal ini jelas kepada siapa argumen dinyatakan.


(58)

commit to user

Premis yang mengikuti membuat argumen sebelumnya menjadi benar. Sebuah aturan untuk menyediakan premis yang hilang ini disebut Principle of Charity. Ini adalah aturan dimana seseorang seharusnya menyediakan premis yang hilang karena meletakkan argumen pada tempat yang sesuai.

Dalam argumen deduktif, kesimpulan yang ditarik dari premis-premis menjadi kesimpulan yang tidak mungkin bagi premis-premis itu benar dan kesimpulannya salah ; sedangkan karakteristik argumen induktif adalah bahwa kesimpulan dari sebuah argumen merupakan kesimpulan yang ditarik dari premis dengan syarat bahwa hal ini mungkin terjadi jika kesimpulannya salah walapun diketahui kebenaran setiap premis. Tingkat ketidakmungkinan bervariasi dari argumen satu dengan yang lain.

Dalam argumen, orang tidak berharap bahwa kesimpulan pasti benar jika premisnya benar. Premis semata-mata memberikan bukti untuk mendukung kesimpulan dan tidak lebih dari itu. Argumen deduktif dikatakan valid bagi premis benar dan kesimpulannya salah.

Georgacarakos dan Smith (1979: 4-7) mengemukakan bahwa apa yang dimaksud dengan argumen adalah satu hal tertentu yang dapat kita gunakan dalam kegiatan berpikir/beralasan (reasoning), meyakinkan (convincing), atau membujuk (persuading). Statement atau pernyataan adalah sebuah kalimat yang bisa benar atau salah.

Argumen adalah serangkaian pernyataan yang salah satunya (disebut kesimpulan) ditarik dari pernyataan lainnya (disebut premis). Argumen dapat


(59)

commit to user

digunakan untuk membujuk atau meyakinkan orang untuk mempercayai suatu pernyataan. Sedangkan logika adalah studi tentang bagaimana kita sebaiknya membentuk argumen.

Argumen yang valid adalah argumen yang ditarik dari premis. Sound Argu- men adalah argumen yang valid dimana premis-premisnya benar. Untuk menyatakan bilamana argumen itu valid, yang dapat dilakukan adalah menentukan kesimpulan yang benar yang ditarik dari premis-premis yang ada.

Definisi bentuk argumen adalah suatu rangkaian pernyataan (masing-masing disebut premis) dan sebuah pernyataan lagi yang disebut kesimpulan. Untuk menentukan bentuk argumen, menggunakan prosedur berikut ini: (1) menyingkat pernyataan argumen dan kemudian kita membuat pernyataan dari argumen-argumen itu. Akan tetapi,kita harus mempunyai suatu cara untuk menentukan pernyataan yang merupakan kesimpulan dan yang merupakan premis.

Ada dua aspek dalam masalah ini, yaitu (a) kita harus mampu mengidentifikasi premis dan kesimpulan,(b) kita harus memiliki suatu cara untuk mempresentasikan hal ini dalam bentuk argumen. Dua masalah ini cukup mudah diselesaikan karena argumen hamyalah suatu rangkaian pernyataan dan sebuah pernyataan. Yang harus kita lakukan adalah mendata pernyataan-pernyataan yang terkandung dalam argumen dan menandai salah satu premis.

Menurut Thomas (1986: 10-38), sebuah alasan adalah berbagai pernyataan yang diberikan untuk mendukung, membenarkan, atau menjelaskan beberapa fakta, pernyataan, pengharapan, prediksi dan peringatan. Beralasan (reasoning) adalah


(1)

commit to user

bahwa secara signifikan ada hubungan positif antara kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara bersama-sama dengan keterampilan menulis argumentasi. Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian ini pun juga telah teruji kebenarannya. Ada hubungan positif dimaknai bahwa makin baik kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa, maka makin baik pula keterampilan

menulis argumentasi siswa (R y.12 = 0,69, dengan sumbangan 47,61).

Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka ketiga hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima dan teruji kebenarannya secara empiris Dengan demikian kemampuan berpikir logis dan minat menulis secara

sendiri-sendiri maupun bersama-sama memiliki hubungan positif dengan keterampilan menulis argumentasi.

Apabila dilihat dari besar nilai sumbangan variabel bebas (prediktor) kepada variabel terikat (respons), diketahui bahwa kemampuan berpikir logis memberikan sumbangan atau kontribusi yang lebih besar daripada minat menulis mereka.

B. Implikasi

Secara teoritis, penelitian ini berimplikasi bahwa keterampilan menulis argumentasi tidak akan muncul begitu saja, tetapi ditentukan oleh beberapa faktor; dan dua di antaranya ialah kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa. Hal ini berarti bahwa secara konseptual agar siswa memiliki keterampilan menulis argumentasi yang baik, yang ditandai dengan hasil tulisan mereka yang bermutu (baca: sesuai dengan indikator yang diukur) diperlukan adanya faktor pendukung


(2)

commit to user

(determinan) antara lain faktor kemampuan berpikir logis dan faktor minat menulis siswa.

Selanjutnya dari implikasi teoritis tersebut dilahirkan implikasi praktis yang merupakan kebijakan pokok yang berbentuk usaha-usaha nyata bagaimana agar keterampilan menulis argumentasi siswa dapat ditingkatkan. Usaha-usaha tersebut adalah dengan jalan meningkatkan kemampuan berpikir logis dan minat menulis mereka. Secara rinci beberapa implikasi kebijakan atau usaha nyata tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Argumentasi

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis para siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain:

a. Guru memberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup memadai tentang

logika atau ilmu bernalar yang membahas tentang cara-cara atau kaidah berpikir secara tepat. Hal ini dilakukan dengan jalan menyampaikan materi logika tersebut di depan siswa di kelas pada saat mengajar topik menulis.

b. Guru memberikan pelatihan-pelatihan penarikan simpulan secara deduktif dan

induktif dengan jalan memberi tugas untuk menyusun paragraf yang kohesif dan koheren dengan menerapkan cara berpikir deduktif, dan induktif sehingga bila usaha ini dilakukan akan mendukung hasil tulisan argumentasi mereka.

c. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menganalisis kembali terhadap


(3)

commit to user

mencermati kembali apakah menggunakan penalaran deduktif, induktif, maupun gabungan keduanya. Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu mengenal organisasi seluruh tulisan yang dikembangkan oleh penulis melalui bacaan.

2. Upaya Meningkatkan Minat Menulis untuk Meningkatkan Keterampilan

Menulis Argumentasi

Ada beberapa upaya yang bisa orang tua maupun guru dalam meningkatkan minat menulis siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan tersebut antara lain:

a. Orang tua, wajib mengarahkan dan mengalihkan perhatian mereka (khususnya

anak-anak) dari kegiatan menonton televisi ke kegiatan belajar menulis. Apalagi dengan dicanangkannya wajib belajar dengan cara mematikan pesawat televisi pada jam yang telah ditentukan.

b. Orang tua juga harus berperan sebagai vasilitator, yaitu menyediakan

buku-buku yang bertalian dengan seluk-beluk menulis serta kebutuhan lainnya untuk menopang aktivitas belajar menulis.

c. Orangtua wajib menciptakan iklim dan suasana belajar yang baik di ruang

belajar anak atau rumah, sehingga dengan iklim dan suasana belajar yang kondusif di rumah diharapkan dapat membantu memotivasi anak dalam belajar menulis.

d. Orangtua perlu membiasakan pada anak untuk membuat tulisan yang baik dan


(4)

commit to user

e. Guru memberikan penjelasan dan petunjuk tentang arti penting kegiatan

menulis agar mereka sadar dan terdorong untuk melakukan kegiatan menulis secara teratur, berencana, dan kontinyu.

f. Guru menjelaskan strategi belajar yang efektif dan efisien.

g. Guru memberi tugas kepada siswa untuk berlatih menulis dengan masalah

atau topik tertentu yang diarahkan oleh gurunya.

h. Guru menugasi siswa untuk membuat ringkasan atas buku-buku bahasa

Indonesia yang menunjang kegiatan belajarnya.

i. Guru memberi masukan kepada pihak-pihak yang berkompeten (pengambil

kebijakan dan pimpinan perpustakaan) mengenai buku atau bahan bacaan yang diperlukan siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas, berikut ini diusulkan saran-saran sebagai berikut.

1. Saran untuk Para Guru Bahasa Indonesia SMA Regina Pacis

Guru hendaknya tidak langsung memberikan tugas kepada siswa untuk

membuat karangan bebas. Oleh karena itu, guru perlu merencanakan program menyusun tulisan atau karangan yang terarah, dan perlu diberikan kepada siswa pelatihan-pelatihan yang terkait dengan membuat tulisan yang terkendali. Salah satu wujud komposisi terarah itu adalah pemberian latihan menganalisis aspek-aspek


(5)

commit to user

karangan atau tulisan (misalnya, ejaan dan tanda baca atau pengorganisasian paragraf), tetapi dapat mencakupi beberapa aspek karangan sekaligus.

Berhubung kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa dan keterampilan menulis argumentasi siswa masih jauh dari yang diharapkan, maka guru bahasa Indonesia hendaknya perlu mengembangkan ketiga bidang tersebut pada para siswa lewat bangku pendidikannya di sekolah, bilamana dirasakan perlu dibuat program kegiatan ekstrakurikuler untuk latihan ini.

Guru bahasa Indonesia perlu lebih kreatif menyesuaikan teknik pengajarannya dengan kemampuan siswa sedemikian rupa sehingga teknik yang digunakan dapat diterima siswa, baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah. Hal ini diperlukan karena latar belakang siswa sangat beragam.

Dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis argumentasi siswa, guru bahasa Indonesia perlu memperhatikan aspek kemampuan berpikir logis dan minat menulis siswa secara bersama-sama, karena kedua aspek tersebut telah terbukti memiliki peran yang penting dalam menulis argumentasi.

Dalam penelitian ini terbukti aspek kemampuan berpikir logis memberi

sumbangan yang lebih daripada aspek minat menulis, untuk itu guru bahasa Indonesia perlu menciptakan kebiasaan pada siswa untuk berlatih menuangkan gagasan ke dalam tulisan dengan proses berpikir yang logis.

Untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentasi, guru bahasa Indonesia, disarankan agar menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah yang dilangsungkan secara periodik dan berjenjang. Siswa perlu secara terus-menerus


(6)

commit to user

dimotivasi untuk mengikuti lomba tersebut. Dalam penyelenggaraan lomba diusahakan ada hadiahnya. Konsekuensi dari tindakan itu adalah guru bahasa Indonesia perlu menyediakan waktu yang lebih banyak untuk memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa.

2. Saran untuk Para Siswa

Para siswa disarankan untuk meningkatkan pula aspek kemampuan berpikir logis dan minat menulis. Saran ini penting agar mereka bisa meningkatkan keterampilan menulisnya, khususnya menulis argumentasi dan menulis pada umumnya. Hal ini disadari bahwa hasil penelitian ini telah menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis dan minat menulis memiliki hubungan yang positif dengan keterampilan menulis argumentasi dan telah teruji kebenarannya di lapangan.

3. Saran untuk Peneliti yang Lain

Kepada peneliti lain, adalah agar mereka mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas, sehingga aspek-aspek lain yang diduga memiliki hubungan dengan keterampilan menulis argumentasi dapat dideteksi secara komprehensif. Selain itu dapat pula memperluas wilayah penelitiannya, mungkin tingkat propinsi. Saran ini disampaikan karena hasil penelitian ini telah membuktikan secara empiris bahwa dua variabel bebas yang ditetapkan (dalam hal ini kemampuan berpikir logis dan minat menulis) memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keterampilan menulis argumentasi.