Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pemilu bagi sebuah negara yang menganut paham demokrasi sejatinya merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan. Sebagaimana dikatakan oleh Huntington 1995, demokrasi adalah suatu sistem politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi dalam sistem ini dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala. Karena itu, pemilu tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan pemerintahakan keabsahan kekuasaannya, juga yang terpenting adalah sebagai sarana bagi rakyat untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1 Indonesia sebagai negara penganut demokrasi, juga sudah tentu melaksanakan Pemilu sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Pemilu adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung,umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. 2 1 Ibramsyah Amirudin, Kedudukan KPU dalam Struktur Kenegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. 2008. Yogyakarta: Laksbang Mediatama. 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, hal. 105. Didalam Pemilu, hak- hak dan aspirasi rakyat dapat disalurkan secara langsung dan bebas. Universitas Sumatera Utara 2 Pelaksanaan Pemilu di Indonesia tidak terbatas hanya dalam penentuan pemimpin negara saja. Tetapi Pemilu juga diperuntukkan bagi warga negara untuk memilih secara langsung wakilnya di daerah tingkat provinsi maupun kabupatenkota. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dilaksanakanlah Pemilukada Pemilihan Umum Kepala Daerah. Pemilukada merupakan sebuah proses perwujudan demokrasi di tingkatan daerah dalam rangka memilih kepala daerah secara langsung oleh warganya untuk mencari sosok pemimpin seperti apa yang mereka inginkan. Aturan mengenai pemilihan kepala daerah pertama kali diatur dalam Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat 1 yang mengatakan bahwa “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. 3 Kemudian dilanjutkan pada pasal 2 yang berbunyi “Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik”. 4 Undang-undang ini kemudian direvisi berbagai penjelasan teknisnya dalam PP Nomor 6 tahun 2005. Maka sejak tahun 2005 pelaksanaan Pemilukada pertama kali dilaksanakan di Indonesia. 5 Berdeda dengan provinsi lain di Indonesia, Pemilukada di Aceh tidak hanya diikuti oleh partai politik nasional saja, tetapi juga partai politik lokal. Hal ini disebabkan adanya aturanregulasi mengenai Pemilukada untuk daerah Aceh 3 Undang-undang Otonomi Daerah, Bandung: Fokusmedia, 2008 hal. 46-47. 4 Ibid, hal. 47. 5 Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Semarang: LP3M Universitas Wahid Hasyim, 2005, hal. 120. Universitas Sumatera Utara 3 yang diatur dalam Undang-undang RI No. 11 tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh pasal 67 ayat 1 yaitu: 6 Kondisi kekhususan ini tidak terlepas dari kondisi Aceh sebagai daerah yang dilanda konflik. Setelah hampir 39 tahun konflik antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka, pada tanggal 15 Juni 2005 terjalin perjanjian damai antara kedua belah pihak yang ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka GAM di Helsinski, Finlandia. Nota kesepahaman tersebut memuat 6 enam pasal utama. Salah satu diantaranya mengenai penyelenggaraan pemerintahan Aceh, Undang- undang tentang penyelenggaraan Pemerintahan Aceh, tentang partisipasi politik yang didalamnya memuat tentang pengaturan pembentukan partai politik lokal Partai Lokal, tentang ekonomi yang menyebutkan bahwa Aceh berhak menguasai 70 hasil dari semua cadangan sumber daya alam yang ada di wilayah Aceh, tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur perumusan kembali hukum-hukum di Aceh berdasarkan prinsip-prinsip universal HAM sebagaimana tercantum dalam konvenan internasional PBB mengenai hak sipil, Pasangan calon GubernurWakil Gubernur, bupatiwakil bupati, dan walikotawakil walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat 1 diajukan oleh : a. partai politik atau gabungan partai politik; b. partai politik lokal atau gabungan partai politik lokal; c. gabungan partai politik dan partai politik lokal; danatau d. perseorangan. 6 Undang-undang No 11 tentang Pemerintahan Aceh, diakses melalui http:www.kpu.go.iddmdocumentsUU_11_2006.pdf diakses pada tanggal 01 Agustus 2012 pukul 14.10 WIB. Universitas Sumatera Utara 4 politik ekonomi, sosial dan budaya. 7 7 Partai politik lokal di Aceh diakses melalui Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan damai tersebut, maka pada tanggal 1 Agustus 2006 ditandatanganilah Undang-undang No. 11 tentang Pemerintahan Aceh oleh Presiden RI. Merujuk pada aturan diatas, maka dalam Pemilukada di Aceh diperbolehkan keikutsertaan partai lokal. Keikutsertaan partai lokal pada Pemilukada Aceh ini menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dengan pemilukada di daerah lainnya, dimana di daerah lain tidak ada aturan yang memperbolehkan keikutertaan partai lokal dalam pelaksanaan Pemilukada. Meskipun demikian, pada pelaksanaan Pemilukada Aceh tahun 2006, pencalonan calon gubernur-wakil gubernur dari partai lokal belum dapat diikutsertakan, karena proses verifikasi partai politik lokal baru akan dilaksanakan bersamaan dengan verifikasi partai politik nasional untuk menghadapi Pemilu tahun 2009. Namun pada saat itu, Pemilukada Aceh sudah mengakomodir kehadiran calon independen. Dimana pemenangnya pada saat itu adalah calon independen itu sendiri, yakni pasangan calon gubernur Aceh Drh. Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar, S.Ag yang kemudian menjadi Gubernur-Wakil Gubernur Aceh Periode 2007-20012. Keikutsertaan partai lokal di Aceh baru diperbolehkan pada Pemilukada tahun 2012 baru-baru ini. Pemilukada ini diikuti oleh 5 lima pasangan calon gubernur-wakil gubernur Aceh yang berasal dari gabungan partai politik nasional, partai politik lokal dan dari pasangan calon independen bahkan gubernur incumbent juga ikut serta. http:rumahkuindonesia.blogspot.com201111partai-politik- lokal-di-Aceh.html diakses pada tanggal 07 Agustus 2012 pukul 12.16 WIB. Universitas Sumatera Utara 5 Tabel 1.1 Nama Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Aceh pada Pemilukada Tahun 2012 No Urut Nama Calon Jalur 1. Tgk. Ahmad Tajuddin – Ir. Suriansyah Perseorangan 2. Drh. Irwandi Yusuf – Muhyan Yunan Perseorangan 3. Prof. Darni Daud – DR. Ahmad Fauzi Perseorangan 4. Muhammad Nazar, S.Ag – Ir. Nova Iriansyah PD, PPP, SIRA 5. Dr. Zaini Abdullah – Muzakkir Manaf Partai Aceh Sumber: http:kip-Acehprov.go.idcalon-kepala-daerah-untuk-pemilukada-Aceh- 2012.html Namun dalam pelaksanaannya, Pemilukada Provinsi Aceh ini tidak terlalu berjalan dengan mulus. Jadwal pelaksanaan Pemilukada yang semula ditetapkan oleh Komisi Independen Pemilihan KIP Aceh dilangsungkan pada tanggal 16 Februari 2012, sempat mengalami penundaan. Kondisi keamanan Aceh yang pada saat itu dinilai kurang kondusif menjadi latar belakang pengunduran pelaksanaan pesta demokrasi Aceh tersebut. Mahkamah Konstitusi MK kemudian memutuskan pelaksanaan Pemilukada Aceh dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal 9 April 2012. Setelah melalui proses panjang, Pemilukada Aceh yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2012 ini dimenangkan oleh pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur dari yang diusung oleh Partai Aceh dr. Zaini Abdullah – Muzakkir Manaf. Pasangan yang mengusung tagline ZIKIR ZaIni dan muzakKIR tersebut, mendominasi hampir seluruh wilayah Aceh dengan total perolehan suara Universitas Sumatera Utara 6 1,327,695 55.78. Berikut data yang penulis himpun dari Data Center KIP Aceh: Tabel 1.2 Hasil Akhir Pemilukada Aceh 2012 No Urut Nama Calon Jumlah Suara Persentase 1. Tgk. Ahmad Tajuddin – Ir. Suriansyah 79,330 3,33 2. Drh. Irwandi Yusuf – Muhyan Yunan 694,515 29,18 3. Prof. Darni Daud – DR. Ahmad Fauzi 96,767 4,07 4. Muhammad Nazar, S.Ag – Ir. Nova Iriansyah 182,079 7,65 5. Dr. Zaini Abdullah – Muzakkir Manaf 1,327,695 55.78 Sumber: Data Centre KIP Aceh Hasil perolehan ini menunjukkan suatu keunikan, dimana pemenang Pemilukada kali ini berasal dari partai politik lokal yang sejatinya adalah “pendatang baru” dalam pesta demokrasi daerah di Aceh dan merupakan partai lokal satu-satunya di Indonesia. Apalagi pesaing mereka adalah incumbent yang pada Pemilukada terdahulu merupakan calon gubernur yang diusung oleh GAM cikal bakal Partai Aceh. Padahal jika dicermati, dalam Pemilukada yang dilaksanakan di Indonesia, biasanya terdapat kecenderungan incumbent terpilih kembali menang. Beberapa contoh misalnya dalam rentang tahun 2005-2007, di Jawa Tengah, dari 10 kabupatenkota di mana incumbent ikut Pilkada, 7 daerah Kabupaten Kebumen, Kota Semarang dan Kabupaten Kendal, Kabupaten Purbalingga, Blora, Sukoharjo, dan Kota Magelang dimenangkan incumbent, tiga incumbent kalah Kota Solo, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Rembang. Begitu juga di Universitas Sumatera Utara 7 Banten, pada tiga Pilkada yang semuanya diikuti calon incumbent, dua daerah dimenangkan calon incumbent Kota Cilegon dan Kabupaten Pandeglang, satu incumbent kalah Kabupaten Serang. Kemenangan incumbent biasanya dipengaruhi oleh faktor popularitas selama masa ia menjabat 8 Apalagi beberapa survei yang dilakukan sebelum terlaksananya Pemilukada menunjukkan incumbent lebih poluler di masyarakat Aceh. Salah satunya survei yang diangkat oleh portal berita Waspada Online dalam berita berjudul “Hasil Survey, Irwandi Yusuf Teratas”, menunjukkan popularitas calon incumbent ini masih teratas . 9 8 Lili Romli, Kecenderungan Pilihan Masyarakat Dalam Pilkada, pada jurnal poelitik vol. 1 no. 1, hal 4, diakses melalui . Namun, fenomena yang terjadi pada Pemilukada Aceh 2012 ini, pasangan ZIKIR yang diusung oleh Partai Aceh mampu mengalahkan incumbent yang terbukti populer. Bahkan di Kabupaten Bireuen, yang merupakan tempat kelahiran incumbent, dan seharusnya dapat menjadi basis massa bagi incumbent, ZIKIR juga mampu memenangkan Pemilukada dengan perolehan hasil diatas 50. Berangkat dari kondisi tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana strategi politik yang diterapkan oleh Partai Aceh untuk memenangkan pasangan dr. Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf pada Pemilukada Aceh tahun 2012.

I.2 Rumusan Masalah