Tinjauan Pustaka Geografi Dialek Bahasa Karo di Kecamatan Munte Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

16 1995:54. Contohnya, pada bahasa Karo terdapat dua kata untuk merealisasikan kata ‘kamu’, yaitu kam dan әŋkO. Dikatakan perbedaan dalam aspek reduplikasi, jika variasi kata berada di bidang morfologi. Penelitian ini mendeskripsikan perbedaan dalam aspek reduplikasi yang terdapat dalam bahasa Karo di Kecamatan Munte Kabupaten Karo tersebut. Contohnya, u ntuk merealisasikan kata ‘anak’ di Desa Munte, Desa Singgamanik, Desa Tanjung Beringin, Desa Kuta Suah, dan Desa Guru Benua mengatakan dadanak, sedangkan di Desa Sukarame, Desa Sarimunte dan Desa Gunung Saribu merealisasikan kata ‘gayung’ dengan danak-danak. Sama halnya dengan perbedaan unsur kebahasaan dalam bahasa Karo, variasi perbedaan bahasa atau dialek juga penting. Teori yang dipaparkan di atas dapat menunjukkan perbandingan antar variasi dialek di Kecamatan Munte Kabupaten Karo.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pemetaan kebahasaan dapat disampaiskan sebagai berikut: Bangun, dkk 1982 dalam penelitian yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Batak Toba”, menyatakan bahwa bahasa Batak Toba terdiri atas lima dialek yaitu dialek Silindung, dialek Humbang, dialek Toba, dialek Samosir, dan dialek Sibolga. Ciri yang digunakan sebagai pembeda adalah perbedaan fonologis, perbedaan morfologis, dan perbedaan semantis. Penelitian ini menggunakan metode cakap dalam pengumpulan data dan menggunakan metode padan dalam menganalisis data. Penelitian ini berlandaskan teori dialektologi struktural. Universitas Sumatera Utara 17 Widayati 1997 dalam tesisnya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Melayu di Wilayah Timur Asahan”, mengkaji bidang fonologi, morfologi dan leksikal. Deskripsi leksikal menunjukkan adanya beberapa perbedaan dengan bahasa Melayu Umum dan dalam bahasa Melayu Asahan terdapat dua dialek, yaitu dialek Batubara dan dialek Tanjung Balai. . Penelitian tentang geografi dialek ini menggunakan teori dialektologi struktural. Penelitian ini menggunakan metode cakap dalam pengumpulan data dan menggunakan metode padan untuk menganalisis data yang diperoleh. Khairiyah 1999 dalam skripsinya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Melayu di Kecamatan Tanjung Pura”, menyimpulkan bahwa terdapat variasi yang disebabkan oleh faktor geografis, faktor mobilitas penduduk, dan faktor sosiologis. Variasi fonologi dapat dilihat kesejajarannya dengan variasi leksikal yang secara bersama membedakan kelompok-kelompok titik pengamatan hasil perhitungan dialektometri. Berdasarkan uraian dan perhitungan dialektometri, bahasa Melayu di Kecamatan Tanjung Pura memiliki perbedaan wicara, yaitu perbedaan wicara Melayu Dataran Tinggi dan perbedaan wicara Melayu Pesisir. Penelitian tentang geografi dialek ini menggunakan teori dialektologi struktural. Metode dan teknik pengumpulan data pada penelitian dialektologi ini adalah menggunakan metode cakap. Penelitian ini menggunakan metode padan untuk menganalisis data yang diperoleh. Kaban 2000 dalam skripsinya yang berjudul “Geografi Bahasa Batak Karo di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo”, membahas variasi-variasi pada bidang leksikon dan fonologi. Dengan perhitungan dialektometri diketahui ada dua subdialek yang berbeda, yaitu subdialek Surbakti dan subdialek Tigapancur. Penelitian tentang geografi dialek ini menggunakan teori dialektologi struktural. Metode dan teknik pengumpulan data pada penelitian dialektologi ini adalah menggunakan metode cakap. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan. Universitas Sumatera Utara 18 Nasution 2001 dalam skripsinya yang berjudul ”Geografi Dialek Bahasa Mandailing di Kecamatan Lembah Meli ntang”, membahas tentang variasi di bidang leksikon dan fonologi. Variasi fonologi dapat dilihat kesejajarannya dengan variasi leksikon yang secara bersama membedakan kelompok-kelompok titik pengamatan hasil penghitungan dialektometri. Penelitian tentang geografi dialek ini menggunakan teori dialektologi struktural. Metode dan teknik pengumpulan data pada penelitian dialektologi ini adalah menggunakan metode cakap. Sembiring 2009 dalam disertasinya yang berjudul ”Variasi Dialek Bahasa Karo di Kabupaten Ka ro, Deli Serdang” meneliti tiga kabupaten. Sebagai hasilnya dapat ditemukan bahwa pada ketiga kabupaten tersebut sudah ada tiga dialek bahasa Karo, yaitu dialek Karo Singalor Lau yang daerah pakainya di Kecamatan Juhar dan Lau Baleng, dialek Karo Julu yang daerah pakainya di Kecamatan Tiga Panah dan Merek dengan subdialeknya di Kecamatan Kuta Buluh dan Payung, dan dialek Karo Jahe yang daerah pakainya di Kabupaten Langkat serta daerah subdialeknya di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini adalah suatu penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif sebagai utama dan kuantitatif untuk menentukan jarak peta yang dibandingkan. Dalam hal menganalisis data, peneliti mendeskripsikan semua ujaran yang diperoleh dari informan. Setelah pendeskripsian ujaran selesai maka dikelompokkan ucapan tersebut sesuai daerah data tersebut diperoleh. Selanjutnya, ujaran tersebut diamati unsur pembeda antara satu dengan lainnya. Toha 2013 dalam tesisnya yang berjudul “Isolek-Isolek di Kabupaten Aceh Tami ang Provinsi Aceh : Kajian Dialektologi” meneliti isolek Tamiang menggunakan kajian dialektologi. Hasil penghitungan dialektometri pada 400 kosakata pada tataran leksikal menunjukkan dalam isolek Tamiang terdapat dua dialek; Hilir dan Hulu. Hasil analisis secara sinkronis memperlihatkan isolek Tamiang memiliki 18 konsonan dan 9 Universitas Sumatera Utara 19 vokal. Hasil analisis diakronis menunjukkan bahwa dialek Hilir masih memelihara unsur relik, sehingga dapat dikatakan dialek Hilir sebagai daerah relik, sedangkan dialek Hulu merupakan daerah inovasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan metode cakap, teknik simak libat cakap diterapkan dengan melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Penelitian ini berlandaskan pada kerangka teori dialektologi. Teori dialektologi digunakan dalam pendeskripsian perbedaan pada unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara daerah pengamatan yang menjadi sampel penelitian. Yonelda 2013 dalam skripsinya yang berjudul ”Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir”, membahas tentang variasi leksikal di Kabupaten Samosir dan terdapat 79 variasi leksikal dari 100 kosakata yang digunakan di tiga kecamatan di kabupaten Samosir. Penelitian tentang geografi dialek ini menggunakan teori dialektologi struktural. Metode dan teknik pengumpulan data pada penelitian dialektologi ini adalah menggunakan metode cakap. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan, metode berkas isogloss, dan metode dialektometri. Si manjuntak 2014 dalam skripsinya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan”, membahas tentang variasi fonemis dan variasi leksikon di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten Humbang Hasundutan terlihat adanya variasi bunyi dalam pemakaian bahasa batak Toba. Variasi tersebut ada pada bidang leksikon dan bidang fonologi. Variasi fonologi dapat dilihat dengan variasi leksikon yang secara bersama membedakan kelompok-kelompok daerah pengamatan hasil perhitungan dialektometri. Dialek Humbang Hasundutan Selatan terdiri atas dua subdialek, yaitu Subdialek Humbang Hasundutan Selatan sebelah Barat desa Sionom Hudon Timur dan desa Siambaton Pahae, dan Subdialek Humbang Hasundutan Selatan sebelah Timur pada desa Sosor Gonting, desa Matiti, desa Pasaribu, desa Pulogodang, dan desa Purba Universitas Sumatera Utara 20 Baringin . Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Dialektologi Struktural, yaitu menganalisis perbedaan atau variasi isolek berdasarkan strukturnya, misalnya struktur bunyi dan juga perbedaan leksikon. Metode pengumpulan data pada penelitian dialektologi ini adalah metode cakap. Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan, yaitu metode padan artikulatoris dengan alat penentunya organ wicara. Novita 2015 dalam skripsinya yang berjudul “ Geografi Dialek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan”. Terdapat variasi fonologi dan leksikon pada bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan. Variasi pada fonologi berupa variasi fonemis dan korespondensi fonemis. Pada dialek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan dianalisis berdasarkan teori dialektologi struktural. Metode dan teknik pengumpulan data pada penelitian dialektologi ini adalah metode cakap. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode padan, yaitu metode padan artikulatoris dengan alat penentu referen organ wicara. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu, yaitu penentu artikulatoris. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang