ANALISIS KEBUTUHAN SARANA SOSIAL – EKONOMI ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA LINGKUNGAN

KELURAHAN IJOBALIT KELURAHAN IJOBALIT  Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah dari sisi kesehatan dan keamanan masih rendah, yang disebabkan tingkat ekonomi yang terbatas.  Kultur budaya masyarakat yang masih kental, dimana dalam membangun rumah berada di sekitar permukiman yang ada .  Kurang pahamnya masyarakat dalam penyediaan rumah yang sederhana namun sesuai dengan standart kesehatan, dan Keamanaan yang harus mengikuti aturan garis sempadan sungai Berdasarkan kajian tersebut, maka dibutuhkan kontrol dan pengendalian dalam pengembangan perumahan di kawasan permukiman untuk mengantisipasi perkembangan permukiman tersebut lebih padat dan kumuh dimasa mendatang dan sesuai standart kesehatan dan keamanan.

4.7. ANALISIS EKONOMI

LIVELIHOODSPENGHIDUPAN BERKELANJUTAN Jaringan pemasaran ekonomi lokal di Kelurahan Ijobalit terbatas hanya untuk skala kecamatan dan skala Kelurahan, beberapa metode jejaring pemasaran yang ada di Kelurahan Ijobalit yaitu :  Untuk industri rumah tangga jenis olahan hasil perkebunan seperti industri pembuatan minyak kelapa, keripik singkong,keripik jeger, usaha bakso dipasarkan ke pasar kelurahan ijobalit untuk skala desa dan sebagian dipasarkan dipinggir jalan utama untuk pemasaran skala kecamatan.  Indutri kecil seperti paving block dan batako jejaring pemasaran dengan skala kecamatan sampai kabupaten.  Industri menengah penambangan Galian C Pasir dan batu apung lokasinya tersebar di semua lingkungan. KELURAHAN IJOBALIT KELURAHAN IJOBALIT Berdasarkan kajian diatas, maka terdapat analisa dan perkiraan perkembangan kegiatan industri pada masa mendatang, yaitu :  Perkembangan kebutuhan pokok berupa makanan olahan dapat berkembang dengan pesat pada wilayah Kelurahan Ijobalit yang disesbabkan karena merupakan daerah transit dan dilewati oleh kendaraan umum, seperti truck dan angkutan pribadi lainnya.  Dibutuhkan sarana tempat penjualan dan pemasaran hasil produksi pada kawasan tertentu, sehingga dapat lebih teratur, tidak menimbulkan kemacetan dan dapat tertata dengan baik.

4.8. PENENTUAN KAWASAN KUMUH PRIORITAS ACUAN DATA PROFIL PERMUKIMANDELINEASI KUMUH

Dalam pelaksanaan Program KOTAKU terdapat 2 dua perencanaan, yaitu perencanaan makro RPLP Rencana Penataan Lingkungan Permukiman yang mencakup Kelurahan Ijobalit dan perencanaan mikro RTPLP Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman yang merupakan kawasan prioritas terpilih serta ditetapkan berdasarkan kesepakatan masyarakat. Dalam penentuan kawasan prioritas ini tidak dilakukan secara serta merta, namun sesuai dengan amanat program, kajian-kajian sebelumnya, seperti pada kegiatan Releksi Perkara Kritis RPK dan Pemetaan Swadaya PS serta hasil dari turunan perencanaan makro. Oleh sebab itu, kawasan prioritas terpilih ini diutamakan adalah kawasan yang merupakan kawasan miskin, padat dan memiliki kualitas lingkungan rendah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada bab ini akan menjelaskan uraian singkat hasil dari kajian-kajian sebelumnya, yaitu RPK, PS dan penetapan Kawasan Prioritas. 4.8.1. K AJIAN FGD R EFLEKSI P ERKARA K RITIS FGD RPK Releksi Perkara Kritis Permukiman dan Kemiskinan adalah suatu bentuk pendalaman mengenai suatu topic dengan melibatkan mental, rasa dan karsa secara terstruktur untuk membangun kesadaran kritis peserta releksi masyarakat mengenai KELURAHAN IJOBALIT KELURAHAN IJOBALIT kepadatan, kekumuhan dan kemiskinan serta kaitannya dengan pola prilaku dan pola pikir sehari-hari masyarakat setempat. Releksi Perkara Kritis Permukiman dan Kemiskinan dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah permukiman kumuh dan kemiskinan. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai “objek” seringkali masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya masalah dirumuskan oleh “Orang Luar”. Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak “Orang Luar” atau karena tergiur dengan “iming – iming” bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar – benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka. Kesadaran ini penting sebelum akhirnya masyarakat menyepakati bagaimana sebaiknya PROGRAM KOTAKU dilaksanakan, serta menyepakati bagaimana mendorong keterlibatan masyarakat miskin bersama komponen masyarakat lainnya dalam memanfaatkan akses peluang yang ada di PROGRAM KOTAKU untuk mendukung Penanganan Perkmukiman Kumuh yang akan mereka lakukan. Berdasarkah hasil yang telah disepakati oleh masyarakat Kelurahan Ijobalit, maka keluaran dari pelaksanaan FGD RPK adalah penentuan kriteria atau ciri-ciri lingkungan permukiman yang terdapat diwilayah tersebut, diantaranya adalah dilihat dari beberapa indikator, yaitu: 1. Tingkat Keteraturan bangunan 2. jangkauan Jaringan Jalan Lingkungan Yang Layak Tingkat Keteraturan bangunan 3. Prosentase Masyarakat terpenuhi kebutuhana air minum , mandi, cuci minimal 60 literorghari KELURAHAN IJOBALIT KELURAHAN IJOBALIT 4. Prosentase jamban keluargajamban bersama sesuai persyaratan teknis memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septi- tank 5. Prosentase sampah domestik rumah tangga di kawasan permukiman terangkut ke TPSTPA min. Dua kali seminggu Berdasarkan indikator di atas, maka diperoleh tanda-tanda lingkungan permukiman buruk miskin Kelurahan Ijobalit, yaitu :

1. Tingkat Keteraturan Lingkungan Permukiman Tinggi dengan ciri-

ciri :  Bangunan hunian tidak menghadap jalan  Bangunan hunian saling membelakangi antara rumah yang satu dengan yang lainnya  Akses Sirkulasi Lingkungan Terbatas serta Buruk.

2. Kualitas Jalan Lingkungan Permukiman Rendah dengan ciri-ciri :

 Jalan lingkungan lebar 1.5 m  Jalan lingkungan masih berupa jalan tanah  Ada jalan yang yang sudah diperkeras tapi sudah rusak dan jalan tidak sesuai dengan persyaratan teknis.  Jalan Tidak di lengkapi saluran samping jalan

3. Prosentase Masyarakat terpenuhi kebutuhana air minum , mandi,

cuci minimal 60 literorghari  Tidak Ketercukupi Akses PAM  Sumber Air Bersih dari Sumur yang Telah Tercemar.  Sungai dan saluran irigasi sebagai tempat mandi yang secara tidak langsung dipakai sebagai pemandian umum.

4. Prosentase sampah domestik rumah tangga di kawasan

permukiman terangkut ke TPSTPA min. Dua kali seminggu  Sarana pengangkutan persampahan tidak ada

4.7.2. K

AJIAN P EMETAAN S WADAYA PS