Total Suspended Solid TSS

terbuang akan meningkat jika ukuran KJA semakin kecil pada ukuran 1 m x 1 m, jumlah pakan yang terbuang dapat mencapai 30-50 . Oleh karena itu dapat disimpulkan limbah dari aktivitas KJA yang dibuang ke perairan menyebabkan tingginya nilai kekeruhan. Menurut Komarawidjaja 2005, kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme. Kekeruhan pada perairan tergenang lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan partikel halus. Nilai kekeruhan pada setiap stasiun penelitian, pada stasiun I titik sampel 2 sudah melewati baku mutu kualitas air sedangkan stasiun pada stasiun kontrol dapat disimpulkan masih berada dalam kisaran baku mutu perairan kelas III yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada kisaran 5 NTU.

4. Total Suspended Solid TSS

Pada pengamatan nilai Total Suspended Solid TSS perairan Haranggaol Danau Toba di stasiun I berkisar antara 12,65-15,41 mgl dan di stasiun II berkisar antara 12,64-14,97 mgl. Sedangkan rata-rata tiap stasiun yang terdapat KJA yaitu 15,54 dan tidak terdapat KJA 13,96 mgl. Nilai TSS pada masing- masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 11. .Nilai TSS tertinggi yaitu 18,56 mgl didapat pada stasiun 1 titik sampel 2 selama dua kali pengamatan. Aktivitas KJA di stasiun I menunjukkan terdapat pengaruh terhadap nilai TSS. Nilai TSS tertinggi di stasiun I titik sampel 2 diduga berasal dari limbah pakan dan feses dari kegiatan budidaya sistem KJA yang padat di lokasi tersebut. Nilai TSS yang tinggi berbanding lurus dengan nilai 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD kekeruhan dimana nilai TSS dan kekeruhan paling tinggi terdapat di stasiun I titik sampel 2. Menurut Fardiaz 1992, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air sehingga memepengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis dan kekeruhan air juga meningkat. Nilai TSS terendah yaitu 12,64 terdapat pada stasiun II. Stasiun II merupakan daerah yang bebas dari aktivitas KJA dimana pada daerah ini partikel terlarut yang masuk ke dalam badan perarian sedikit. Berdasarkan tabel kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai TSS menurut Alabaster dan Lloyd 1982 diacu oleh Effendi 2003, perairan Haranggaol Danau Toba dengan nilai TSS berkisar 25 mgl berada pada kategori tidak ada pengaruh bagi perikanan sehingga dapat disimpulkan nilai TSS pada perairan tersebut masih memenuhi standar biota akuatik untuk hidup di dalamnya. Nilai TSS pada setiap stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktivitas KJA maupun stasiun yang tidak terdapat KJA dapat disimpulkan masih berada dalam kisaran baku mutu perairan kelas III yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada kisaran 400 mgl. Parameter Kimia Perairan 1. pH Air Pada pengamatan nilai pH di stasiun I berkisar antara 7,6-7,8 dan di stasiun II berkisar antara 7,9-8. Sedangkan rata-rata tiap stasiun yang terdapat KJA dan tidak terdapat KJA yaitu 7,49 dan 8,07. Nilai pH air pada masing-masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Nilai pH terendah terdapat pada stasiun I titik sampel 2 yaitu 7,6. Aktivitas KJA di stasiun titik sampel 2 memberi pengaruh dimana nilai pH air lebih rendah daripada stasiun II. Nilai pH air lebih rendah di stasiun I, dapat disebabkan adanya limbah dari kegiatan domestik dan Aktivitas KJA di stasiun I di dalam perairan. Menurut Sastrawijaya 2000, pH air akan menurun menuju suasana asam disebabkan pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian membebaskan CO 2 jika mengurai. Sedangkan nilai pH air tertinggi terdapat pada stasiun II titik sampel 1 yaitu 8,0. Nilai pH yang tinggi menggambarkan kondisi perairan yang masih baik untuk daerah alami. Nilai pH yang terukur setiap stasiun penelitian dapat disimpulkan masih memenuhi standar baku mutu perairan kelas III yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada kisaran nilai 6-9.

2. Dissolved Oxygen DO