Biochemical Oxygen Demand BOD

Nilai DO terendah terdapat di stasiun I titi sampel 1 yaitu 4,4 mgl. Nilai DO yang rendah diduga diakibatkan banyaknya bahan organik yang berasal dari kegiatan domestik di pinggir danau. Menurut Effendi, 2003, kehilangan oksigen pada bagian dasar perairan lebih banyak disebabkan proses dekomposisi bahan organik yang membutuhkan oksigen terlarut. Nilai DO tertinggi terdapat di stasiun I titik sampel 1 yaitu 6,3 mgl. Nilai DO yang tinggi dipengaruhi oleh nilai BOD 5 yang rendah yaitu 0,5 mgl dimana pada stasiun kontrol tidak ada input dari pakan maupun limbah domestik. Nilai DO antara stasiun yang terdapat KJA dan tidak terdapat KJA menunjukkan pola yang berbeda. Adanya perbedaan nilai DO pada setiap stasiun dipengaruhi oleh adanya dekomposisi limbah dari pakan yang tidak dimakan oleh ikan, sisa metabolisme dan oksigen yang dimanfaatkan oleh ikan-ikan budidaya untuk proses pernafasannya. Menurut Beveridge 1987 yang diacu oleh Marganof 2007, laju konsumsi oksigen pada budidaya KJA dua kali lebih tinggi daripada laju konsumsi oksigen di perairan yang tidak terdapat KJA. Menurut Kordi dan Tanjung 2005, konsentrasi oksigen yang baik dalam usaha budidaya perairan adalah antara 5-7 ppm. Nilai DO yang terukur setiap stasiun penelitian dapat disimpulkan masih memenuhi standar baku mutu perairan kelas III yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada 3 mgl.

3. Biochemical Oxygen Demand BOD

5 BOD 5 merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD 5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologi dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik Sastrawijaya, 2000. Pada pengamatan nilai Biochemical Oxygen Demand BOD 5 di stasiun I berkisar antara 1,6-1 mgl dan di stasiun II berkisar antara 0,4-0,5 mgl. Sedangkan nilai rata-rata tiap stasiun yang terdapat KJA yaitu 1,27 mgl dan tidak terdapat KJA yaitu 0,5 mgl. Nilai BOD pada masing-masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai BOD 5 tertinggi yaitu 1,7 mgl yang terdapat di stasiun 1, titik sampel 2 di daerah padat KJA. Kadar BOD 5 yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi. Adanya aktivitas KJA dan limbah domestik di stasiun I berpengaruh terhadap kadar BOD 5 . Sedangkan nilai rata-rata BOD 5 terendah terdapat pada stasiun II yaitu 0,4 mgl. Nilai BOD 5 antara stasiun yang terdapat KJA dan tidak terdapat KJA menunjukkan pola yang berbeda. Menurut Anggoro 1996, menumpuknya bahan pencemar organik di perairan akan menyebabkan proses dekomposisi oleh organisme pengurai juga semakin meningkat, sehingga konsentrasi BOD 5 juga meningkat. Oleh karena itu, adanya perbedaan nilai BOD 5 pada stasiun penelitian mengindikasikan perairan yang terdapat aktivitas KJA menghasilkan limbah yang berakibat terhadap semakin meningkatnya proses dekomposisi oleh organisme pengurai, sehingga berakibat semaikn meningkatnya konsentrasi BOD 5 di perairan. Nilai BOD 5 yang terukur setiap stasiun penelitian dapat disimpulkan masih memenuhi standar baku mutu perairan kelas III yang tercantum pada PP No. 82 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada kisaran 6 mgl.

4. Chemical Oxygen Demand COD