Kondisi rata-rata nilai suhu air pada masing-masing stasiun pengamatan yang terdapat KJA dan stasiun kontrol berada dalam kisaran dapat ditoleransi
oleh organisme akuatik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi 2009, kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28-32
C. pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mgl berat tubuh-jam.
Pola sebaran suhu pada setiap stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktivitas KJA maupun stasiun yang tidak terdapat KJA dapat disimpulkan masih
berada dalam kisaran baku mutu perairan kelas III yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada kisaran 20-32 C.
2. Kecerahan Air
Menurut Kordi dan Tancung 2005, kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen , dari beberapa
panjang gelombang di daerah spektrum yang terlibat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Menurut Maniagasi dkk.
2013, menyatakan bahwa dengan mengetahui nilai kecerahan suatu perairan, berarti dapat mengetahui pula sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi
proses asimilasi dalam perairan. Hasil pengamatan nilai kecerahan perairan Haranggaol Danau Toba di
stasiun I berkisar antara 3,58-3.97 meter dan di stasiun II berkisar antara 4-4,8 meter. Sedangkan nilai rata-rata tiap stasiun yang terdapat KJA yaitu 3,75
dan tidak terdapat KJA yaitu 4,47 meter. Nilai kecerahan pada masing-masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 11.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
Nilai kecerahan di stasiun I lebih rendah daripada stasiun II disebabkan adanya kegiatan budidaya sistem KJA pada stasiun I yang menunjukkan terdapat
pengaruh terhadap tingkat kecerahan perairan. Menurut Sulardiono 2009, penurunan tingkat kecerahan akibat dari kegiatan keramba jaring apung
disebabkan oleh sisa pakan yang tersuspensi dan tingginya jasad renik seperti plankton. Pada stasiun II nilai kecerahan lebih tinggi dapat disebabkan sedikitnya
padatan terlarut karena tiada ada aktivitas kegiatan KJA di lokasi tersebut.
3. Kekeruhan Air
Turbiditas atau kekeruhan merupakan pengukuran terhadap material tersuspensi. Turbiditas atau kekeruhan yang disebabkan oleh lumpur dan partikel
yang dapat mengendap sering kali penting sebagai faktor pembatas, sedangkan kekeruhan yang disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan
indikasi produktivitas Odum, 1993. Pada pengamatan nilai kekeruhan perairan Haranggaol Danau Toba berkisar di stasiun 1 berkisar antara 0,23-6,47 NTU dan
di stasiun II berkisar antara 0,17-0,43 NTU. Sedangkan rata-rata tiap stasiun yang terdapat KJA yaitu 3,25 NTU dan tidak terdapat KJA yaitu 0,3 NTU. Nilai
kekeruhan pada masing- masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 11. Dari hasil pengamatan di stasiun 1 titik sampel 2, memiliki nilai
kekeruhan yang tinggi yaitu 6,47 NTU. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan adanya aktivitas KJA yang padat di daerah tersebut dimana beban
masukan berupa sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan-ikan budidaya dan sisa metabolisme biota akuatik di dalamnya. Hasil penelitian Yazwar dkk., 2004,
pemberian pakan dengan sistem pompa pada KJA ukuran 7 m x 7 m x 3 m, jumlah pakan yang terbuang mencapai 20 - 30 dan jumlah pakan yang
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
terbuang akan meningkat jika ukuran KJA semakin kecil pada ukuran 1 m x 1 m, jumlah pakan yang terbuang dapat mencapai 30-50 . Oleh karena itu dapat
disimpulkan limbah dari aktivitas KJA yang dibuang ke perairan menyebabkan tingginya nilai kekeruhan. Menurut Komarawidjaja 2005, kekeruhan yang
tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme. Kekeruhan pada perairan tergenang lebih banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan partikel halus. Nilai kekeruhan pada setiap stasiun penelitian, pada stasiun I titik sampel 2
sudah melewati baku mutu kualitas air sedangkan stasiun pada stasiun kontrol dapat disimpulkan masih berada dalam kisaran baku mutu perairan kelas III yang
tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kegiatan perikanan yaitu masih berada pada
kisaran 5 NTU.
4. Total Suspended Solid TSS