KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT BERBANTUAN ALAT PERAGA SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DI SMA EFATA SOE KABUPATEN TTS

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD DAN NHT BERBANTUAN ALAT PERAGA

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DI SMA EFATA SOE

KABUPATEN TTS

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh

Nonci M. Uki

0402513103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

“ Kekuatan TUHAN nyata dalam hidup kita saat kita menghadapi masalah tanpa putus asa”

Tesis ini dipersembahkan kepada:

1. Almamater tercinta Universitas Negeri Semarang 2. STKIP SoE

3. Keluarga tercinta


(5)

NHT Berbantuan Alat Peraga Sistem Pernapasan Manusia Di SMA Efata SoE Kab. TTS” Tesis, Program Studi pendidikan ilmu pengetahuan alam, program pascasarjana, Universitas negeri semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S., pembimbing II Dr. Ir. Dyah. R. Indriyanti, M.P.


(6)

Models Assisted with Learning Tools about Human Respiratory System in Efata Senior High School, SoE, TTS" Department of natural science education, Thesism graduate programs, Semarang State University. Supervisor I Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S. supervisor II Dr. Ir. Rini Dyah Indriyanti , M.P.

Keywords: Learning tools, learning outcomes, motivation, NHT, STAD

The observation results in some schools in Timor Tengah Selatan (TTS) shows that student learning results obtained are still below the minimum completeness criteria ( KKM ). This is because the limitless of teachers’ in selecting appropriate methods in learning process, and there are many teachers who do not utilize the learning medium so the students feel bored and ultimately affect the students’ motivation and learning outcomes. This study aimed to analyze the effectiveness of cooperative learning STAD model, NHT and Conventional assisted with learning tools toward students’ motivation and learning outcomes about human respiratory system. The method used is Quasi- Experiment with design Nonequivalent control group design involving three classes, which use the model of STAD, NHT and Conventional. The data were analyzed using ANOVA test one lane at α = 0.05. The results showed that the average results of the study group STAD (36.47), NHT group (41.20) and Conventional (34.84) , show significant differences at the 0.05 significance level . The use of cooperative learning model NHT assisted with learning tools is more effectively improve

students’ learning outcomes compared with STAD and conventional models. The

average students’ motivation STAD class ( 50.20 ) , class NHT ( 52.07 ) and Conventional ( 50.11 ) , did not show a difference at a significance level of 0.05 thus be concluded that all three models applied learning did not affect students' motivation .


(7)

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan NHT Berbantuan Alat Peraga Sistem Pernapasan di SMA Efata SoE Kabupaten TTS”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan sebelum memulai penelitian dalam meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S (Pembimbing I) dan Dr. Ir. Dyah Rini Indriyanti M.P (Pembimbing II) yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk penyusunan tesis ini.

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pula kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Direksi pascasarjana Universitas Negeri Semarang atas dukungan kelancaran yang diberikan bagi pebulis dalam menempuh studi.

3. Ketua Program studi IPA Universitas Negeri Semarang yang menyediakan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Ketua STKIP SoE dan seluruh citivitas akademika yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan studi dan pelaksanaan penelitian.

5. Ketua Yayasan Perguruan Tinggi SoE yang mengijinkan penulis mengikuti program perkuliahan pada Pascasarjana Unnes.

6. Ketua Yayasan Victory Kupang yang telah memberikan bantuan biaya perkuliahan bagi penulis selama masa studi di Pascasarjana Unnes.

7. Teman-teman mahasiswa S2 program studi Pendidikan IPA Konsentrasi Biologi Reguler Pascasarjana Universitas Negeri Semarang atas segala


(8)

8. Teman-teman S2 dari STKIP SoE atas segala motivasi dan dukungannya selama perkuliahan di Semarang.

9. Orang tua tercinta Bapak Mesakh Uki, Ibu Yuliana Uki Sanam, Kak Mel bersama Kak Uce, Amon, Anja & yang terkasih kak Sisko, terimakasih atas doa dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesaikan studi di program magister.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan program magister di Pascasarja Universitas Negeri Semarang

Penulis sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil tesis ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, November 2015

Nonci M. Uki


(9)

HALAMAN JUDUL………

PERSETUJUAN PEMBIMBING………

PERNYATAAN KEASLIAN………..

MOTO DAN PERSEMBAHAN………..

ABSTRAK………...

ABSTRACT………...

PRAKATA………..

DAFTAR ISI………..

DAFTAR TABEL………

DAFTAR GAMBAR……….

DAFTAR LAMPIRAN………

BAB I PENDAHULUAN………

1.1 Latar Belakang……….. 1.2 Identifikasi Masalah……… 1.3 Cakupan Masalah……… 1.4 Rumusan Masalah………... 1.5 Tujuan Penelitian……… 1.6 Manfaat Penelitian………. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS,

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS…… 2.1 KajianPustaka……… 2.2 Kerangka Teoritis……….. 2.3 Kerangka Berpikir………... 2.4 Hipotesis Penelitian………. BAB III METODE PENELITIAN……….. 3.1 Desain Penelitian………. 3.2 Populasi dan Sampel………... 3.3 Variabel Penelitan……….………….. 3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data……….. 3.5 Teknik Analisis Data………...

I ii iii iv v vii ix xi xii xiii xiv 1 1 4 5 6 6 7 8 8 10 21 22 23 23 23 24 24 25 ix


(10)

n………. 33

4.2 Pembahasan……….. 39

BAB V PENUTUP……… 46

5.1 Simpulan………... 46

5.2 Saran………. 46

DAFTAR PUSTAKA………. 47

LAMPIRAN……… 51


(11)

3.1 Pola Rancangan Penelitian………. 23 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……… 25 3.3 Kriteria Indeks Gain……… 30 4.1 Rata-rata Nilai Pretest dan Postest dari Kelas STAD, NHT

dan Konvensional……… 32 4.2 Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Antara Nilai Postets –

pretest pada kelas STAD, NHT dan Konvensional………… 33 4.3. Perbedaan Rata-rata N-Gain Nilai Kognitif Siswa………… 34 4.4 Rata-rata Total Skor Sikap Siswa………... 35 4.5 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT dan

Konvensional terhadap Sikap Siswa……….. 37 4.6 Rata-Rata Total Skor Psikomotorik Siswa………. 37 4.7 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT dan

Konvensional terhadap Psikomotorik Siswa………. 38 4.8 Analisis Data Deskriptif Motivasi Belajar Siswa……… 39


(12)

Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berpikir 21


(13)

Lampiran Halaman

1. Silabus………... 52

2. Lembar Validasi Silabus………. 55

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 59

4. Lembar Validasi RPP……… 87

5. Bahan Ajar………. 91

6. Lembar Validasi Bahan Ajar………. 118

7. Lembar Kerja Siswa (LKS)……… 122

8. Lembar Validasi LKS………. 130

9. Alat evaluasi……….. 133

10. Skor Hasil Uji Coba Soal……… 139

11. Uji Validitas Dan Releabilitas Soal………. 142

12. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Soal……… 145

13. Hasil Akhir Pretest……… 146

14. Hasil Akhir Postest……….. 151

15. Uji Homogenitas dan Normalitas Nilai Pretest dan Postest……… 156

16. Uji Anova Satu JalurNilai Pretest dan Posttest……… 157

17. Nilai Akhir Selisih Posttest-Pretest……….. 158

18. Homogenitas dan Normalitas selisih Nilai Posttest-Pretest……….. 161


(14)

Hoc……… 163 21. Perhitungan N-Gain untuk Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa…. 164 22. Angket Motivasi Belajar Siswa………. 168 23. Skor Motivasi Belajar Siswa………. 170 24. Normalitas, Homogenitas dan Rata-Rata, Motivasi Belajar siswa……... 174 25. Angket Sikap Siswa………... 176 26. Skor Hasil sikap Siswa……….. 178 27. Normalitas, Homogenitas dan Rata-Rata, Hasil Sikap Siswa………….. 182 28. Uji Beda Rata-Rata Sikap Siswa………... 183 29. Angket Psikomotorik Siswa……….. 184 30. Skor Hasil Psikomotorik Siswa………. 185 31. Normalitas, Homogenitas dan Rata-Rata Psikomotorik siswa…………. 188 32. Uji Beda Rata-Rata Psikomotorik Siswa………... 189 33. Analisis Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT dan Konvensional

Terhadap Psikomotorik Siswa………... 190 34. Foto-foto Penelitian………... 193


(15)

1.1 Latar Belakang

Hasil observsi di beberapa sekolah di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini disebabkan karena sarana prasarana dalam proses pembelajaran yang kurang memadai, keterbatasan kreativitas guru dalam memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran, keterbatasan guru dalam mengembangkan berbagai strategi pembelajaran yang menarik siswa untuk belajar, dan masih banyak guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan pada akhirnya berpengaruh pada motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh Karena itu, guru diharapkan untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi serta menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar secara mandiri dan bekerja sama dengan peserta didik yang lain.

Materi sistem pernapasan pada manusia merupakan materi yang bersifat abstrak dan berkaitan dengan mekanisme serta proses yang terjadi di dalam tubuh, sehingga sulit bagi siswa untuk memahami materi tersebut. Oleh karena itu, untuk membantu siswa dalam memahami materi sistem pernapasan pada manusia maka dalam proses pembelajarannya diperlukan bantuan alat peraga.


(16)

Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk menyampaikan materi pelajaran yang bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar, sehingga memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan serta menumbuhkan motivasi siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi seperti bertanya terhadap sesuatu yang belum dipahami.

Alat peraga dapat menjelaskan/menunjukkan/membuktikan konsep-konsep atau gejala-gejala yang dipelajari. Pemanfaatan alat peraga diharapkan mampu mengurangi kesulitan yang dialami siswa dan membantu guru dalam pembelajaran sehingga penyampaian konsep lebih bermakna dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajarinya, dengan demikian akan tercipta suatu proses pembelajaran yang berkualitas.

Hasil observasi di SMA Efata SoE dalam pembelajaran biologi terutama materi sistem pernapasan pada manusia, ternyata proses pembelajarannya berpusat pada buku paket yang sudah ada, belum memanfaatkan media pembelajaran berupa alat peraga dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses pembelajaran sehingga motivasi dan hasil belajar siswa rendah.

Katili (2009) mengemukakan bahwa kebiasaan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih cenderung menggunakan metode konvensional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran. Guru cenderung menulis di papan tulis, ceramah, dan siswa mencatat, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa di bawah KKM yang sudah ditentukan.


(17)

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu adanya perubahan pendekatan pembelajaran yang semula teacher

centered menjadi student centered. Pembelajaran secara klasikal yang berubah

menjadi pembelajaran kooperatif, bertujuan untuk memaksimalkan kerja sama antar siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang heterogen dalam kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, guru diharapkan mengurangi dominasi di dalam kelas, siswa harus aktif berpartisipasi menemukan dan membentuk sendiri pengetahuannya. Ada berbagai model pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD ) dan pembelajaan kooperatif

tipe Numbered Head Together (NHT).

Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang sederhana untuk permulaan bagi guru yang menggunakan pendekatan kooperatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher centered

menjadi student centered. Hal ini didukung oleh pendapat Slavin (2008) yang

menyatakan bahwa pada model STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, dan jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim dan memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.


(18)

Metode NHT yang merupakan metode belajar kelompok yang diawali dengan pemberian nomor kepada setiap anggota kelompok, nomor- nomor tersebut yang akan menjadi identitas siswa dalam proses pembelajaran. Ciri khas dari NHT yaitu guru hanya menunjuk siswa dengan menyebutkan salah satu nomor yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hal ini merupakan upaya sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok, serta adanya saling ketergantungan antara sesama individu dalam kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian Balfakih (203) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada dengan model konvensional. Sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada dengan model konvensional (Jamalong 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dan NHT memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada dengan model konvensional (Sunandar 2008). Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT berbantuan alat peraga sistem pernapasan manusia di SMA Efata Soe Kabupaten TTS. Dari kedua model ini, manakah yang lebih efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(19)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan khususnya di SMA Efata SoE sebagai berikut;

a. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran biologi pada materi sistem pernapasan pada manusia

b. Hasil belajar siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). c. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga

siswa menjadi malas dan jenuh.

d. Kurangnya pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran 1.3 Cakupan Masalah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan cakupan masalah sebagai berikut:

a. Keefektivan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, besarnya pengaruh penerapan metode pembelajaran STAD dan NHT berbantuan alat peraga dilihat dari hasil belajar kognitif siswa.

b. Model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada pembentukan kelompok. Kelompok yang dibentuk nantinya akan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

c. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan ciri utamanya penomoran dengan adanya penomoran maka siswa akan merasa bertanggungjawab atas anggota kelompoknya.


(20)

d. Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar, dimana alat peraga membuat materi ajar yang abstrak menjadi konkrit.Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga mekanisme pernapasan pada manusia dan alat peraga untuk mengetahui efek rokok bagi kesehatan, yang akan dibuat oleh siswa.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga, lebih efektif dari pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia?

b. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga, lebih efektif dari pada model konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia ?

c. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga, lebih efektif dari pada model konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Menganalisis keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga dengan model NHT berbantuan alat peraga


(21)

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.

b. Menganalisis keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga dengan model konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.

c. Menganalisis keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga dengan model konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran sebagai upaya untuk menyajikan materi pelajaran agar lebih menarik.

b. Bagi siswa, pengembangan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT berbantuan alat peraga diharapkan dapat memberikan sumbangan bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmayanti dan Amaria (2013) tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADpada

materi koloid, menunjukkan bahwa, rata-rata ketuntasan belajar siswa

mengalami peningkatan dari pretest ke posttestyaitu sebesar 35% menjadi

80%. Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 78% yang dinyatakan kuat. Kemampuan guru mengelola model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mendukung peningkatan ketuntasan belajar siswa. Guru yang mampu mengelola model pembelajaran kooperatif dengan baik membuat siswa bersemangat dan mengalami proses belajar dengan maksimal, sehingga ketuntasan belajar siswa pun meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian Lailiyah et al. (2013) yang menunjukkan bahwa

ketuntasan klasikal siswa meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan guru mengelola model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian yang dilakukan oleh Balfakih (2003) tentang STADdengan menggunakan dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dilakukan di provinsi Timur dengan hasil 8, 97 poin, sedangkan kelompok kontrol dilakukan di provinsi Utara dengan hasil 8,75 poin. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan antara group kontrol dan group eksperimen. Dat (2013) menyimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif efektif dalam meningkatkan tingkat prestasi


(23)

akademik siswa dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika di sekolah menengah Vietnam.

Siregar (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata postestdi kelas eksperimen sebesar 77,4. Sedangkan di kelas

kontrol diperoleh nilai rata-rata postest sebesar 69,9. Artinya terdapat

perbedaan rata-rata nilai postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Selain meningkatkan hasil belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, diperoleh bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan yang positif.

Menurut Tiya dan Anggo (2012), model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa pada pokok bahasan statistika dan hasil belajar yang dicapai siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan nilai rata-rata 34,83 menjadi 55,00 pada akhir siklus 1, pada akhir siklus II 77,67, dan pada akhir siklus III 80,83.

Menurut Jamalong (2012), hasil belajar siswa sebelum diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak ada satu pun siswa yang mencapai tingkat ketuntasan. Setelah diterapkan metode kooperatif tipe NHT pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 11 siswa (34,38%) dan pada siklus II terdapat 20 siswa (54,82%) yang mencapai ketuntasan hasil belajar. Hal ini berarti bahwa model


(24)

kooperatif tipe NHT sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Intani (2009), hasil belajar dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran NHT, hal ini ditunjukan oleh rata-rata nilai tes akhir siklus I dari 64,11 menjadi 68,4% dan pada siklus 2 ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 68,4% menjadi 77,5%.

Menurut Anidityas et al. (2012) hasil penelitinnya menunjukkan

bahwa keaktifan siswa termasuk kategori sangat baik yaitu sebesar 93%. Secara klasikal ketuntasan belajar siswa termasuk dalam kriteria sangat baik yakni sebesar 89,58%, serta tanggapan siswa selama proses pembelajaran termasuk kriteria sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga sistem pernapasan manusia dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa.

Menurut Prasetyarini et al. (2013), hasil penelitian menunjukan

bahwa pemanfaatan alat peraga IPA dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep fisika siswa pada tiap siklus.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian bagaimana keefektifan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT berbantuan alat peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa SMA.

2.2 Kerangka Teoretis

2.2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2008) adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas


(25)

dijadikan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Menurut Riyanto (2010) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik, sekaligus keterampilan sosial. Sementara itu, Hayati (2002) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Pembelajaran sistem kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Model pembelajaran kooperatif siswa memiliki dua model tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok kecil dan mereka melakukan seorang diri (Rusman, 2011). Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Riyanto, 2010). Disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang siswa dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri yaitu: a) setiap anggota memiliki peran, b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas


(26)

belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap individu, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000).

Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif adalah: 1) teori psikologi kognitif (Piaget dan Vygotsky), dan 2) teori psikologi sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin)

1. Teori psikologi kognitif a. Teori Piaget

Pieget memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bahwa yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkunan sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan pemanipulasian lingkungan akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam mengemukakan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis. Melalui pertukaran ide dengan teman lain, seorang anak yang sebelumnya memiliki subjektif terhadap sesuatu yang diamati akan merubah


(27)

pemikirannya menjadi objektif. Aktivitas berpikir anak seperti itu terorganisasi dalam suatu struktur kognitif (mental) yang disebut dengan scheme atau pola berpikir (patterns of behavior or thinking) Riyanto (2010).

b. Teori Vygotsky

Vygotsky dalam memandang perkembangan kognitif anak secara akuisisi (sistem isyarat) terjadi dalam sekuen tahapan yang invarian untuk setiap anak sebagaimana disampaikan oleh Piaget. Namun, Vygotsky berbeda dalam memandang perkembangan kognitif anak. Ia meyakini bahwa perkembangan kognitif anak terkait sangat kuat dengan masukan dai orang lain. Vygotsky mendasarkan karyanya pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks pengalaman historis dan budaya anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system) dimana ia tumbuh (Hayati, 2002).

Teori Vygotsky mempunyai dua implikasi utama dalam pembelajaran yaitu, perlunya pengelola pembelajaran secara kooperatif dengan pengelompokan peserta didik secara heterogen dari sisi kemampuan akademik, dan pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya scaffolding, dengan menekankan pentingnya tanggung jawab peserta didik pada tugas belajarnya


(28)

2. Teori psikologi sosial

a. Teori John Dewey dan Herbert Thelan

Teori John Dewey menyatakan bahwa, kelas seharusnya merupakan cermin dari masyarakat luas dan berfungsi sebagi laboratorium belajar dalam kehidupan nyata. Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik dalam kelas. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk belajar secara kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial yang penting setiap hari. Bersamaan dalam aktivitasnya memecahkan masalah dalam kelompoknya, peserta didik belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi dengan peserta didik lain (Arends, 1997).

b. Teori Gordon Allport

Allport berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar kelompok. Pandangan Allport dikenal dengan the nature of prejudice. Untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah dengan jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi, kontak langsung dan dapat bekerja sama (Arends, 1997).


(29)

c. Teori Kurt Lewin

Lewin sangat tertarik pada masalah-maslah pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamic movement), terutama tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara peserta didik. Dalam suatu kelompok, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu mendorong penerimaan sosial atau meningkatkan jarak/ketegangan sosial. Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi aktif dalam kelompok untuk mempelajari keterampilan baru, mengembangkan sikap baru, dan memperoleh pengetahuan (Rusman, 2011)

2.2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang sederhana. Pembelajaran ini peserta didik akan belajar bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang untuk mengusai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Slavin (2008) gagasan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam mengusai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Komponen-komponen dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2008) yaitu: a) presentasi kelas, b) tim, yang terdiri dari 4-5 orang yang heterogen, c) kuis, dilakukan setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan satu atau dua periode praktikum tim,


(30)

d) skor kemajuan individual, e) rekognisi tim, tujuan dari pemberian skor adalah memberi penghargaan pada tiap-tiap kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (2008) adalah sebagai berikut: a) persiapan,b) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,c) menyajikan/menyampaikan informasi,d) mengorganisasikan siswa dalam kelompk-kelompok belajar, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang, e) membimbing kelompok bekerja dan belajar,f) evaluasi,g) memberikan penghargaan.

Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan yaitu: a) siswa aktif membantu dan memotivasi untuk berhasil bersama, b) berinteraksi secara aktif dan positif sehingga kerja sama antar kelompok menjadi lebih baik, c) membantu siswa untuk menjalin pertemanan yang lebih banyak, d) siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain keunggulan tersebut metode pembelajaran STAD juga memiliki kekurangan yaitu model pembelajaran STAD ini memerlukan kemampuan khusus guru, dimana guru dituntut sebagai fasilitator, motivator dan evaluator (Slavin, 2008)

2.2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu tipe pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik seara kelompok maupun individual. Hal inisejalan dengan pendapat Lie (2004)


(31)

bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatan semangat kerja sama mereka.

Metode pembelajaran NHT mempunyai beberapa keunggulan yaitu: a) siswa terlibat secara aktif dalam proses belajarnya, b) dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, c) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, d) tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Selain keunggulan tersebut metode pembelajaran NHT juga memiliki kekurangan-kekurangan yaitu: a) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, b) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, Trianto (2011). Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu: a) pembagian kelompok dan penomoran, b) mengajukan pertanyaan, c) berpikir bersama, d) menjawab, e) tanggapan, f) kesimpulan

2.2.4 Pembelajaran Konvensional

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah metode belajar yang lebih banyak digunakan guru


(32)

dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori, kegiatan guru yang pertama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang telah disampaikan guru (Suprijono, 2009).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran biologi secara konvensional adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru lebih mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima apa-apa saja yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hafalan.

2.2.5 Motivasi Belajar

Membahas mengenai motivasi tentu tidak lepas dari kata motif. Motif adalah keadaan didalam orang yang mendorong untuk melakukan aktivitas dan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan (Hamalik, 1995). Menurut Sardiman (2007), motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Menurut Sagala (2003) motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak. Dimyati & Mudjiono (2006)


(33)

motivasi adalah dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah usaha keras yang dilakukan oleh masing-msing individu untuk meningkatkan kecakapan diri dalam semua aktivitas. Dalam diri individu motivasi belajar akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi belajar yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif, sehingga dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat.

Adapun fungsi motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2007) yaitu: 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, 2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, 3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Berdasarkan Fathurrohman dan Sutikno (2007) terdapat beberapa cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu: 1) menjelaskan tujuan kepada peserta didik, 2) hadiah, 3) saingan/kompetisi, 4) pujian, 5) hukuman, 6) membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar, 7) membentuk kebiasaan belajar yang baik , 8) membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok,


(34)

9) menggunakan metode yang bervariasi, 10) menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2.2.6 Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil, proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula, Pupuh dan Sobry (2009). Menurut Syah (2004) dalam psikologi, belajar juga menguraikan tentang karakteristik perubahan sebagai hasil belajar yaitu: 1) perubahan intensional, 2) perubahan positif aktif, 3) perubahan efektif fungsional.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan ukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan Hamalik (2005). Ada tiga aspek yang harus dinilai untuk mengetahui beberapa besar pencapaian kompetensi, yaitu:

a. Ranah kognitif, merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari tingkatan rendah sampai yang tinggi, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Pada ranah afektif terdapat lima jenjang yang terdiri dari, penerimaan atau


(35)

perhatian, tangapan, penilaian, pengorganisasi, dan karakteristik terhadap suatu atau beberapa nilai.

c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas atau keaslian.

2.3 Kerangka Berpikir

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, akan menggunakan alur berpikir yang terdapat pada Gambar 2.1 di bawah ini : Kondisi Awal Guru Masih

Menggunakan Metode Ceramah

Motivasi & Hasil Belajar Rendah

STAD Tindakan NHT

Meningkatkan:

Kognitif Hasil Belajar Afektif

Psikomotorik

Motivasi Belajar

Kondisi Akhir Yang Efektif Metode NHT


(36)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga lebih efektif dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan lata peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga lebih efektif dari pada model pembelajaran konvensional berbantuan lata peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga lebih efektif dari pada model pembelajaran konvensional berbantuan lata peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.


(37)

3.1 Desain Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian menggunakan Quasi Experimental.Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen untuk membandingkan perlakuan belajar mengajar pada kelas imen dan kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control

Group Design, Sugiyono (2012).

Tabel 3.1 Pola rancangan penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

E O X1 O

K

O O

X2 X3

O O Sumber: (Sugiyono, 2012)

Keterangan :

E : kelas eksperimen K : kelas kontrol

O : soal pre test dan soal post test

X1 : pengajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga

X2 : pengajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga

X3 : pembelajaran konvensional 3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1 SMA Efata Soe yang terdiri dari empat kelas yang berjumlah 90 siswa.


(38)

3.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Cluster

randomsampling diambil 3 kelas yang berjumlah 60 siswa, untuk

menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas IPA1 mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kelas IPA2 mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sedangkan kelas IPA3 dengan pembelajaran konvensional.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT berbantuan alat peraga.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI SMA Efata SoE pada materi sistem pernapasan pada manusia.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Tabel di bawah ini menggambarkan rincian mengenai jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan.

Tabel 3.2. Teknik dan instrumen pengumpulan data No Data Teknik Instrumen

pengumpulan data 1 Hasil belajar


(39)

2 Psikomotorik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif 3 Motivasi

Observasi

Nilai postest kurang nilai pretest

Angket

Lembar observasi Analisis Gain

Lembar angket

3.5 Teknik Analisa Data 3.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan data hasil belajar siswa sebelum perlakuan, untuk mengetahui sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas ketiga sampel menggunakan SPSS maka nilai sig.= 0,133 > 0,05 maka data ketiga sampel berdistibusi

normal, Lampiran 36. 3.5.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan data hasil belajar siswa sebelum perlakuan, dengan tujuan untuk mendapatkan asumsi bahwa sampel yang digunakan berawal dari kondisi yang sama atau homogen.

Hipotesis untuk uji homogenitas adalah:

H0 : ��2 = ��2 ( varians populasi adalah homogen),

1 2

H1 : ��2 ≠��2 ( varians populasi adalah tidak homogen)

1 2

Dengan statistik uji

=

�������������

�������������

Kriteria pengujian : Tolak H0 jika F ≥ F1/2 α (v1,v2) dengan F ½ α (v1,v2)didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½ α, sedangkan derajat


(40)

Setelah dilakukan uji homogenitas ketiga sampe menggunakan SPSS maka nilai sig. = 0,756 > 0,05 maka data ketiga sampel berdistribusi

homogen, Lamppiran 36. 3.6 Analisis Instrumen Soal

a. Validitas

Untuk menentukan validitas tiap soal (item) digunakan rumus

product moment (Arikunto, 2006) sebagai berikut.

N XY

X Y

r

xy

=

N X

2

X

2

N Y

2

Y

2

Keterangan :

rxy = Korelasi produk moment N = Banyak peserta tes X = Skor item soal Y = Skor total.

X2 = Jumlah kuadrat skor item Y2 = Jumlah kuadrat skor total

XY = Jumlah perkalian skor item dan skor total

Kriteria korelasi adalah sebagai berikut: 0,80 < rxy≤ 1,00 = sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,79 = tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,59 = cukup 0,20 < rxy ≤ 0,39 = rendah

Setelah dilakukan uji validitas instrumen diperoleh data yang valid sebanyak 27 dari 40 soal. Perhitungan dan dasar penentuan kriteria validitas butir soal terdapat pada Lampiran 12.


(41)

)

Penghitungan reliabilitas skor tes dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan skor tes. Pada penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson K-R 20 karena alat

evaluasi berbentuk tes pilihan ganda (Arikunto, 2006).

n

r

11

=

(

2 −Σ pq

( )

n −1 �2

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen n : Banyaknya butir soal

p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah(q=1-p) Σpq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q

S2 : Varians total

Kriteria reliabilitas soal adalah sebagai berikut. 0,81 < r ≤ 1,00 = sangat tinggi

0,71 < r ≤ 0,90 = tinggi 0,41 < r ≤ 0,70 = cukup 0,21 < r ≤ 0,40 = rendah 0,00 < r ≤ 0,20 = sangat rendah

Setelah dilakukan uji releabilitas dengan SPSS 16 dihasilkan nilai sebesar 0.854 yang memenuhi kriteria sangat tinggi (Lampiran 12)

c. Taraf Kesukaran

Soal dapat dikatakan baik apabila soal tersebut merupakan soal yang tidak terlalu sukar atau tidak terlalu mudah yang dapat dilihat melalui nilai indeks kesukaran soal. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi).

Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: 0,00 < P ≤ 0,30 = Sukar


(42)

0,71< P≤ 1, 00 = Mudah

Rumus mencari P menurut Arikunto (2012) untuk tes pilihan ganda adalah: � = ���

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan berhasil JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Setelah dilakukan uji taraf kesukaran untuk setiap butir soal sebanyak 27 soal termasuk kategori sedang (Lampiran 13).

d. Daya Pembeda

Untuk menghitung besarnya daya beda soal harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Selururuh siswa test dibagi dua yaitu kelas atas dan kelas bawah, b. Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari skor teratas sampai

terbawah

c. Menghitung indeks diskriminasi soal dengan rumus: � = �� �� =

−�

� �

Keterangan:

JA= banyaknya peserta kelompok atas JB= banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar. BB= Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar. PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar D = Daya pembeda soal

Kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut: 0,00 < D ≤ 0,20 = Jelek

0,21 < D ≤ 0,40 = Cukup 0,41 < D ≤ 0,70 = Baik


(43)

0,71 < D ≤ 1,00 = Sangat Baik

Setelah dilakukan uji daya pembeda soal diperolah hasil sebanyak 21 soal kategori cukup dan 6 soal kategori baik (Lampiran 13).

3.7 Analisis Hasil Belajar

3.7.1 Analisis Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif yang dihitung adalah selisih antara nilai

Posttest – nilai Pretest. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov diperoleh signifikansi hasil belajar kognitif model pembelajaran STAD, NHT, Konvensional berturut-turut (0,158), (0,079), (0,106) > 0,05 artinya H0 diterima dan Ha ditolak, maka disimpulkan bahwa ketiga data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas atau uji kesamaan varians rata- rata hasil belajar kognitif diperoleh signifikansi ketiga model pembelajaran 0,266 > 0,05 maka disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif ketiga model pembelajaran berdistribusi homogen. Hasil belajar kognitif siswa berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji anavo satu jalur, Lampiran 19.

3.7.2 Analisis Hasil Belajar Afektif (Sikap)

Data sikap siswa terhadap model pembelajaran diperoleh dari angket dan diukur menggunakan Rating Scale dengan perincian: skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 = setuju , skor 4 = sangat setuju. Data sikap siswa dianalisis menggunakan uji anova satu jalur. 3.7.3 Analisis Hasil Belajar Psikomotorik (Keterampilan)


(44)

Data psikomotorik atau keterampilan diukur menggunakan Rating Scale, dengan perincian : skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 = setuju, skor 4 = sangat setuju. Data hasil belajar psikomotorik dianalisis menggunakan uji anova satu jalur.

3.8 Analisis Gain

Analisis gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah perlakuan diberikan.

Skor postes − Skor pretes

g = Skor maksimum

Skor pretes

Keterangan:

Spost : skor tes akhir Spre : skor tes

Smaks : skor maksimum

Tabel 3.3 Kriteria indeks Gain Batasan Kategori 0,7 < g ≤ 1 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang 0,0 < g ≤ 0,3 Rendah 3.9 Uji Keefektifan

Uji keefektifan digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, NHT dan Konvensional terhadap sikap dan psikomotorik siswa, digunakan uji statistik regresi linear sederhana.

� = � + ��

Keterangan:


(45)

� = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)

� = angkah arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

� = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Dengan hipotesis:

H0 : b = 0, tidak ada pengaruh linear variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : b ≠ 0, ada pengaruh linear variabel bebas terhadap variabel terikat.

Uji keefektifan dengan regresi linear sederhana bias menggunakan aplikasi SPSS dengan pertimbangan SPSS dapat mempermudah dalam mengoperasikan dan mudah menjalankannya.

3.10 Analisis Motivasi Belajar Siswa

Data motivasi belajar siswa diukur menggunakan Rating Scale, dengan perincian : skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 = setuju, skor 4 = sangat setuju. Data motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan uji anova satu jalur.

3.11 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji anova satu jalur untuk membandingkan rataan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji anava satu jalur. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara motivasi dan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode STAD, NHT dan Konvensioanl.


(46)

H1 : Terdapat perbedaan antara motivasi dan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode STAD, NHT dan Konvensioanl.

Ho diterima jika F hitung < F tabel, sebaliknya tolak Ho jika F hitung > F tabel. Pada penggunaan SPSS sudah memfasilitasi nilai signifikan yang dapat digunakan untuk menolak dan menerima hipotesis nol. Terima Ho jika sig>5% jika sebaliknya Ho ditolak.

Dengan menerima Ho berarti rataan dari kelas eksperimen1, kelas eksperimen2 dan kelas kontrol adalah sama. Sebaliknya dengan menolak Ho dan menerima H1 berarti rataan minimal salah satu kelompok berbeda. Jika H1 diterima dilakukan uji lanjut Post Hoc menggunakan SPSS. Dalam uji tersebut akan melihat sepasang-sepasang apakah ada perbedaan antara ketiga


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1Hasil belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan kooperatif tipe STAD, NHT, dan Konvensional disajikan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Rata-rata Nilai Kognitif Pretest dan Postest dari Kelas STAD, NHT dan Konvensional

Perlakuan

STAD NHT Konvensional Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Jumlah

siswa Rata-

30 40,17

30 76,57

30 41,93

30 82,80

30 39,83

30 73,27 rata

Tabel 4.1 menunjukan bahwa skor rata-rata sebelum perlakuan (Pretest) lebih rendah dibandingkan rata-rata setelah perlakuan (Postest). Uji rata-rata menggunakan uji anava satu jalur untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa dari ketiga perlakuan sama atau tidak. Hasil analisis rata-rata data pretest diperoleh nilai F = 0.037; df = 2; P = 0,964, nilai P > 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa antara kelas yang diajar dengan metode STAD, NHT dan Konvensional tidak berbeda nyata, Lampiran 17.

Perbedaan hasil belajar kognitif siswa ketiga kelas, dilakukan uji statistik antara selisih nilai Postest – Pretest disajikan pada tabel 4.2.


(48)

Tabel 4.2 Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Antara Nilai PostetsKurang Nilai Pretest pada kelas STAD, NHT dan Konvensional

Model Jumlah Rata-rata Pembelajaran siswa

STAD 30 36,47a NHT 30 41,20b Konvensional 30 34,84c Keterangan:

Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan ada berbeda nyata menurut uji beda Tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.

Hasil belajar kognitif siswa ketiga kelas penelitian berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen (Lampiran 19), maka untuk pengujian perbedaan rata-rata menggunakan uji parametrik. Uji statistik yang digunakan adalah uji anova satu jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05. Berdasarkan hasil uji anova diperoleh nilai F = 8,743; df = 2; P = 0,000, nilai P < 0,05 maka nilai rata-rata hasil belajar kognitif ketiga model pembelajaran berbeda secara signifikan. Hasil belajar siswa kognitif salah satu kelas berbeda dengan yang lain maka dilanjutkan uji Post-Hocuntuk mengetahui perbedaan ketiga model pembelajaran (Lampiran 21).

Berdasarkan hasil uji Post Hocdengan menggunakan uji Tukey diperoleh nilai sebagai berikut:

Hasil uji beda antara model STAD dan NHT diperoleh nilai P = 0,000 < 0,05, sehingga dapt dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif model pembelajaran STAD dengan NHT. Hasil uji beda antara model STAD dengan Konvensional diperoleh nilai P = 0,037 < 0,05


(49)

ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar kognitif model pembelajaran NHT dengan Konvensional. Hasil uji beda antara model NHT dengan Konvensional diperoleh nilai P = 0,000 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar kognitif model pembelajaran NHT dengan Konvensional (Lampiran 21).

Ketiga model pembelajaran berbeda secara signifikan maka untuk membuktikan perbedaan rata-rata ketiga model pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 21. Jadi disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif model pembelajarn STAD, NHT, dan Konvensional. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa diperoleh model pembelajaran NHT lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari model STAD dan Konvensional.

4.1.2 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dibuktikan dengan analisis gain (Lampiran 22). Perbedaan rata-rata nilai ketiga kelas perlakuan disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perbedaan Rata-Rata N-Gain Nilai Kognitif Siswa Model

Pembelajaran

Jumlah siswa

Rata-rata Kriteria NHT 30 0,70 Tinggi STAD 30 0,62 Sedang Konvensional 30 0,57 Sedang


(50)

Tabel 4.3 menunjukan bahwa berdasarkan analisis gain diperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan STAD dan konvensional, dilihat dari kriteria N-Gain.

4.1.1.2 Hasil Belajar Afektif (Sikap)

Berdasarkan hasil uji statistik skor rata-rata hasil belajar afektif siswa pada kelas STAD, kelas NHT, dan kelas Konvensional menggunakan uji Anova dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Rata-Rata Total Skor Sikap Siswa Model

Pembelajaran

Jumlah siswa

Rata-rata Total

Std. Devision Skor

STAD 30 66,17a 6,908

NHT 30 68,57b 4,918

Konvensional 30 54,80c 2,917

Keterangan:

Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan ada berbeda nyata menurut uji beda Tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.

Dari Tabel 4.4 menunjukan bahwa berdasarkan hasil uji anova satu jalur diperoleh nilai F = 60,930; df = 2; P 0,000, nilai P < 0,05 maka disimpulkan bahwa nilai rata-rata sikap siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan berbeda secara signifikan. Hasil belajar siswa afektif (sikap) salah satu kelas berbeda dengan yang lain maka dilanjutkan uji Post- Hoc untuk mengetahui perbedaan ketiga model pembelajaran disajikan pada Lampiran 29. Data hasil belajar afektif siswa dilanjutkan dengan uji regresi untuk menentukan keefektifan model pembelajaran yang digunakan


(51)

terhadap sikap siswa (Lampiran 34). Hasil uji keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, STAD dan Konvensional terhadap siskap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT, dan Konvensional Terhadap Sikap Siswa

MODEL PEMBELAJARAN

STAD NHT Konvensional Signifikansi 0,000 0,000 0,000

A 77,533 82,333 70,967 B 11,367 13,767 2,400 R Square 0,55 0,75 0,40

Tabel 4.5 berdasarkan hasil analisis regresi menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap sikap siswa lebih efektif dari pada model pembelajaran STAD dan konvensional.

4.1.1.3 Hasil Belajar Psikomotorik (Keterampilan)

Berdasarkan hasil uji statistik skor rata-rata hasil belajar psikomotorik kelas STAD, kelas NHT dan kelas konvensional setelah dianalisis menggunakan uji anova dapat disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.6 Rata-Rata Total Skor Psikomotorik Siswa Deskriptif

Model Pembelajaran

Jumlah Siswa

Rata-rata Total

Std. Devision Skor

STAD 30 23,57a 4,15 NHT 30 26,73b 2,24 Konvensional 30 20,23c 4,91


(52)

Keterangan:

Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan ada berbeda nyata menurut uji beda Tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.

Dari Tabel 4.6 berdasarkan hasil uji anova satu jalur diperoleh nilai F = 20,507; df = 2; P = 0,000, nilai P < 0,05 maka disimpulkan bahwa nilai rata-rata psikomotorik siswa selama proses pembelajaran berbeda secara signifikan. Hasil belajar siswa psikomotorik (keterampilan) salah satu kelas berbeda dengan yang lain maka dilanjutkan uji Post-Hoc untuk mengetahui perbedaan ketiga model pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 33. Data hasil belajar psikomotorik siswa dilanjutkan dengan uji regresi untuk menentukan keefektifan model pembelajaran yang digunakan terhadap psikomotorik siswa (Lampiran 35). Hasil uji keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, STAD dan Konvensional terhadap Psikomotorik siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT, dan Konvensional Terhadap Psikomotorik Siswa

Model Pembelajaran

NHT STAD Konvensional Signifikansi 0,000 0,000 0,000

A 44,500 33,233 38,000 B 12,133 6,500 5,633 R Square 0,54 0,42 0,27

Tabel 4.7 berdasarkan hasil analisis regresi menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap psikomotorik siswa lebih efektif dari pada model pembelajaran STAD dan konvensional.


(53)

4.1.1.4 Motivasi Belajar

Analisis skor motivasi belajar siswa pada kelas STAD, kelas NHT, dan kelas konvensional setelah dianalisis menggunakan uji anova satu jalur disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Analisis Data Deskriptif Motivasi Belajar Siswa Deskriptif

Model Pembelajaran

Jumlah Siswa

Rata-rata Total

Std. Devision Skor

STAD 30 50,20a 6,025 NHT 30 52,07a 4,226 Konvensional 30 50,11a 5,191

Keterangan:

Huruf yang sama dalam kolom menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji beda tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.

Data dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa ketiga model pembelajaran tidak berbeda nyata.

4.2 Pembahasan

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dibuktikan dengan analisis gain. Terlihat pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode NHT memiliki peningkatan yang lebih efektif dibandingkan dengan kelas STAD dan Konvensional. Hal ini dimungkinkan karena pada saat proses pembelajaran kooperatif pada tahap diskusi, kelompok STAD dan konvensional siswa cenderung melakukan keributan dalam kelompoknya sehingga, hanya beberapa siswa yang melakukan diskusi dalam


(54)

kelompoknya. Kelompok NHT pada pembelajaran kooperatif adalah penomoran dimana guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang mewakili kelompoknya tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar kognitif juga tidak terlepas dari penggunaan media pengajaran berupa alat peraga sederhana pada materi sistem pernapasan. Penggunaan alat peraga sederhana, siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain itu siswa lebih termotivasi untuk belajar karena pembelajaran yang tidak monoton. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2000) bahwa media pengajaran dalam proses belajar menyebabkan pengajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinan siswa menguasai dan mencapai tujuan pengajaran serta membuat pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Hasil belajar yang diperoleh dimungkinkan dipengaruhi oleh adanyan faktor eksternal yang berupa media pembelajaran dan lingkungan yang mendukung. Kondisi internal siswa pun mempengaruhi hasil belajar misalnya jika siswa mempunyai kondisi fisik yang baik, emosional yang baik, dan kemampuan bersosialisasi yang baik maka siswa tersebut tidak akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti


(55)

pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tercapainya hasil belajar siswa yang optimal dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh kondisi internal serta eksternal siswa. hal tersebut sesuai dengan pendapat Anni et

al (2005), bahwa kondisi eksternal seperti variasi pembelajaran dan

lingkungan belajar serta kondisi internal yang mencakup fisik, kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Hasil uji regresi menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap sikap siswa lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran STAD dan Konvensional, dilihat dari persentase setiap model pembelajaran (Tabel 4.5).

Hal ini dimungkinkan karena pada kelas NHT dengan penomoran menjadikan siswa lebih aktif dan bertanggungjawab dengan segala aktivitasnya. Pengajaran kooperatif lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) disertai unsur-unsur

penanaman sikap siswa antara lain, jujur, peduli, disiplin, tanggung jawab, berani, menghargai, aktif, percaya diri, dan kerjasama dalam kelompok. Campbell (2013) menyatakan nilai-nilai moral atau sikap siswa harus benar-benar menyatu dan diterapkan dalam keseharian siswa dan juga didalam kelas. Sikap, aktif, berani dan tanggung jawab siswa pada kegiatan diskusi presentasi terlihat dengan banyak siswa yang terlibat aktif bertanya, menjawab pertanyaan maupun memberikan tanggapan terkait materi sistem pernapasan pada manusia. Hal ini didukung pernyataan


(56)

Rustaman (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif dan menarik dapat merangsang tumbuhnya sikap ilmiah, jujur, kerja sama dan bertanggung jawab.

Hasil uji regresi menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap psikomotorik siswa lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran STAD dan Konvensional, dilihat dari persentase setiap model pembelajaran (Tabel 4.7). Hal ini disebabkan karena pada kelas NHT siswa benar-benar siap mengikuti kegiatan praktikum dengan menggunakan alat peraga sederhana.

Motivasi belajar siswa pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 4.8). Hal ini dimungkinkan karena ketiga kelas perlakuan baik itu kelas STAD, NHT dan Konvensional, ternyata siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar namun tidak dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Hal ini dibuktikan dengan pengisian angket oleh siswa, setelah dianalisis ternyata siswa tertarik untuk belajar, mengerjakan tugas, dan selalu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, sehingga rata-rata siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Tercapainya hasil belajar kognitif siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan dalam kelas.

Berdasarkan hasil uji Post Hocuntuk mengetahui kelompok yang berbeda signifikan pada hasil kognitif siswa serta menjawab ketiga hipotesis maka hipotesis yang pertama adalah signifikansi antara model STAD dan NHT diperoleh nilai sig. 0,000 < 0,05 artinya ada perbedaan


(57)

yang signifikan antara model STAD dan NHT. Untuk membuktikan perbedaan rata-rata kedua model pembelajaran dilihat dari rata-rata analisis deskriptif model pembelajaran STAD dan NHT adalah 36,47 dan 41,20, sehinga disimpulkan bahwa pada rumusan masalah pertama model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model STAD. Hal ini didukung penelitian Nugroho (2011) menyimpulkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dari pada pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep laju reaksi.

Hipotesis yang kedua adalah signifikansi antara model pembelajaran STAD dengan Konvensionaldiperoleh nilai sig. 0,037 < 0,05

artinya ada perbedaan yang signifikan antara model STAD dengan Konvensional. Untuk membuktikan perbedaan rata-rata kedua model pembelajaran dapat dilihat dari rata-rata analisis deskriptif kedua model pembelajaran STAD dengan Konvensional adalah 36,47 dan 34,84 sehingga disimpulkan bahwa pada rumusan masalah kedua model pembelajaran STAD efektif meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dibandingkan konvensional. Hal ini didukung oleh penelitian Aziz et al(2006) yang

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan alat peraga sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, serta kemampan


(58)

Hipotesis yang ketiga adalah signifikansi antara model NHT dengan Konvensional diperoleh nilai sig. 0,000 < 0,05 artinya ada

perbedaan hasil belajar yang signifikan. Untuk membuktikan perbedaan rata-rata pada kedua model pembelajaran dilihat dari analisis deskriptif statistik kedua model pembelajaran adalah 41,20 dan 34,84 sehingga disimpulkan bahwa pada rumusan ketiga model pembelajaran NHT efektif meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dibandingkan Konvensional. Hal ini didukung oleh penelitian Siregar (2012) yang mengatakan bahwa pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar siswa. sejalan dengan penelitian Muis et al

(2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rata-rata peningkatan yang signifikan untuk hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik terjadi pada kelas NHT. Perbedaan hasil belajar ini terjadi karena adanya siswa yang betul-betul siap dengan metode yang digunakan dikelas dan ada juga siswa yang tidak siap dengan metode yang digunakan. Pengamatan pada kelompok STAD dan Konvensional dimana siswa belum terbiasa terpisah dengan sahabat karibnya sehingga menyulitkan mereka untuk bisa bekerja sama bahkan mereka cenderung untuk mengharapkan. Hal ini didukung oleh pernyataan Slavin (2008) menjelaskan kendala utama dalam kooperatif adalah pitfals(lubang

perangkap) yaitu beberapa siswa saja yang secara personal bertanggung jawab dalam kelompok sedangkan anggota lainnya mengikuti, sehingga


(59)

penyebaran tanggung jawab tidak merata dan adanya saling ketergantungan dalam kelompok sehingga hanya beberapa siswa saja yang serius dalam diskusi kelompok. Pitfalsterjadi pada kelompok STAD dan Konvensional

karena hanya beberapa orang siswa saja yang aktif dalam pembelajaran. Metode NHT yang digunakan selama penelitian ini dampak positif tentunya menguntungkan bagi siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti seluruh siswa terlibat aktif pada saat diskusi karena langkah-langkah yang digunakan dalam model pembelajaran NHT adalah penomoran dimana guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa, hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan NHT lebih efektif dibandingkan dengan kelompok STAD dan Konvensional terlihat dari nilai kognitif, psikomotorik dan afektif siswa. Sementara motivasi belajar siswa dari ketiga model pembelajaran tidak berbeda secara signifikan, artinya ketiga model pembelajaran tidak mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan pengisian angket oleh siswa, setelah dianalisis ternyata siswa tertarik untuk belajar, mengerjakan tugas, dan selalu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, sehingga rata-rata siswa memiliki


(60)

motivasi yang tinggi untuk belajar. Tercapainya hasil belajar kognitif siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan dalam kelas.


(61)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa: Model pembelajaran kooperatif tipe NHT paling efektif dari pada model STAD dan Konvensional. Ketiga model pembelajaran tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kajian dalam penelitian ini, maka disarankan hal-hal berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran IPA dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga sebagai metode alternativ dalam pelaksanaan pembelajaran Biologi.

2. Masih kurangnya penelitian-penelitian yang terkait penggunaan model NHT dan STAD berbantuan alat peraga untuk itu disarankan bagi peneliti yang lain bisa mengembangkan model pembelajaran ini dan bisa juga diterapkan untuk pembelajaran materi Biologi yang lain.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah., Wati, O., & Husnil, K. 2011. Penggunaan Alat Peraga dari Bahan Bekas dalam Menjelaskan Sistem Respirasi Manusia di MAN Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi3(2): 51-55.

Anidityas, N. A., Nur, R. U., Priyantini, W. 2012. Penggunaan Alat Peraga Sistem Pernapasan Manusia Pada Kualitas Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Unnes Science Education Journal, Usej 1(2).

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej.

Anni CT., Rifa’i A. E., Purwanro & Purnomo D. 2005. Psikologi Belajar. Semarang.

Arends, R. I. 1997. Clasroom Instruction and Management. New York: Mc Graw Hill

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Aziz A., Yulianti D., & Handayani L. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Memanfaatkan Alat Peraga Sains Fisika (Materi Tata Surya) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kerja Sama Siswa. Jurnal Pend. Fisika Indonesia, Vol. 4, No. 2.

Balfakih, M.A. N. 2003. The effectiveness of student team achievement division (STAD) for teaching high school chemistry in the United Arab Emirates.

Journal of Chemistry Education 2 (3): 605-624.

Campbell, E. 2003. The Ethical Teacher. New York: Open University Press.

Dat, V. T. 2013. Effects of student teams achievement division (STAD) on academic achievement, and attitudes of grade towords mathematics. International Journal of Science, (2) : 2305-3925.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Pupus dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Hadianto U. 2009. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dengan Group Investigation terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Tesis.

Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hayati, N. 2002. Model Cooperative Learning. Jakarta: Erlangga


(63)

Intani, N. D. 2009. Implementasi Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas VIII SMP N 40 Semarang tahun ajaran 2008/2009. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi UNNES.

Jamalong, A. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 18 (4).

Karyadi., Joko, W., &Muhsin. 2012. Keefektifan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswapada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan. Economic Education Analysis Journal, 1 (1): 2252-6544. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj.

Katili, N. 2009. Pengembangan perangkat berorientasi model pembelajaran langsung pada pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia di kelas V SD N Ketiteng I Gayungan Surabaya. Jurnal Inovasi, 6 (3): 543.

Lailiyah., Rochmatul., Muliatna., & I Made. 2013. Penerapan MPK Tipe STAD (Students Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa XI TKR SMKN 3 Buduran-Sidoarjo.Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, (online), 01 (02), (http://ejournal.unesa.ac.id).

Lie, A.2004.CooperativeLearningMempraktikkanCooperativeLearningdi Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Muiz A., Aminudin PP., & Naparin A. 2011. Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 11 Banjarmasin pada Konsep Sistem Gerak dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Together. Jurnal Wahana-Bio, Vol.V

Nugroho E. A. 2011. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Anntara Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan STAD (Student Team

Achievment) pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi. Jakarta: FITK: UIN Prasetyarini, A., Siska,D.F., &Wakhid, R. A. 2013. Pemanfaatan Alat Peraga IPA

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa SMP Negeri 1 BulusPesantren Kebumen. Jurnal Radiasi. 2 (1).

Pupuh, F., &Sobry, M. 2009. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.


(64)

Unesa Journal of Chemistry Education 2 (3): 119-128. Riduwan. 2003. Dasar-dasar statistik. Alfabeta: Bandung.

Riyanto,Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Rustaman, N. 2005. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati IPA Indonesia. FPMIPIPA UPI.

Sagala, S. 2003. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Saraswati,I. D. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Manajemen Perkantoran (Studi Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Muhammadiyah 2 Malang).Skripsi. Malang: FIS UNM.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Siregar, F.A. 2012. Pengaruh model kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. 1 (1): 2252-732x.

Sudjana N. 2000. CBSA . Dasar-dasar Proses Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algeandra.

---. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Slavin,R.E.2008.CooperativeLearningTeoriRisetdanPraktis.Bandung:Nusa Media.

Sukestiyarno, Y. L. 2012. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang : UNNES.

Sunandar. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN. Jurnal Varia Pendidikan. 20 (2).

Suprijono A. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: PustakaPelajar

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.


(65)

Tiya, K., & Anggo, M. 2012.Meningkatkan penguasan konsep matematika pokok bahasan statistika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa.

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(66)

(67)

SILABUS

Nama sekolah : SMA Efata SoE Mata pelajaran : Biologi

Kelas/semester : XI/II Alokasi waktu : 6 x 2 JP

Standar kompetensi : 3 Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia, kelainan dan atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas

Kompetensi dasar

Kompetensi sebagai hasil belajar

Indikator Materi pokok Kegiatan pembelajaran Penilaian Alokasi waktu Sumber Bahan Alat 3.4 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/pen yakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia Mengidentifikasi organ-organ yang terlibat dalam sistem pernapasan manusia Membuat alat peraga mekanisme pernapasan manusia Mengidentifikasi perbedaan pernapasan dada dan pernapasan perut Membuat alat peraga efek rokok bagi kesehatan

Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem pernapasan manusia

struktur dan fungsi alat-alat pernapasan alat pernapasan manusia berupa hidung, laring, faring, trakea, paru- paru (bronkus, bronkiolus) yang membangun system yang khas Mengamati sistem pernapasan untuk menemukan struktur alat-alat pernapasan manusia. Mengkaji dari berbagai literature dengan kerja kelompok untuk menemukan contoh hubungan struktur dan fungsi alat-alat pernapasan Jenis tagihan Tugas individu, tugas kelompok, ulangan Observasi Sikap ilmiah dalam mengamati percobaan dan diskusi Tes Pemahaman tentang konsep pernapasan pada manusia

6 x 2 jp Sumber

Buku Biologi SMA kelas XI Alat Laptop, LCD Bahan LKS Botol bekas untuk pembuat an alat peraga


(68)

Melakukan demontrasi tentang mekanisme pernapasan yang terjadi pada manusia Menjelaskan

perbedaan pernapasan perut dan pernapasan dada

Menjelaskan pertukaran gas O2 dan CO2

Menjelaskan frekuensi pernapasan dan volume

pernapasan

Mekanisme pernapasan pada manusia

Pernapasan dilakukan secara inspirasi dan ekspirasi yang terjadi karena adanyan perbedaan tekanan udara pada rongga dada.

Mengkaji organ yang terlibat dalam mekanisme

pernapasan melalui bimbingan guru Menganalisis menggunakan alat peraga untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada manusia


(69)

Menganalisis efek rokok bagi kesehatan

Kelainan dan penyakit yang terjadi

Beberapa kelainan atau penyakit antara lain faringitis, tonsillitis, diferti, dll

Mengamati efek rokok bagi paru-paru dan kesehatan


(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

Lampiran 3.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOOPERATIF TIPE NHT

Satuan pendidikan : SMA Efata SoE Kelas / semester : XI IPA/ 2 (genap) Mata pelajaran : Biologi

Topik : Sistem Pernapasan pada Manusia Pertemuan ke- : 1 (pertama)

Alokasi waktu : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi: 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas.

Kompetensi Dasar : 3.4Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia.

A. Indikator

1. Menjelaskan sistem pernapasan pada manusia

2. Menjelaskan struktur dan organ-organ pernapasan pada manusias B. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui diskusi siswa dapat menjelaskan sistem pernapasan pada manusia 2. Melalui diskusi siswa dapat menjelaskan struktur dan fungsi alat-alat

pernapasan pada manusia

3. Siswa dapat menjelaskan pertukaran gas O2 dan CO2

C. Materi Ajar : Terlampir 1. Sistem pernapasan

2. Organ-organ sistem pernapasan D. Metode Pembelajaran

Model : Kooperatif tipe NHT


(1)

193

Lampiran 37. Foto-Foto Penelitian


(2)

194


(3)

195


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN CD INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI RUANG DIMENSI TIGA SMA KELAS X

0 66 181

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN NHT TERHADAP HASIL BELAJAR.

0 7 20

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA UNTUK PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJA

0 0 15

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbantuan Catatan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika SMPN 3 Ketanggungan.

0 0 1

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2

Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Oleh: Amalia Fitri Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract - Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berban

0 0 11