Sifat Fisika air Kondisi kualitas air sungai Blukar

73

4.2.1. Sifat Fisika air

Parameter fisika yang diukur dan diamati di lokasi penelitian adalah suhu dan padatan tersuspensi TSS.

4.2.1.1. Suhu

Hasil pengukuran dan pengamatan suhu di lokasi penelitian dari titik 1 sampai dengan titik 7 adalah sebagai berikut : Tabel 23. Hasil Analisa Parameter Suhu di Sungai Blukar Juli 2012 No. Lokasi Suhu o C Kriteria Mutu Air, Kelas PP 82 Tahun 2001 Keterangan I II III IV 1. Titik 1 31 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 5 Memenuhi Kelas II 2. Titik 2 31 Memenuhi Kelas II 3. Titik 3 34 Memenuhi Kelas II 4. Titik 4 31 Memenuhi Kelas II 5. Titik 5 32 Memenuhi Kelas II 6. Titik 6 34 Memenuhi Kelas II 7. Titik 7 34 Memenuhi Kelas II Sumber : Data primer, 2012 Hasil pengukuran suhu air sungai Blukar dari titik 1 sampai titik 7 menunjukkan suhu air berkisar antara 31-34 o C. Suhu tertinggi mencapai 34 o C di titik 3 Desa Galih Kecamatan Gemuh, titik 6 Desa Truko Kecamatan Kangkung serta titik 7 jembatan Desa Tanjungmojo Kecamatan Kangkung. Kondisi suhu tersebut masih berada dalam ambang batas baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dimana baku mutu air kelas II mensyaratkan bahwa temperatur air sungai memiliki beda deviasi 3 o C dari kondisi temperatur alamiah lingkungan sekitarnya. Suhu udara rata-rata DAS Blukar berkisar antara 23-32 o C BPDAS Pemali Jratun, 2006. Tinggi rendah suhu air sungai dipengaruhi oleh suhu udara di sekitarnya. Disamping itu intensitas paparan sinar matahari yang masuk ke badan air serta kerapatan vegetasi di sekitar bantaran air juga akan mempengaruhi suhu air sungai. Intensitas sinar matahari dipengaruhi oleh penutupan awan, musim, serta waktu dalam hari. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai badan air maka akan membuat suhu air sungai semakin tinggi. Begitu pula semakin banyak dan semakin rapat vegetasi di sekitar bantaran air maka akan membuat 74 suhu udara sekitar menjadi lebih rendah sehingga suhu air sungai juga semakin rendah. Pada titik 3, 6 dan 7 suhu air yang tinggi disebabkan oleh intensitas sinar matahari yang masuk ke badan air cukup tinggi karena lokasi pengukuran sampel merupakan daerah terbuka yang terkena sinar matahari secara langsung. Pengukuran suhu dari mulai titik 1 sampai dengan titik 7 dilakukan pada siang hari pukul 10.55 – 13.15 WIB. Pada saat pengukuran suhu, cuaca sangat terik dan keadaan langit cerah tanpa awan sehingga intensitas matahari yang masuk ke badan air cukup tinggi. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air sehingga mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba sehingga kadar BOD dalam air juga akan meningkat. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan berkisar 20 o C - 30 o C Effendi, 2003. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi suhu air sungai Blukar dapat mengganggu pertumbuhan fitoplankton karena suhu optimum untuk pertumbuhan telah terlampaui.

4.2.1.2. Padatan tersuspensi TSS

Hasil pengukuran dan pengamatan TSS di lokasi penelitian dari titik 1 sampai dengan titik 7 adalah sebagai berikut : Tabel 24. Hasil Analisa Parameter TSS di Sungai Blukar Juli 2012 No. Lokasi TSS mgl Kriteria Mutu Air, Kelas PP 82 Tahun 2001 Keterangan I II III IV 1. Titik 1 10 50 50 400 400 Memenuhi Kelas II 2. Titik 2 9 Memenuhi Kelas II 3. Titik 3 11.5 Memenuhi Kelas II 4. Titik 4 14 Memenuhi Kelas II 5. Titik 5 16 Memenuhi Kelas II 6. Titik 6 14 Memenuhi Kelas II 7. Titik 7 13 Memenuhi Kelas II Sumber : Data primer, 2012 75 Hasil pengukuran padatan tersuspensi air sungai Blukar dari titik 1 sampai titik 7 menunjukkan TSS berkisar antara 9-16 mgl. Parameter padatan tersuspensi tersebut masih berada dalam ambang batas baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dimana baku mutu air kelas I dan II mensyaratkan bahwa padatan tersuspensi dalam air sungai maksimal 50 mgl. Padatan tersuspensi merupakan padatan yang dapat menyebabkan kekeruhan dalam air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung Fardiaz, 1992. Pengukuran TSS dilakukan pada bulan Juli 2012 dimana pada saat tersebut merupakan musim kemarau. Kondisi air sungai Blukar pada saat pengambilan sampel cukup jernih karena tidak ada limpasan air hujan yang berasal dari daratan. Hal ini sesuai dengan penelitian Zainudin et al 2009 bahwa kondisi kualitas air Sungai Bertam, Dataran tinggi Cameron Malaysia menunjukkan telah terjadi peningkatan konsentrasi TSS dalam air sungai pada saat musim hujan dibandingkan pada saat aliran normal kemarau. Kondisi ini yang menyebabkan nilai TSS di sungai Blukar masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Kandungan padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi padatan tersuspensi dalam air maka air akan semakin keruh. Kekeruhan pada sungai disebabkan oleh padatan tersuspensi berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan Effendi, 2003. Menurut Casali et al 2010 bahwa sedimen dalam air limpasan yang berasal dari lahan hutan sangat dipengaruhi oleh aktivitas penebangan, dimana pada saat penebangan jumlah sedimen dalam air mengalami peningkatan.

4.2.2. Sifat Kimia Air