53
4 . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Keadaan Umum Kota Bogor
Kota Bogor merupakan kota pendukung DKI Jakarta yang merupakan ibukota negara Republik Indonesia. Letak geografis Kota Bogor antara 106
o
48’ Bujur Timur dan 6
o
30’ Lintang Selatan. Udara Kota Bogor cukup sejuk dengan rerata suhu harian 25
o
C dan kelembaban udaranya sekitar 70. Luas Kota Bogor adalah 11.850 ha yang terbagi dalam 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37
desa. Jumlah penduduk kota ini pada tahun 2002 dan 2003 masing-masing berjumlah 789.423 orang, 820.707 orang dan pada tahun 2005 sebanyak 858.396
orang Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2006. Kota ini terletak pada daerah perbukitan yang bergelombang dengan
ketinggian yang bervariasi antara 190 - 350 m dpl. Kemiringan lahan antara 0-2 seluas 1.763,94 ha, kemiringan 2-15 seluas 8.091,27 ha, 15-25 seluas
1.109,89 ha, 25-40 seluas 764,96 ha, serta lahan dengan kemiringan lebih dari 40 seluas 119,94 ha. Tipe iklim Kota Bogor menurut klasifikasi iklim Schmidt
dan Ferguson termasuk wilayah dengan tipe iklim A. Curah hujan tahunannya antara 3.200-4.600 mm serta hari hujan 200-270 hari dalam setahun. Curah hujan
tertinggi biasanya terjadi pada bulan Januari sebanyak 629 mmbulan dan terendah pada bulan September 118 mmbulan.
4.1.2. Kependudukan
Penduduk merupakan aspek yang penting dalam perencanaan dan penge- lolaan kota, karena banyak permasalahan lingkungan berawal dari masalah
kependudukan. Oleh sebab itu, data-data mengenai kependudukan ini sangat diperlukan dalam program penyusunan pengelolaan kota.
Perkembangan jumlah penduduk di Kota Bogor dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2005 mengalami perkembangan yang berbeda-beda setiap tahunnya,
seperti terlihat pada Tabel di bawah ini. Rerata pertambahan penduduk di Kota Bogor pada tahun 1999 - 2005 sekitar 3,06 per tahun Bapeda Kota Bogor
2005.
54 Tabel 15. Jumlah dan laju pertambahan penduduk Kota Bogor
No. Tahun Jumlah
Penduduk Jumlah Pertambahan
Penduduk 1 1996 671.405
23.493 2 1997 673.880
2.475 3 1998 680.514
6.634 4 1999 697.496
16.982 5 2000 714.711
17.215 6 2001 760.329
45.618 7 2002 789.423
29.094 8 2003 820.707
31.284 9 2004 845.328
24.621 10 2005 858.396
13.058 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2006.
Pertambahan penduduk selain dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian juga dipengaruhi oleh migrasi. Rerata jumlah pendatang per tahun sebanyak 6.570
orang dan yang pindah sebanyak 7.586 orang Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2004.
Penyebaran penduduk cenderung agak merata di seluruh wilayah Kota Bogor. Jumlah penduduk pada tahun 2004 terbesar di Kecamatan Bogor Barat
184.464 orang yang menempati wilayah seluas 32,85 Ha yang mengelompok di Kelurahan Menteng sebanyak 18.533 orang dan terendah di Kelurahan Pasir
Mulya sebanyak 4.446 orang. Berdasarkan kecamatan, jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bogor Timur yaitu sebesar 83.907 orang yang menempati
wilayah seluas 10,15 Ha. Kepadatan penduduk Kota Bogor pada tahun 1999 sebesar 5.005
orangkm
2
dan tahun 2004 menjadi 7.017 orangkm
2
. Pada tahun 1999 kepadatan terbesar di Kecamatan Bogor Tengah sebesar 12.840 orangkm
2
, dan pada tahun 2004 kepadatan terbesar masih di Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 12.943
orangkm
2
. Kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Bogor Selatan yaitu sebesar 5.300 orangkm
2
. Pada tahun 2004 jumlah penduduk berdasarkan pengelompokan usia di Kota
Bogor adalah sebagai berikut: usia sekolah 0-14 tahun mencapai 234.728 orang
55 28,23 , usia produktif 15-55 tahun 529.743 orang 63,7 , usia lanjut usia
55 tahun keatas hanya 67.100 orang 8,07. Jika dilihat dari pengelompokan jumlah penduduk menurut struktur umur, sebarannya relatif merata di setiap
kecamatan Bapeda Kota Bogor 2004. Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, tanpa adanya perubahan
nilai laju pertambahan penduduk sampai tahun 2100 yakni sebesar 3,06, maka dengan perhitungan secara time series diperkirakan jumlah penduduk Kota Bogor
di masa yang akan datang adalah sebagai berikut: Tabel 16. Perkiraan jumlah penduduk Kota Bogor sampai tahun 2100
Tahun Jumlah Penduduk orang
2010 998.019
2020 1.349.088
2030 1.823.651
2040 2.465.149
2050 3.332.304
2060 4.504.495
2070 6.089.020
2080 8.230.927
2090 11.126.282
2100 15.040.123
Dari Tabel 16 dapat dinyatakan bahwa penduduk Kota Bogor dengan laju pertambahan penduduk sebesar 3,06 per tahun tetap sampai tahun 2100, diper-
kirakan jumlah penduduknya pada tahun 2100 akan menjadi 15 juta orang.
4.1.3. Transportasi
Kota Bogor merupakan kota penghubung antara Jakarta, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Rangkas Bitung dan Tangerang. Oleh sebab itu, transportasi
yang ada di dalam Kota Bogor selain angkutan dalam kota, dan angkutan perkotaan juga ada angkutan kota dalam propinsi dan angkutan kota antar
propinsi. Jumlah setiap jenis angkutan dari tahun 1999 – 2003 terdapat pada Gambar berikut ini.
56
Angkutan Perkotaan
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m lah
Angkutan Kota
1000 2000
3000 4000
5000
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m la
h
Angkutan AKDP
200 400
600 800
1000
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m lah
Angkutan AKAP
200 400
600 800
1000 1200
1999 2000
2001 2002
2003
Tahun Ju
m lah
Gambar 10. Perkembangan jumlah kendaraan angkutan kota, angkutan perkotaan,
angkutan kota dalam propinsi dan angkutan kota antar propinsi tahun 1999 – 2003.
Khusus untuk angkutan kota yang beroperasi di dalam Kota Bogor pada tahun 2006 saja dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
57 Tabel 17. Rute dan jumlah angkutan kota di wilayah Kota Bogor
No. Kode
Jurusan Jumlah
1 01
Cipinang Gading - Cipaku - Term Merdeka 13
2 01A
Baranang Siang – Ciawi 190
3 02
Sukasari - Terminal Bubulak 585
4 03
Baranangsiang – Bubulak 382
5 04
Ramayana – Rancamaya 185
6 05
Ramayana - Pangrango - Cimahpar 162
7 06
Ramayana - Jl. Bangka - Ciheuleut 169
8 07
Warung Jambu - H. Juanda - Merdeka 238
9 07A
Ps. Anyar - Air Mancur - Pondok Rumput 53
10 08
Warung Jambu - H. Juanda - Ramayana 230
11 09
Warung Jambu - Pajajaran - Sukasari 144
12 10
Bantar Kemang - Sukasari - Merdeka 92
13 11
Pajajaran - Pasar Bogor 45
14 12
Cimanggu - Ma. Salmun – Pasar Anyar 182
15 13
Bantar Kemang - Jl. Bangka - Ramayana 155
16 14
Sukasari – Cibalagung – Pasir Kuda - Bubulak 112
17 15
Terminal Merdeka - Bubulak – Sndang Barang Jero 101
18 16
Pasar Anyar – Salabenda 239
19 17
Pomad - Tanah Baru- Bina Marga 55
20 18
Ramayana – Mulyaharja 43
21 19
Terminal Bobolak - Kencana 75
22 20
Pasar Anyar - Kencana 56
Jumlah 3.506
Sumber : DLLAJ Kota Bogor 2006a Pertambahan jumlah kendaraan pribadi, sepeda motor dan angkutan kota di
Kota Bogor terjadi pesat. Wijaya 2004 telah meneliti jumlah kendaraan dan laju pertambahannya untuk memperkirakan jumlahnya di masa yang akan datang.
Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor Tahun 2008 – 2010
Tahun Jumlah Kendaraan
Mobil Pribadi Mobil Penumpang Truk dan Bus
Motor 2008
11.977 5.933 8.864 74.608
2009 12.335 5.973 8.687
78.050 2010
12.704 6.013 8.513 81.651
Sumber: Wijaya 2004.
58 Pola jaringan jalan di Kota Bogor cenderung berbentuk radial dengan
Istana Presiden dan Kebun Raya Bogor sebagai pusatnya. Hal ini mengakibatkan bertumpuknya perjalanan di daerah tersebut. Pergerakan kendaraan dari satu
daerah ke daerah yang lain di Kota Bogor cenderung melalui pusat kota, karena jalan utama yang ada mengarah ke pusat kota, sementara jalan antar wilayah tidak
dilengkapi dengan jalan pendukung. Mengingat panjang jalan relatif tidak bertambah, maka belakangan ini terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan panjang jalan dengan jumlah kendaraan yang ada. Hal ini ditandai dengan sering terjadinya kemacetan lalu lintas, terutama
pada saat berangkat kerja dan sekolah serta ketika saat pulang. Data tentang panjang jalan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Panjang jalan di Kota Bogor pada tahun 2004 No Kecamatan
Wewenang Pembinaan Jumlah
km Nasional
km Propinsi
km Kota
km 1.
2. 3.
4. 5.
6. Bogor Tengah
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Tanah Sareal 13.218
1.780 3.400
7.135 2.416
2.250 1.596
5.455 -
2.500 9.708
7.500 59.926
136.301 71.771
112.236 80.701
102.702 74.740
143.536 75.171
121.871 92.825
112.452 JUMLAH 30.199
26.759 563.637
620.595 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Binamarga Kota Bogor 2004
4.1.4. Penggunaan Bahan Bakar Minyak dan Gas
Bahan bakar minyak yang berupa bensin dan solar banyak dipergunakan untuk kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, kendaraan bermotor merupakan
pengemisi gas CO
2
yang terbesar. Semakin banyak jumlah kendaraan, maka emisi gas CO
2
akan semakin banyak pula. Wijaya 2004 menyatakan jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di Kota Bogor sampai tahun 2014 akan meningkat seperti
terlihat pada Tabel 20.
59 Tabel 20. Perkiraan jumlah kendaraan bermotor tahun 2008 – 2014
Tahun Jumlah Kendaraan
Mobil Pribadi Mobil Penumpang Truk dan Bus
Motor 2008
11.977 5.933 8.864 74.608
2009 12.335 5.973 8.687
78.050 2010
12.704 6.013 8.513 81.651
2011 13.084 6.053 8.342
85.418 2012
13.475 6.094 8.175 89.359
2013 13.878 6.135 8.011
93.481 2014
14.293 6.176 7.851 97.794
Sumber: Wijaya 2004 Berdasarkan data dari Pertamina Unit Pemasaran III Jakarta penggunaan
bahan bakar minyak dan gas untuk Kota Bogor pada tahun 2003 dan 2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 21. Pemakaian bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor tahun 2003- 2004
Tahun Bensin KI
Solar Kl
M. Tanah Kl
M.Diesel Kl
LPG TON
Gas m
3
2003 107.568 29.175 69.540 5.052 2.075
222.068 2004 114.152 26.257 69.530 5.264
6.422 238.545
Sumber : PT. Pertamina Unit Pemasaran III Jakarta 2004 PT Gas Negara 2004.
Penjualan bensin dan solar dilakukan oleh 14 stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU yang tersebar di seluruh Kota Bogor. Penjualan minyak tanah
melalui 12 agen penjualan, sedangkan untuk penjualan LPG dilakukan oleh 2 agen saja PT Pertamina Unit III 2004.
Dengan melihat jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2003 sebanyak 820.707 orang dan tahun 2004 sebanyak 831.571 orang, maka dari data tersebut
dapat dinyatakan bahwa rerata penggunaan masing-masing bahan bakar minyak dan gas per orang sebanyak 134,19 lorangtahun untuk bensin, 33,55
lorangtahun untuk solar, 6,24 lorangtahun untuk minyak diesel, 84,17 lorangtahun untuk minyak tanah, 5,14 kgorangtahun untuk LPG dan 0,28
m
3
orangtahun untuk penggunaan gas dari PT Gas Negara.
60 Jika diasumsikan bahwa penggunaan bahan bakar pada saat penelitian
dilakukan tidak berbeda dengan penggunaan bahan bakar di masa yang akan datang, maka kebutuhan bahan bakar pada tahun 2010-2100 adalah sebagai
berikut : Tabel 22. Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas untuk tahun 2010 – 2100
Tahun Bensin
x 10
6
l Solar
x 10
6
l M. Tanah
x 10
6
l M. Diesel
x 10
6
l LPG
x 10
6
kg 2010 126,04 31,51 79,06 5,86
4,83 2020 142,60 35,66 89,44 6,63
5,46 2030 154,09 38,53 96,65 7,17
5,90 2040 162,06 40,52 101,65 7,54
6,21 2050 167,59 41,91 104,83 7,79
6,42 2060 171,43 42,86 107,53 7,97
6,57 2070 174,09 43,53 109,22 8,10
6,67 2080 175,93 43,99 110,35 8,18
6,74 2090 177,22 44,31 111,16 8,24
6,79 2100 178,10 44,53 111,72 8,28
6,82 Mengingat bahan bakar yang dipergunakan di Kota Bogor selain bensin,
solar, minyak tanah dan LPG juga dipergunakan gas kota yang dikelola oleh PT Gas Negara, maka pembahasan khusus mengenai masalah ini akan dibahas berikut
ini.
Gas Negara
Distribusi gas oleh PT. Gas Negara melalui jaringan pipa gas dengan tekanan 15 bar sepanjang 143.627 km yang dikendalikan oleh 2 unit stasiun gas
penerima di Cibinong dan Cimanggis. Jaringan pipa distribusi gas dengan tekanan sebesar 2 bar sepanjang 5.385 km yang dikendalikan oleh 2 unit stasiun gas
penyalur. Sedangkan jaringan pipa distribusi bertekanan 0,1 bar sepanjang 259.903 km yang dikendalikan oleh 23 stasiun gas penyalur yang tersebar di
wilayah Kota Bogor. Sampai bulan September 2003, jumlah pelanggan sebanyak 14.785 yang terdiri dari 14.500 pelanggan rumah tangga, 187 pelanggan komersil
dan 98 pelanggan industri. Volume pemakaian energi gas bagi masyarakat kota yang dilayani oleh PT. Gas Negara Distrik Bogor telah mencapai 3,6 juta m
3
untuk rumah tangga, 1,2 juta m
3
untuk komersil dan 204 juta m
3
untuk industri dengan total pemakaian gas sebanyak 208,8 juta m
3
Badan Pusat Statistik Kota
61 Bogor 2005. Berikut ini disajikan data tentang jumlah pelanggan gas dari tahun
1999 - 2003. Tabel 23. Jumlah pelanggan PT Gas Negara Tahun 1999-2003
Tahun Jumlah Pelanggan
1999 7.215 2000 8.953
2001 9.241 2002 10.223
2003 14.785 Sumber : Walikota Bogor 2003
Tabel 24. Banyaknya gas yang terjual melalui pipa Kota Bogor No. Bulan
Jumlah m
3
2001 2002 2003 2004 1 Januari
11.579.000 13.602.688 19.214.406 18.854.299 2 Februari
11.493.000 13.270.730 17.297.050 18.550.875 3 Maret
12.889.000 14.834.346 19.126.233 20.179.680 4 April
13.445.000 15.557.573 17.961.335 19.487.582 5 Mei
13.628.000 15.850.996 19.179.314 20.360.933 6 Juni
12.933.000 16.110.341 19.108.292 20.260.707 7 Juli
14.698.000 16.691.487 20.204.771 20.757.442 8 Agustus
14.945.000 17.024.780 19.027.313 20.208.152 9 September 13.962.000 17.268.507 18.854.766 19.768.034
10 Oktober 14.299.000 18.259.042 18.586.299 21.221.929
11 November 12.971.000 18.640.988 14.011.772 15.593.702 12 Desember
11.000.000 11.969.810 19.294.008 23.301.715 Jumlah
157.842.000 189.081.288 221.865.559 238.545.050 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2005
Mengingat jumlah emisi gas CO
2
dari gas negara kurang dari 1 dari keseluruhan emisi dari bahan bakar minyak dan gas, maka dalam perhitungan
selanjutnya emisi dari gas negara tidak dimasukkan dalam perhitungan.
62
4.1.5. Emisi Gas CO
2
Antropogenik
Penggunaan bensin, solar, minyak tanah, minyak diesel dan LPG menghasilkan gas CO
2
. Emisi gas CO
2
pada tahun 2006 dari masing-masing bahan bakar dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Emisi gas CO
2
di Kota Bogor tahun 2006 Dari Gambar 11 dapat dikemukakan bahwa emisi terbesar berasal dari
bensin 48, minyak tanah 33, solar 14, minyak diesel 3 dan LPG 2. Prediksi jumlah emisi gas CO
2
di Kota Bogor tahun 2010 – 2100 sebagai berikut: Tabel 25. Jumlah emisi gas CO
2
di Kota Bogor tahun 2010 - 2100 Tahun
Emisi CO
2
Ton Setara ppmv x 10
-5
2010 600.216 7,69
2020 679.089 8,70
2030 733.807 9,40
2040 771.768 9,88
2050 798.104 10,20
2060 816.374 10,50
2070 829.049 10,60
2080 837.842 10,70
2090 843.943 10,80
2100 848.175 10,90
Emisi Gas CO
2
tahun 2006
48
14 33
3 2
Bensin Solar
M. tanah M. Diesel
LPG
63 Dari Tabel 25 dapat dinyatakan bahwa emisi gas ini terus bertambah.
Tahun 2010 emisinya 600.216 ton, sedangkan tahun 2100 menjadi 848.175 ton. Dari simulasi emisi gas CO
2
di Kota Bogor pada tahun 2007 sebanyak 0,57 juta ton. Sementara Syakuroh 2004 memperkirakan emisi gas ini dari bahan
bakar minyak dan gas tahun 2007 di Kabupaten Bogor sebanyak 15,36 juta ton. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa emisi gas CO
2
antropogenik di Kota Bogor lebih kecil daripada emisi gas ini di Kabupaten Bogor. Walaupun demi-
kian, Kota Bogor harus ikut dalam program pengembangan hutan kota, agar gas CO
2
antropogenik sebagian atau seluruhnya dapat diserap oleh pepohonan hutan kota. Dengan demikian laju penambahan gas ini dapat ditekan serendah mungkin.
4.1.6. Konsentrasi Gas CO
2
Ambien Tahun 20062007
Data kepadatan lalu lintas menurut waktu khususnya mobil diperlukan untuk menentukan waktu pengambilan sampel ambien gas CO
2
. Data kepadatan di 5 lokasi dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini.
600 800
1000 1200
1400
a
64
700 750
800 850
900 950
1000
Gambar 12. Rerata jumlah mobil yang melewati 5 jalur lokasi penelitian selama 1 Minggu pada a musim kemarau tahun 2006 dan
b musim penghujan tahun 2007. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa kepadatan lalu lintas tertinggi
terjadi antara pukul 07.00-07.30 pada musim kemarau maupun musim penghujan. Rerata jumlah kendaraan yang melewati kelima jalur jalan tersebut pada musim
kemarau antara 45.401-47.433 kendaraan per hari, sedangkan pada musim penghujan antara 34.852-45.684 kendaraan per hari. Rerata kepadatan kendaraan
tertinggi di Baranang Siang dan terendah di pertigaan Ekalokasari. Data selengkapnya tentang jumlah kendaraan yang melewati ke lima jalur jalan dapat
dilihat pada Tabel 26 di bawah ini. Tabel 26. Jumlah kendaraan di 5 lokasi pada musim kemarau 2006 dan musim
penghujan 2007 Lokasi
Jumlah Kendaraan Rerata
Tahun 2006 kemarau
Tahun 2007 penghujan
Warung Jambu 46.010
45.563 45.787
Baranang Siang 47.719
45.684 46.702
Ekalokasari 45.401 34.852
40.126 Pasar Bogor
47.433 44.536
45.985 Jembatan Merah
46.307 43.593
44.950 b
65 Dari data pada Tabel 26 dapat dikemukakan bahwa pada musim kemarau
tahun 2006 jumlah kendaraan yang melewati Baranang Siang merupakan kepa- datan tertinggi yang kemudian diikuti oleh Pasar Bogor. Kepadatan kendaraan
paling rendah terdapat di Ekalokasari. Pada musim penghujan di tahun 2007 juga mempunyai kecenderungan yang sama yakni tertinggi di Baranang Siang dan
terkecil di Ekalokasari. Hasil pengukuran kandungan gas CO
2
ambien yang diukur pada jam 07.30- 09.00 bulan Februari 2006 di 5 lokasi dapat dilihat pada Tabel 27. Rerata
kandungan CO
2
ambiennya dari 5 lokasi siang dan malam hari adalah 387,49 ppmv. Rerata konsentrasi gas CO
2
siang hari sebesar 389,87 ppmv dan malam hari sebesar 385,11 ppmv. Rendahnya konsentrasi gas CO
2
di malam hari
nampaknya ada hubungannya dengan rendahnya jumlah kendaraan di malam hari.
Hasil pengukuran konsentrasi gas CO
2
di 5 lokasi siang dan malam hari, sebagai penelitian pendahuluan disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Konsentrasi gas CO
2
di 5 lokasi pengukuran siang dan malam hari di bulan Februari 2006 ppmv
Lokasi Waktu Pengukuran
Siang hari Malam hari
Warung Jambu 389.96
387.18 Baranang Siang
401.62 389.51
Ekalokasari 380.16 378.93
Jembatan Merah 396.85
390.90 Hutan Penelitian Dramaga
380.76 379.02
Rerata 389.87 385.11
Data ini dianggap sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Hawaii pada tahun 2004. Keeling dan Whorf 2005 menyatakan hasil pengukuran pada 4
buah menara dengan ketinggian 7 meter dan 1 buah menara dengan ketinggian 27 meter di Mauna Loa, Hawaii menunjukkan bahwa konsentrasi gas CO
2
pada tahun 1959 sebesar 315,98 ppmv dan pada tahun 2004 menjadi 377,38 ppmv
http:en.wikipedia.orgwikiCarbon dioxide 2006.
Penelitian berikutnya dilakukan pada bulan Juni 2006 dan Februari 2007. Berdasarkan data kepadatan kendaraan tertinggi terjadi pada pukul 07.00 sampai
pukul 07.30 masih tinggi juga. Oleh sebab itu, pengukuran gas CO
2
ambien
66 berikutnya dilakukan antara pukul 07.30 – 10.00. Hasil pengukuran kandungan
gas CO
2
di 10 lokasi dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Konsentrasi gas CO
2
ambien pada lokasi padat dan kurang padat kendaraan bermotor
No Lokasi Juni 2006
Kemarau Februari 2007
Penghujan 1 Warung
Jambu 401,06
398,05 2 Baranang
Siang 403,64
403,44 3 Ekalokasari
380,72 379,32
4 Jembatan Merah
401,06 400,05
5 Pasar Bogor
399,87 397,61
6 Hutan Penelitian Dramaga
382,77 380,88
7 Lapangan bola Indraprasta
383,57 383,83
8 Bogor Lake Side
383,38 383,77
9 Taman Wisata
Cimanggu 387,14
383,12 10 Ciremai
Ujung 385,91
387,85 Rerata 390,91
388,87 Dari data pada Tabel 27 dan 28 dapat disimpulkan bahwa konsentrasi gas
CO
2
bervariasi berdasarkan tempat dan waktu. Selanjutnya dari Tabel 29 dapat dikemukakan bahwa rerata konsentrasi gas CO
2
pada tahun 20062007 sebesar 389,89 ppmv. Di lokasi yang potensial tercemar yaitu di tengah jalan raya di
Warung Jambu, Baranang Siang, Ekalokasari, Jembatan Merah dan Pasar Bogor rerata konsentrasi gas CO
2
pada musim kemarau adalah 397,27 ppmv dan pada musim hujan 395,11 ppmv. Sedangkan di 5 lokasi yang kurang padat kendaraan
yaitu Hutan Penelitian Dramaga, Lapangan bola Indraprasta, Bogor Lake Side, Ciremai ujung dan Taman Koleksi Cimanggu rerata konsentrasi gas CO
2
pada musim kemarau adalah 384,55 ppmv dan pada musim hujan 383,89 ppmv.
Nilai konsentrasi gas CO
2
di Kota Bogor sudah melebihi angka 350 ppmv. Dengan semakin tingginya jumlah emisi gas CO
2
, maka diperlukan pengendalian jumlah emisi dan atau memperbesar kapasitas sink, agar konsentrasi ambiennya
tidak terus meningkat. Hal ini dimaksudkan agar pemanasan global melalui efek rumah kaca dapat dikendalikan. Metro TV pada tanggal 18 Agustus menyiarkan
bahwa kutub Selatan mengalami penyusutan permukaan es yang terparah. Jika hal ini dibiarkan, maka diperkirakan es yang menyelimuti kutub Selatan akan hilang
pada tahun 2030.
67 Nilai rerata konsentrasi gas CO
2
sebesar 389,89 ppmv akan digunakan sebagai nilai level dalam program Powersim. Level lainnya yang digunakan dalam
program ini akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 4.2.5. tentang Analisis Kecukupan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Daya Sink Gas CO
2
.
4.1.7. Penggunaan Lahan
Kota Bogor terletak 60 km dari DKI Jakarta dan merupakan salah satu alternatif permukiman untuk para penglaju commutter yang bekerja di Jakarta.
Oleh sebab itu, jumlah rumah meningkat secara nyata yang ditunjukkan oleh meningkatnya penggunaan lahan untuk permukiman, ruko dan lahan terbangun
lainnya. Akibatnya, banyak terjadi alih fungsi sawah, kebun dan ruang terbuka hijau lainnya menjadi lahan permukiman dan lahan terbangun lainnya. Data
tentang lahan terbangun dan tidak terbangun pada tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Luas lahan Kota Bogor berdasarkan keterbangunan tahun 2003 Kecamatan
Luas Lahan Ha Persentase
Terbangun Tak
Terbangun Total
Terbangun Tak
Terbangun Bogor Selatan
1.756 1.325
3.081 56,99
43,01 Bogor Timur
830 185
1.015 81,77
18,23 Bogor Utara
1.214 557
1.771 68,55
31,45 Bogor Tengah
807 7
814 99,14
0,86 Bogor Barat
2.199 1.077
3.276 67,12
32,88 Tanah Sareal
1.381 504
1.885 73,26
26,74 Total
8.187 3.655
11.842 69,14
30,86 Sumber: Bapeda Kota Bogor 2004.
Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa persentase lahan tak terbangun sangat bervariasi berdasarkan kecamatan. Tingginya persentase lahan terbangun
nampaknya disebabkan karena Kota Bogor merupakan penyangga ibukota negara yang sangat membutuhkan lahan untuk permukiman, pemerintahan, tempat pen-
didikan, olahraga, perdagangan dan jasa serta beberapa kegiatan lainnya. Oleh sebab itu, rencana pemanfaatan lahan sampai tahun 2009 perlu disusun. Rencana
pemanfaatan lahan sampai tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 30.
68 Tabel 30. Pemanfaatan lahan tahun 1996 dan rencana pemanfaatan lahan pada
tahun 1999 – 2009 Jenis Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan Lahan Tahun 1996
1
Rencana Pemanfaatan Tahun 1999-2009
2
Ha Ha Permukiman 7.517,90
63,44 8.741,89
73,35 Jasa dan Perdagangan
237,68 2,00
437,41 3,69
Industri 94,74 0,80
167,96 1,42
Pertanian 2.888,24 24,37
249,21 2,10
Kebun Raya 87,00
0,73 87,00
0,73 TamanOlahraga 49,15
0,41 342,33
2,89 Kuburan 186,64
1,57 305,96
2,58 Penggunaan lain
788,65 6,68
1.518,24 12,81
Jumlah 11.850 100
11.850 100
Sumber:
1
Bapeda Kota Bogor 1997.
2
DLLAJ 2006b. Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengalihan per-
untukkan lahan menjadi lahan permukiman sangat tinggi. Sebaliknya alokasi lahan untuk pertanian menjadi sangat rendah.
P4W LPPM IPB 2006 menyatakan, lahan terbangun yang dianalisis berdasarkan citra pada tahun 2005 sebesar 52,9 6.268.650 ha dan jumlah
penduduk pada waktu itu 858.396 orang. Ini berari kebutuhan lahan terbangun per orang sebesar 73,02 m
2
orang. Namun dengan melihat kecenderungan pengguna- an lahan permukiman yang semakin menyempit, maka dalam perhitungan nilai
kebutuhan lahan terbangun digunakan angka 70 m
2
orang.
4.1.8. Ruang Terbuka Hijau dan Hutan Kota
Telah dijelaskan terdahulu bahwa peralihan peruntukan lahan dari lahan bervegetasi ke lahan terbangun sangat tinggi. Hal ini telah mengakibatkan luasan
ruang terbuka hijau yang semula berupa sawah, kebun dan hutan berubah menjadi lahan terbangun. Walaupun demikian, Pemerintah Kota Bogor masih sangat
peduli akan kebutuhan ruang terbuka hijau. Hal ini tertuang dalam Rencana Pembangunan ruang terbuka hijau Kota Bogor yang mengacu pada Perda Kota
Bogor nomor 1 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW dan Perda nomor 11 Tahun 1995 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota.
69 Sebaran penutupan lahan di 6 kecamatan di Kota Bogor berdasarkan
analisis citra yang telah diteliti oleh Indriyani tahun 2006, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini.
Tabel 31. Luas dan persentase tipe penutupan lahan pada masing-masing kecamatan di Kota Bogor
Tipe Penutupan
Lahan
Bogor Utara
Bogor Timur
Bogor Tengah
Bogor Selatan
Bogor Barat
Tanah
Sareal
Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Vegetasi Rapat
45,04 2,52 16,08 1,48 62,01 7,82 113,44 3,60 107,74 4,70 56,52 2,69
Vegetasi Jarang
420,14 23,55 277,03 25,50 75,28 9,50 1755,74 55,77 447,17 19,51 532,55 25,30
Ladang 350,87 19,67
169 16,00
39,45 4,98
163,52 5,19
185,97 8,11
214,61 10,20
Sawah 88,11 4,94
69,06 6,36
45,09 5,69
127,15 4,04
339,74 14,82
200,22 9,51
Semak dan rumput
75,29 4,22 16,99 1,56 25,90 3,27 91,07 2,89 96,86 4,22 138,32 6,57
Area Terbangun
686,11 38,46 481,54 44,33 511,57 64,54 712,54 22,64 832,40 36,31 737,70 35,05
Tanah kosong 88,10 4,94
47,94 4,41
8,98 1,13
166,13 5,28
40,10 1,75
45,91 2,18
Badan air 0,78
0,04 0,21
0,02 0,35
0,04 3,35
0,11 10,37
0,45 2,18
0,10 Awan
29,09 1,63 8,74 0,80 19,26 2,43 8,45 0,27 133,14 5,81 125,95 5,98 Bayangan
awan 0,43 0,02 0,18 0,02
4,79 0,60 6,56 0,21 99,08 4,32 51,04 2,42
Total 1783,96 100
1086,34 100
792,68 100
3147,94 100
2292,57 100
2105 100
Sumber: Indriyani 2005. Keadaan tutupan lahan pada tahun 2005 yang dibedakan menjadi: vegetasi
rapat, vegetasi jarang, sawah, semak dan rumput adalah sebagai berikut.
1. Vegetasi rapat