1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang terus berlangsung dalam tiap diri manusia sejak manusia itu lahir hingga akhir hayat. Proses belajar bisa terjadi
di dalam keluarga, masyarakat, maupun sekolah. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses kemajuan bangsa, karena dengan belajar akan
menghasilkan generasi penerus bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat membawa bangsa Indonesia pada kehidupan yang
lebih baik. Pada dasarnya pendidikan dilaksanakan di sekolah sebagai salah satu
tempat berlangsungnya pendidikan bukan hanya berfungsi sebagai gedung tempat belajar mengajar, tetapi juga tempat proses sosial dan kebudayaan
. Selain itu,
melalui pendidikan diharapkan mampu menciptakan sikap, nilai, dan moral yang bertanggung jawab dalam rangka mempersiapkan warga negara yang baik dan
mampu bermasyarakat. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya
menyampaikan materi tetapi juga harus berupaya agar materi pelajaran yang disampaikan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh
siswa apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik maka dapat menimbulkan kesulitan belajar, sehingga siswa mengalami ketidak
tuntasan dalam belajarnya. Penyampaian materi yang tepat menurut Kasmadi
1996:2 bahwa dalam pengajaran sejarah, metode dan pendekatan dan model yang telah dipilih adalah alat komunikasi yang baik antara pengajar dan siswa
sehingga setiap pengajaran dan uraian sejarah yang disajikan dapat memberikan motivasi belajar.
Berkaitan dengan pembelajaran sejarah, maka sejarah sebaiknya perlu dipelajari, karena pembelajaran sejarah sangat penting bagi individu dan
masyarakat dalam mempelajari kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu. Di negeri kita, sejarah telah menjadi salah
satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama SMP, dan Sekolah Menengah Atas SMA. Akan tetapi pada kenyataannya, posisi
pendidikan sejarah di sekolah kurang diminati khususnya bagi para peserta didik. Fakta di lapangan juga menunjukan bahwa minat peserta didik dalam membaca
buku-buku sangat memprihatinkan, ditambah dengan sejarah selalu identik dengan pelajaran mengetahui dan menghafalkan peristiwa atau fakta sejarah,
tanpa menelaah lebih lanjut apa sebenarnya yang di inginkan dari pemahaman terhadap peristiwa sejarah tersebut. Pengajaran terhadap pembelajaran sejarah di
banyak sekolah hanyalah transfer ilmu guru kepada peserta didik di dalam kelas melalui komunikasi satu arah. Dengan metode seperti itu tentu saja akan
berdampak pada hasil belajar peserta didik yang kurang baik karena menjadikan pelajaran sejarah membosankan Suryadi, 2012: 79-81.
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 12 Agustus 2014, dalam pembelajaran sejarah berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa proses
pembelajaran masih menggunakan teknik pembelajaran ceramah dan pemberian
tugas pada peserta didik. Karena jam mata pelajaran sejarah hanya 120 menit perminggunya jadi guru sering menggunkan metode pembelajaran ceramah agar
materi tersampaikan semua kepada siswa. Pembelajaran ceramah mewajibkan siswa untuk mendengarkan dan menulis. Padahal banyak sekali metode
pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sejarah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guna membantu memberikan
pemahaman fakta sejarah yang diajarkan pada peserta didik. Seperti, metode untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan memanfaatkan berbagai
fasilitas belajar sejarah yang ada serta kemampuan pengajaran sejarah untuk memanfaatkan dan mengembangkannya Kasmadi,1996:14, sehingga motivasi
peserta didik untuk belajar sejarah bertambah baik dan proses pembelajaran yang di selenggarakan menjadi menyenangkan serta hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis dari peserta didik. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau
didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain
ataupun penulis buku dan prosedur media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya siswa atau guru. Proses belajar mengajar merupakan
sebuah sistem, yang di dalamnya memiliki berbagai komponen yang saling bekerja sama dan terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-
komponen tersebut adalah tujuan pengajaran, guru, dan peserta didik, bahan pelajaran, metode dan strategi belajar mengajar, alat atau media, sumber pelajaran
dan evaluasi Sadiman, 2009:11. Komponen pembelajaran yang berperan penting dalam tercapainya tujuan
pembelajaran adalah media pembelajaran, yang merupakan wahana dan penyampaian informasi atau pesan pembelajaran pada siswa. Adanya media pada
proses belajar mengajar diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa yang berdampak pada meningkatnya prestasi
belajar siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran dan siswa semakin
aktif dalam proses belajar mengajar Daryanto, 2010:6. Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan seperti
1 memperjelas penyajian materi pelajaran agar tidak terlalu bersifat verbalistis dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka, 2 mengatasi keterbatasan
ruang, waktu, dan daya indera, 3 mengatasi sikap pasif pada siswa, serta 4 membantu guru mengembangkan bahan pembelajaran dan menambah kesenangan
dan minat siswa dalam proses pembelajaran. Seiring dengan berjalannya waktu, media pembelajaran juga mengalami perkembangan, karena untuk menutup
kelemahan-kelemahan pada media pembelajaran yang telah ada Sanjaya, 2011:206.
Berkaitan dengan permasalan yang dihadapi dalam pembelajran sejarah peneliti bermaksud untuk membandingkan model pembelajaran Teams games
Tournament TGT melalui media permainan monopoli dengan metode pembelajaran ceramah melalui media gambar. Apakah model pembelajaran Teams
Games Tournament dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibanding dengan metode pembelajaran ceramah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang model pembelajaran Teams games Tournament TGT melalui media permainan monopoli dengan model pembelajaran ceramah melalui media gambar.
Dipilihnya model Teams Games Tournament TGT karena model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara prinsip
belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi, dapat melatih siswa untuk bekerja sama dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan melatih tanggung jawab antar siswa untuk satu tujuan yaitu mendapatkan poin atau skor sebanyak mungkin
demi nama tim sendiri. Dari model dan metode tersebut belum bisa dipastikan pembelajaran mana yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu
berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Study Komparatif Hasil Belajar Sejarah
Yang Menerapkan Model Pembelajaran Teams Games Tournament TGT Melalui Media Permainan Monopoli Dengan Metode Pembelajaran Ceramah
Melalui Media Gambar Kelas XI SMA Islam Hidayatullah Semarang”.
B. Rumusan Masalah