menutup kemungkinan dikembangkan pada jenjang pendidikan lain sebagai media yang kreatif atau menjadi inspirasi untuk materi pelajaran lain untuk menciptakan
media yang sejenis untuk memudahkan pembelajaran. Diharapkan hasil penelitian ini mampu meningkatkan apresiasi puisi siswa pada tingkatan yang
paling tinggi dan menumbuhkembangkan cinta puisi.
2.2 Landasan Teoretis
Landasan teori dalam penelitian ini dalam upaya pengembangannya adalah sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Puisi
Menurut Waluyo 2003:1 puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias imajinatif. Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan
pengucapan. Walaupun singkat atau padat namun berkekuatan.
Sesuai dengan definisi menurut Waluyo di atas diketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi mengalami pemadatan dan konotatif. Kata-kata
dalam puisi benar-benar dipilih dengan mempertimbangkan nilai rasa yang menjadi ciri khas sebuah puisi. Sejalan dengan pemikiran tersebut Suharianto
2005:34, karya sastra puisi bersifat konsentris dan intensif. Pengarang tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkan, melainkan sebaliknya.
Pengarang lebih mengutamakan yang menurutnya bagian tersebut bagian pokok sehingga pengarang melakukan pemadatan dan pemusatan, sedangkan Lexemburg
dalam Berdianti 2008:12 menyebutkan bahwa puisi adalah teks monolog yang
isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur.
Menurut Dullah, Purnomo, dan L. Ratnawati 2005:11 dalam menulis sajak penyair menyusun baris-baris dan bait-bait dengan menggunakan kata-kata,
lambang-lambang, kiasan, dan sebagainya. Semua yang ditampilkan oleh penyair mempunyai makna tertentu karena sajak merupakan ungkapan perasaan dan
pikiran penyair. Oleh karena itu, sajak dikaji melalui bahasanya.
Pada hakikatnya, karya sastra puisi mengomunikasikan pengalaman yang penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Hal yang membedakan puisi
dengan karya sastra lain adalah sifat puisi yang konsentris dan intensif. Berkenaan dengan hal tersebut, melalui bentuk puisi orang dapat memilih kata dan
memadatkan bahasa. Memilih kata artinya, memilih kata-kata yang paling indah dan paling tepat mewakili maksud penyair dan memiliki bunyi vokal atau
konsonan yang sesuai dengan tuntutan estetika. Memadatkan bahasa artinya kata-
kata diungkapkan mewakili banyak pengertian.
Doyin 2008:1 pada hakikatnya puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penulisnya. Sesuatu yang dituangkan dalam puisi pada hakikatnya
merupakan yang dipikirkan atau apa yang dirasakan oleh penyair sebagai respons terhadapa apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, pada umumnya puisi
bersifat lirik, meskipun ada juga yang berupa cerita. Kehadiran puisi biasanya dimaksudkan oleh penulisnya untuk mengabadikan pengalaman penulisnya yang
dirasakan amat mengesankan dan memiliki nilai atau arti tertentu.
Sumardi dan Zaidan 2008:3 puisi adalah karangan bahasa yang khas yang memuat pengalaman yang disusun secara khas pula. Pengalaman batin yang
terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik. Kekhasan susunan bahasa dan susunan peristiwa itu
diharapkan dapat menggugah rasa terharu pembaca.
Hudson Aminuddin 2009:134 mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampainya
untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Pengertian tersebut
masih dapat diterima karena kita seiring kali diajak oleh suatu ilusi tentang keindahan, terbawa dalam suaru angan-angan, sejalan dengan keindahan penataan
unsur bunyi, penciptaan gagasan, maupun suasana tertentu sewaktu membaca puisi. Kata-kata dalam puisi berupa lambang, simbol, dan utterance atau indice,
yakni kata-kata yang mengandung makna sesuai keberadaan dalam konteks pemakaian. Masih dalam sumber yang sama mengenai telaah kata. S. Effendi
mengemukakan adanya istilah pengimajian, yakni penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat. Adanya
kekongkretan dan kecermatan makna kata-kata dalam puisi membuat pembaca lebih mempu mengembangkan daya imajinasinya sekaligus mengembangkan daya
kritisnya dalam memahami totalitas makna suatu bahasa.
Sejalan dengan pendapat tersebut Pradopo 2009:107-108 karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai makna tanpa diberi makna pembaca.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk menangkap makna atau memberi makna
karya sastra, harus sesuai dengan hakikat karya sastra. Pertama yang perlu diperhatikan adalah bahwa karya sastra adalah karya sastra yang bermedium
bahasa. Bahasa dalam puisi adalah bahasa yang telah mengalami pemadatan, konotatif dan merupakan imajinasi pengarangnya sehingga dalam pengajaran
puisi di sekolah perlu dikonkretan atau divisualisasikan supaya siswa dapat
dengan mudah memahami puisi yang diajarkan.
Dengan meramu pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karangan imajinatif yang merupakan ungkapan perasaan atau
pikiran penulisnya, kata-katanya telah mengalami pemadatan dan pemusatan, dan
bentuk fisik dan batin merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
2.2.2 Latar Pembacaan Puisi