30 Kegiatan penelitian ini dilakukan secara sistematik dengan mengacu pada
metode dan tahap-tahap penelitian sebagai petunjuk operasional sebagai berikut: 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
3.3.1.1. Data Primer
Data primer terdiri dari data-data hasil survei lapangan pada setiap titik sampel penelitian. Data primer penelitian tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Data dan Sumber Data Primer Penelitian
No Data Primer
Teknik Pengumpulan Data Sumber
A . Data Fisik Lingkungan Penelitian Tingkat Bahaya Longsor Zuidam dan Concelado 1979
1. COLE Survei dan Analisis Laboratorium
Lapang-Laboratorium 2. Permeabilitas
Survei dan Analisis Laboratorium Lapang-Laboratorium
3. Tekstur Tanah
Survei dan Analisis Laboratorium Lapang-Laboratorium
4. Kedalaman SolumEfektif
Survei Lapang 5. Kemiringan
Lereng Survei Lapang
6. Bentuk Lereng
Survei Lapang 7. Panjang
Lereng Survei Lapang
8. Mata Air
Survei Lapang 9. Kedalaman Muka Air Tanah
Survei Lapang 10. Banjir
Survei dan Dokumentasi Lapang-Dinas Pengairan
11. Drainase Survei Lapang
12. Batuan Kecil dalam Tanah Survei Lapang
13. Batuan Besar dalam Tanah Survei Lapang
14. BatuanKerikil Survei Lapang
15. Hamparan Batuan Survei Lapang
16. Curah Hujan Dokumentasi BMG
Tabing 17. Tingkat Pelapuan Batuan
Survei Lapang 18. Erosi
Survei Lapang
B . Data Fisik Lingkungan Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Pemukiman USDA 1971
1 Draiane Kondisi drainase
Survei lapang 2 Banjir
Frekuensi banjir Survei lapang
3 Kemiringan lereng
Persentase Lereng Survei lapang
4 Tekstur Tanah
Persentase Pasir, Debu, Liat Survei Lapang dan
Laboratorium 5 BatuanKerikil
Sebaran dan Singkapan Batuan Survei Lapang
6 Kedalam Efektif
Kedalaman Solum Tanah Survei lapang
7 Erosi Bahaya Erosi
Survei lapang
C . Data Fisik Lingkungan Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan
Lahan menjadi Lahan Pemukiman 1.
Kedalaman Muka Air Tanah Survei Lapang
D . Data Sosial Masyarakat Penelitian Prioritas Kebijakan Penggunaan Lahan dan Pemukiman
1. Data Sosial Masyarakat
masyarakat pengguna lahan, kelompok pakarahliLSM,
pemerintah, LKAAM, pengusaha pengembang
Survei dan Kuesioner Lapang Instansi Terkait
31
3.3.1.2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari data-data hasil observasi pada instansi terkait. Data sekunder penelitian tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Data dan Sumber Data Sekunder Penelitian
No Data Sekunder
SkalaPath- RowTeknik
Pengumpulan Data
Sumber Tahun A
. Data Peta dan Citra Penelitian Tingkat Bahaya Longsor MAFF-Japan
1. Citra Landsat 7+ETM
P 127-R 61 PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan
2006 2.
Peta Penggunaan Lahan 1:50.000
Bappeda Kota 2007
2. Peta Curah Hujan
1:50.000 BMG Tabing Padang
2007 3.
Peta Kemirngan Lereng 1:50.000
Bappeda Kota 2007
4. Peta Jenis Tanah
1:50.000 Puslit Tanah
2007 5.
Peta Geologi 1:50.000
Direktorat Geologi 2007
6. Peta Bentuk Lahan
1:50.000 Bappeda Kota
2007 7.
Peta Topografi 1:50.000
Bappeda Kota 2007
8. Peta Administratif
1:50.000 Bappeda Kota
2007
B . Data Peta dan Citra Satelit Penelitian Dinamika Pemukiman
1 Peta Administratif
1:50.000 Bappeda Kota
2007 2
Citra Landsat 5+TM P 127 – R 61
PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan 1985
3. Citra Landsat 7+ETM
P 127 – R 61 PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan
1994 4.
Citra Landsat 7+ETM P 127 – R 61
PPLH IPB Bogor, Biotrop, dan Lapan 2006
5. Peta Tingkat
Bahaya Longsor
Skala 1:250.000
Hasil Analisis Tingkat Bahaya Longsor
2008
C . Data Peta dan Citra Penelitian Kesesuaian Lahan untuk Pemukiman
1. Peta Satuan Lahan
1:50.000 Bappeda Kota
2007
D. Data Sosial Masyarakat Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Tutupan Lahan menjadi Lahan Pemukiman 1.
Jumlah Kepala Keluarga Dokumentasi
BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
2. Jumlah Keluarga Petani
Dokumentasi BPS Kota Padang
1985, 1994, 2006 3.
Jumlah Pemilik Lahan Dokumentasi
BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
4. Jumlah Pemilik
sekaligus Penggarap Lahan
Dokumentasi BPS Kota Padang
1985, 1994, 2006 5. Jumlah
Penyewa sekaligus Penggarap
Lahan Dokumentasi
BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
6. Jumlah Keluarga
Prasejahtera Dokumentasi
BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
7. Bantuan Pembangunan
Dokumentasi Laporan
1985, 1994, 2006 8.
Kepadatan Penduduk Dokumentasi
BPS Kota Padang 1985, 1994, 2006
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.3.2.1. Meneliti Tingkat Bahaya Longsor
Penelitian tingkat bahaya longsor dilakukan secara komprehensif melalui penggabungan pendekatan keruangan, pendekatan geomorfologi, dan pendekatan
tanah yang dilakukan melalui 2 cara, yaitu: 1 analisis sekunder data ruang, yaitu analisis yang dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder, termasuk data
32 spasial melalui penggunaan peta-peta yang berkaitan dengan karakteristik fisik
lahan dan 2 analisis primer data ruang, yaitu analisis yang dilakukan melalui penyelidikan langsung ke lapang, melalui pengambilan data tanah dan data lahan,
yang kemudian di analisis secara spasial. Rekomendasi hasil penelitian tingkat bahaya longsor melalui pendekatan penataan ruang adalah tersusunnya struktur
dan pola ruang sesuai tipologi tingkat bahaya longsor Myester, 1997; Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2007.
3.3.2.1.1. Tingkat Bahaya Longsor Model MAFF-Japan Zain, 2002
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data penelitian tingkat bahaya longsor Model MAFF-Japan Zain, 2002 adalah:
1. Perumusan peta penggunaan lahan lokasi penelitian. Rumusan peta penggunaan lahan dilakukan berdasarkan pada interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun
2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6. Klasifikasi penggunaan lahan di analisis dengan teknik supervised classification, sehingga dirumuskan enam pola
penggunaan lahan sementara, yaitu: 1 hutan, 2 kebun campuran, 3 semak, 4 lahan terbuka, 5 sawah, dan 6 pemukiman. Survei lapang dilakukan
untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola penggunaan lahan yang tepat dan akurat untuk
dijadikan sebagai peta penggunaan lahan lokasi penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools Vector raster to vector
dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3. Menurut Suwedi et al. 2006 proses pengolahan citra mengunakan perangkat analisis ERDAS 8.6, yang
mencakup: 1 koreksi radiometrik guna meminimalkan pengaruh tutupan awan, 2 koreksi geometrik untuk standarisasi citra ke dalam standar geodetik
peta rupa bumi, 3 interpretasi dan klasifikasi jenis tutupan lahan, dan 4 konversi data citra ke dalam format vektor. Dari data yang sudah diperoleh
dilakukan analisis dan simulasi model dengan perangkat analisis Arc View 3.3. 2. Peta Bentuklahan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota
Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
33 3. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota
Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
4. Peta Curah Hujan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 BMG Tabing Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-
nya. 5. Peta Geologi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota Padang
di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-nya. 6. Peta Lereng Kota Padang skala 1:50.000 tahun 205 Bappeda Kota Padang di
analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-nya. 7. Peta Administrasi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota
Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
3.3.2.1.2. Tingkat Bahaya Longsor Zuidam dan Concelado 1979
Analisis distribusi tingkat bahaya longsor menurut Zuidam dan Concelado 1979 dilakukan melalui survei lapang Cooke dan Doornkamp, 1994,
berdasarkan pada Peta Bahaya Longsor Model MAFF-Japan. Penelitian tingkat bahaya longsor dilakukan dengan metode survei berdasarkan pada Peta Tingkat
Bahaya Longsor Model MAFF-Japan Peta Sampel Penelitian Tingkat Bahaya Longsor: Lampiran 1; hal.133.
Teknik penentuan titik sampel adalah stratified random sampling dengan stratum tingkat bahaya longsor model MAFF-Japan. Pada masing-masing stratum
ditentukan 2 titik sampel secara acak, dan masing-masing titik sampel dibuat profil tanah yaitu:
1. Zona tingkat bahaya longsor rendah 2 profil tanah 2. Zona tingkat bahaya longsor sedang 2 profil tanah
3. Zona tingkat bahaya longsor tinggi 2 profil tanah 4. Zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi 2 profil tanah
Dengan demikian, jumlah profil tanah untuk penelitian tingkat bahaya longsor menurut Zuidam dan Concelado 1979 adalah 8 profil tanah. Sampel
tanah diambil pada setiap lapisan tanah, baik secara utuh sampel tanah utuh maupun secara tidak utuh atau komposit sampel tanah tidak utuh dan data lahan
34 juga diambil pada masing-masing titik sampel. Analisis sifat-sifat tanah, baik
melalui sampel tanah utuh ataupun sampel tanah komposit dilakukan di Laboratorium Tanah, Tanaman, dan Air Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
BPTP Sukarami, Solok Sumatera Barat. Data untuk menganalisis tingkat bahaya longsor Zuidam dan Concelado 1979 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data untuk Menganalisis Tingkat Bahaya Longsor berdasarkan Zuidam dan Concelado 1979
No Jenis Data
Jenis Informasi yang Diperoleh
Pengumpulan Data dan Sumber
1 Solum Tanah
Ketebalan solum tanah Survei lapang
2 Tekstur Tanah
Persentase tekstur tanah Analisis laboratorium
3 Struktur Tanah
Tipe struktur tanah Survei lapang
4 Bulkdensity
Berat isi tanah Analisis laboratorium
5 Permeabilitas
Infiltrasi air Analisis laboratorium
6 COLE
Kembang kerut tanah Analisis Laboratorium
7 Kemiringan Lereng
Tingkat kemiringan lereng Survei lapang
8 Panjang Lereng
Panjang lereng Survei lapang
9 Bentuk Lereng
Bentukan lereng Survei lapang
10 Ketinggian Relief
Ketinggian dari muka laut Survei lapang
11 Struktur Lapisan Batuan
Tipe struktur pelapisan batuan Survei lapang 12
Tingkat Pelapukan Batuan Tingkat pelapukan batuan
Survei lapang 13
Kriteria Kedalaman Pelapukan Batuan
Tingkat kedalaman pelapukan batuan
Survei lapang 14
Keterdapatan Mata Air Tanah Sebaran mata air
Survei lapang 15
Kedalaman Muka Air Tanah Posisi muka air tanah
Survei lapang 16
Land Use Jenis land use Survei
lapang 17
Curah Hujan Dinamika curah hujan
BMG Tabing Padang
Sumber: Zuidam dan Concelado 1979; Cooke dan Doornkamp 1994 3.3.2.2. Dinamika Permukiman
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian untuk merumuskan dinamika permukiman Zain, 2002; Zain, 2006; dan Pribadi et al.,
2006, adalah: 1. Perumusan dinamika permukiman pada setiap kecamatan di lokasi penelitian
a. Melakukan interpretasi Citra Landsat 5+TM tahun 1985 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
b. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 1994 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
c. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6
d. Klasifikasi tutupan lahan di analisis dengan teknik supervised classification pada masing-masing citra, sehingga dirumuskan enam pola
35 tutupan lahan sementara, yaitu: 1 hutan, 2 kebun campuran, 3 semak,
4 lahan terbuka, 5 sawah, dan 6 permukiman. e. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan
hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi
penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools Vector raster to vector dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3.
f. Melakukan analisis perubahan luas lahan ha pada masing-masing tutupan lahan, terutama perubahan tutupan lahan untuk permukiman pada setiap
kecamatan dengan ERDAS 8.6., dengan tools Interpreter GIS Analysis- Matrix
g. Perumusan peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIS Arc View 3.3 untuk mengeluarkan data atribut-nya.
2. Perumusan dinamika permukiman pada setiap tingkat bahaya longsor di lokasi penelitian
a. Melakukan interpretasi Citra Landsat 5+TM tahun 1985 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
b. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 1994 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
c. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6
d. Klasifikasi tutupan lahan di analisis dengan teknik supervised classification pada masing-masing citra, sehingga dirumuskan enam pola
tutupan lahan sementara, yaitu: 1 hutan, 2 kebun campuran, 3 semak, 4 lahan terbuka, 5 sawah, dan 6 permukiman.
e. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan
yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools
Vector raster to vector dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3. f. Peta tingkat bahaya longsor hasil analisis Model MAFF-Japan
g. Peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIS Arc View 3.3 untuk mengeluarkan data atribut-nya.
36
3.3.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan menjadi Lahan Permukiman
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan untuk merumuskan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman
periode tahun 1985-1994 dan periode tahun 1994-2006. Perumusan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman di Kota
Padang ditinjau dari aspek sosial masyarakat berdasarkan pada karakteristik kependudukan. Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Teknik Penarikan Sampel untuk Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan menjadi
Lahan Permukiman
No Jenis Data
Jenis Informasi yang Diperoleh Pengumpulan Data dan
Sumber
1 Peta Dinamika
Perubahan Tutupan Lahan
Untuk melihat perubahan perkembangan perumahan ha pada kawasan rawan
longsor Hasil analisis data citra
Landsat 7+ETM tahun 1985, 1995, dan 2005
dengan ERDAS 8.6
2 Data Jumlah
Kepala Keluarga KK
Untuk mengetahui jumlah kepala keluarga dan anggota keluarga pada kawasan rawan
longsor BPS Kota Padang
3 Persentase
Keluarga Petani KKP
Untuk mengetahui persentase masyarakat yang terlibat langsung dalam mengelola
lahan pada kawasan rawan longsor 1. BPS Kota Padang
2. Survei responden
4 Persentase
Pemilik Lahan Sekaligus sebagai
Pengarap GARAP
Untuk mengetahui persentase pemilik lahan dan sekaligus sebagai pengarap lahan
pada kawasan rawan longsor 1. BPS Kota Padang
2. Survei responden
5 Persentase
Pemilik Lahan PEMILIK
Untuk mengetahui persentase pemilik lahan yang tidak melakukan tindakan
dalam mengelola lahan pada kawasan rawan longsor
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden
6 Persentase
Penyewa Lahan SEWA
Untuk mengetahui persentase pengarap sekaligus penyewa lahan pada kawasan
rawan longsor 1. BPS Kota Padang
2. Survei responden 7.
Kedalaman Muka Air Tanah AIR
Untuk mengetahui rata-rata kedalaman air tanah cm per kecamatan
Survei 8.
Penduduk PDD Untuk mengetahui jumlah penduduk per
kecamatan 1. BPS Kota Padang
2. Survei responden 9.
Density DENSITY
Untuk mengetahui kepadatan penduduk per kecamatan
1. BPS Kota Padang 2. Survei responden
10 Keluarga Pra
Sejahtera PRA Untuk mengetahui jumlah keluarga pra
sejahtera per kecamatan 1. BPS Kota Padang
2. Survei responden
Sumber: Ezekiel dan Fox 1959
37
3.3.2.4 Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor