33 3. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota
Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
4. Peta Curah Hujan Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 BMG Tabing Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-
nya. 5. Peta Geologi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota Padang
di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-nya. 6. Peta Lereng Kota Padang skala 1:50.000 tahun 205 Bappeda Kota Padang di
analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut-nya. 7. Peta Administrasi Kota Padang skala 1:50.000 tahun 2005 Bappeda Kota
Padang di analisis dengan GIS Arc View 3.3. untuk mengeluarkan data atribut- nya.
3.3.2.1.2. Tingkat Bahaya Longsor Zuidam dan Concelado 1979
Analisis distribusi tingkat bahaya longsor menurut Zuidam dan Concelado 1979 dilakukan melalui survei lapang Cooke dan Doornkamp, 1994,
berdasarkan pada Peta Bahaya Longsor Model MAFF-Japan. Penelitian tingkat bahaya longsor dilakukan dengan metode survei berdasarkan pada Peta Tingkat
Bahaya Longsor Model MAFF-Japan Peta Sampel Penelitian Tingkat Bahaya Longsor: Lampiran 1; hal.133.
Teknik penentuan titik sampel adalah stratified random sampling dengan stratum tingkat bahaya longsor model MAFF-Japan. Pada masing-masing stratum
ditentukan 2 titik sampel secara acak, dan masing-masing titik sampel dibuat profil tanah yaitu:
1. Zona tingkat bahaya longsor rendah 2 profil tanah 2. Zona tingkat bahaya longsor sedang 2 profil tanah
3. Zona tingkat bahaya longsor tinggi 2 profil tanah 4. Zona tingkat bahaya longsor sangat tinggi 2 profil tanah
Dengan demikian, jumlah profil tanah untuk penelitian tingkat bahaya longsor menurut Zuidam dan Concelado 1979 adalah 8 profil tanah. Sampel
tanah diambil pada setiap lapisan tanah, baik secara utuh sampel tanah utuh maupun secara tidak utuh atau komposit sampel tanah tidak utuh dan data lahan
34 juga diambil pada masing-masing titik sampel. Analisis sifat-sifat tanah, baik
melalui sampel tanah utuh ataupun sampel tanah komposit dilakukan di Laboratorium Tanah, Tanaman, dan Air Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
BPTP Sukarami, Solok Sumatera Barat. Data untuk menganalisis tingkat bahaya longsor Zuidam dan Concelado 1979 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data untuk Menganalisis Tingkat Bahaya Longsor berdasarkan Zuidam dan Concelado 1979
No Jenis Data
Jenis Informasi yang Diperoleh
Pengumpulan Data dan Sumber
1 Solum Tanah
Ketebalan solum tanah Survei lapang
2 Tekstur Tanah
Persentase tekstur tanah Analisis laboratorium
3 Struktur Tanah
Tipe struktur tanah Survei lapang
4 Bulkdensity
Berat isi tanah Analisis laboratorium
5 Permeabilitas
Infiltrasi air Analisis laboratorium
6 COLE
Kembang kerut tanah Analisis Laboratorium
7 Kemiringan Lereng
Tingkat kemiringan lereng Survei lapang
8 Panjang Lereng
Panjang lereng Survei lapang
9 Bentuk Lereng
Bentukan lereng Survei lapang
10 Ketinggian Relief
Ketinggian dari muka laut Survei lapang
11 Struktur Lapisan Batuan
Tipe struktur pelapisan batuan Survei lapang 12
Tingkat Pelapukan Batuan Tingkat pelapukan batuan
Survei lapang 13
Kriteria Kedalaman Pelapukan Batuan
Tingkat kedalaman pelapukan batuan
Survei lapang 14
Keterdapatan Mata Air Tanah Sebaran mata air
Survei lapang 15
Kedalaman Muka Air Tanah Posisi muka air tanah
Survei lapang 16
Land Use Jenis land use Survei
lapang 17
Curah Hujan Dinamika curah hujan
BMG Tabing Padang
Sumber: Zuidam dan Concelado 1979; Cooke dan Doornkamp 1994 3.3.2.2. Dinamika Permukiman
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian untuk merumuskan dinamika permukiman Zain, 2002; Zain, 2006; dan Pribadi et al.,
2006, adalah: 1. Perumusan dinamika permukiman pada setiap kecamatan di lokasi penelitian
a. Melakukan interpretasi Citra Landsat 5+TM tahun 1985 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
b. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 1994 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
c. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6
d. Klasifikasi tutupan lahan di analisis dengan teknik supervised classification pada masing-masing citra, sehingga dirumuskan enam pola
35 tutupan lahan sementara, yaitu: 1 hutan, 2 kebun campuran, 3 semak,
4 lahan terbuka, 5 sawah, dan 6 permukiman. e. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan
hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi
penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools Vector raster to vector dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3.
f. Melakukan analisis perubahan luas lahan ha pada masing-masing tutupan lahan, terutama perubahan tutupan lahan untuk permukiman pada setiap
kecamatan dengan ERDAS 8.6., dengan tools Interpreter GIS Analysis- Matrix
g. Perumusan peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIS Arc View 3.3 untuk mengeluarkan data atribut-nya.
2. Perumusan dinamika permukiman pada setiap tingkat bahaya longsor di lokasi penelitian
a. Melakukan interpretasi Citra Landsat 5+TM tahun 1985 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
b. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 1994 dengan alat analisis ERDAS 8.6.
c. Melakukan interpretasi Citra Landsat 7+ETM tahun 2006 dengan alat analisis ERDAS 8.6
d. Klasifikasi tutupan lahan di analisis dengan teknik supervised classification pada masing-masing citra, sehingga dirumuskan enam pola
tutupan lahan sementara, yaitu: 1 hutan, 2 kebun campuran, 3 semak, 4 lahan terbuka, 5 sawah, dan 6 permukiman.
e. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan
yang tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi penelitian. Untuk mengeluarkan data atribut-nya di analisis melalui tools
Vector raster to vector dan di analisis lanjut dengan GIS Arc View 3.3. f. Peta tingkat bahaya longsor hasil analisis Model MAFF-Japan
g. Peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIS Arc View 3.3 untuk mengeluarkan data atribut-nya.
36
3.3.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan menjadi Lahan Permukiman