Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kebaruan Penelitian Kerangka Pemikiran

6 1. Bagaimanakah rumusan zona-zona tingkat kawasan bahaya longsor agar masyarakat mengetahui kawasan yang berbahaya bagi permukiman? 2. Bagaimanakah rumusan perkembangan perubahan penggunaan lahan untuk permukiman secara spasial agar diketahui arah penyebaran permukiman penduduk? 3. Apa faktor-faktor sosial yang berperan dalam proses perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman? 4. Arahan kebijakan pengembangan permukiman yang bagaimanakah yang harus dikembangkan pada kawasan rawan longsor? Bertolak dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu didapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai: 1 zonasi kawasan tingkat bahaya longsor di Kota Padang, 2 dinamika permukiman, 3 faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman, dan informasi-informasi tersebut digunakan untuk merumuskan arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor di Kota Padang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui zona-zona kawasan tingkat bahaya longsor. 2. Mengetahui dinamika permukiman pada kawasan rawan longsor 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman 4. Merumuskan arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, manfaat bagi peneliti, dan manfaat bagi pemegang kebijakan. 1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan adalah dapat dirumuskan teori, proses kegiatan penelitian metodologi, analisis, dan kesimpulan yang mencirikan berkembangnya ilmu dan pengetahuan di bidang penataan penggunaan lahan dan permukiman pada kawasan rawan longsor. 7 2. Manfaat bagi peneliti adalah dapat berkembangnya kemampuan penalaran dalam rangka membentuk kemandirian peneliti dalam melakukan penelitian yang original. 3. Manfaat bagi pemegang kebijakan adalah sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan penataan ruang kawasan rawan longsor untuk permukiman di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat dan di daerah-daerah lain yang memiliki kesamaan permasalahannya.

1.5. Kebaruan Penelitian

Novelty atau kebaruan penelitian ini adalah: 1. Penzonasian tingkat bahaya longsor disusun secara komprehensif melalui pendekatan keruangan, pendekatan geomorfologi, dan pendekatan tanah. 2. Dihasilkan arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan tingkat bahaya longsor. 3. Penelitian dinamika permukiman dan arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor belum pernah dilakukan, terutama di Kota Padang.

1.6. Kerangka Pemikiran

Dinamika permukiman pada wilayah perkotaan merupakan suatu proses perubahan permukiman dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Analisis perubahan keadaan permukiman tersebut didasarkan pada waktu yang berbeda untuk analisis ruang yang sama Riyadi, 2001. Dinamika permukiman umumnya disebabkan oleh faktor fisik, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bersifat dinamis di Kota Padang, sehingga sejak awal tahun 1980-an terjadi perkembangan permukiman ke kawasan yang secara geologi, karakteristik tanah, topografi, hidrologi, dan iklim tergolong pada kawasan rawan longsor. Berkembangnya permukiman ke kawasan rawan longsor menimbulkan perubahan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan dalam suatu kawasan permukiman, selain dibangunnya tempat hunian rumah dengan prasarana dan sarana yang menunjang, juga merupakan tempat beraktivitas penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibat yang pasti muncul adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerawanan terjadinya longsor berubah menjadi faktor-faktor pemicu terjadinya longsor. 8 Bencana tanah longsor yang terjadi di Kota Padang mempunyai intensitas yang cukup tinggi dan selalu terjadi setiap tahunnya BKSPBB Kota Padang, 2007. Tingginya intensitas kejadian longsor yang menimpa permukiman diduga sebagai akibat terjadinya perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan aktivitas mayarakat yang tidak mengacu pada RTRW Kota Padang, sehingga proses pengembangan permukiman juga tidak mengacu pada rencana penggunaan lahan yang telah ditetapkan. Dinamika permukiman dianalisis berdasarkan perubahan pola penggunaan lahan untuk permukiman pada rentang waktu yang berbeda. Sedangkan penelitian tingkat bahaya longsor dilakukan untuk mengetahui distribusi dari sebaran tingkat bahaya longsor di lokasi penelitian yang digunakan sebagai panduan untuk melakukan analisis perubahan luas lahan untuk permukiman pada masing-masing tingkat bahaya longsor. Perumusan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman dilakukan berdasarkan perbandingan data perubahan luas lahan dengan data-data sekunder sosial masyarakat pada setiap kecamatan di Kota Padang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman di Kota Padang di analisis pada dua periode, yaitu periode tahun 1985-1994 dan periode tahun 1994-2006. Hal ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari masing-masing faktor tersebut dalam periode tahun yang berbeda. Hasil penelitian zonasi tingkat bahaya longsor, dinamika permukiman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman digunakan untuk merumuskan arahan kebijakan pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor di Kota Padang. Arahan kebijakan penggunaan lahan untuk pengembangan permukiman pada kawasan rawan longsor di Kota Padang bersifat anjuran yang dapat di gunakan untuk menyusun produk kebijakan permukiman pada kawasan rawan longsor di Kota Padang. Arahan kebijakan ini disusun berdasarkan pada hasil penelitian zonasi kawasan tingkat bahaya longsor, dinamika permukiman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan menjadi lahan permukiman di Kota Padang. Selain itu, arahan kebijakan ini juga menggunakan data-data sekunder yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga terkait atau hasil dari kebijakan-kebijakan yang telah disederhanakan. Zona peruntukan kawasan untuk permukiman yang disusun berdasarkan peta tingkat bahaya longsor dengan peta tingkat kesesuaian lahan merupakan upaya untuk mengklasifikasikan kawasan- kawasan yang dapat digunakan dan dikembangkan untuk permukiman. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 9 ` Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN LAND COVER UNTUK PEMUKIMAN Faktor Fisik Faktor Politik Faktor Ekonomi Faktor Sosial Faktor Budaya Pertumbuhan Penduduk FAKTOR PENGUBAH TUTUPAN LAHAN Geologi Jenis Tanah Topografi Bentuklahan Curah Hujan Penggunaan Lahan TINGKAT BAHAYA LONGSOR Pendekatan Keruangan, Geomorfologi, dan Tanah DINAMIKA PERMUKIMAN DAN ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN RAWAN LONGSOR DI KOTA PADANG PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN URBAN BIOFISIK LAHAN KAWASAN RAWAN LONGSOR Model Perubahan Tutupan Lahan Menjadi Lahan Permukiman DINAMIKA PERMUKIMAN Dinamika Permukiman Kota Dinamika Permukiman Kawasan Tingkat Bahaya Longsor Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Permukiman Spasial Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman Pada Kawasan Rawan Longsor Kebijakan Penataan Ruang dan Permukiman Kota ARAHAN PENATAAN LAHAN PADA SETIAP ZONA PERUNTUKAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN RAWAN LONGSOR 10

II. TINJAUAN PUSTAKA