Pada penelitian ini dilakukan percobaan padat tebar ikan nilem dengan pemberian perifiton. Sebagai acuannya, penulis menggunakan kepadatan ikan
mas dalam KJA di waduk Cirata. Menurut Hendayana 2002 setiap musimnya petani di Cirata menebar benih berukuran panjang 2 jari sebanyak 97 ekorm
2
, dengan berat sekitar 12,5 gekor, sedangkan di kecamatan Mande-Cirata setiap
musimnya menanam sebanyak 140 ekorm
2
dengan berat sekitar 7,14 gekor Ade, karyawan KJA, 2005, Komunikasi Pribadi.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, konversi pakan dan kelangsungan hidup ikan nilem Osteochilus hasselti C.V. yang dipelihara
dalam jaring apung dengan padat tebar berbeda, dengan pemberian perifiton sebagai pakan.
II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Karakteristik Waduk
Setiap perairan menggenang yang terbentuk akibat pembendungan aliran sungai disebut waduk atau reservoir Suwignyo, 2003. Waduk merupakan badan
air yang dibangun atau dimodifikasi oleh manusia untuk keperluan atau tujuan khusus, guna menyediakan sumberdaya yang dapat diandalkan dan dapat
dikontrol. Menurut Suwignyo 2003, berdasarkan tipe sungai yang dibendung dan kegunaan airnya, maka dikenal 3 tipe waduk yaitu: waduk lapangan, waduk
irigasi dan waduk serbaguna Tabel 1. Tabel 1. Ciri berbagai tipe waduk menurut Suwignyo 2003.
No. Ciri-Ciri
Waduk Lapangan
Waduk Irigasi Waduk
Serbaguna
1 Sungai asal Waduk
Episodik Intermiten
Permanen 2
Luas perairan Ha 10
10 - 500 500
3 Kedalaman maksimal m
5 5 - 25
25 – 100 4
Masa berair bulan 6 – 9
9 - 12 12
5 Fungsi
Lokal Irigasi
Listrikirigasi, dll
Berdasarkan tipe waduk di atas, waduk Cirata yang luasnya mencapai 6.200 hektar dengan kedalaman antara 25-106 m tergolong waduk serbaguna.
Waduk yang didirikan sejak 20 tahun yang lalu ini merupakan pembendungan aliran sungai Citarum sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat yang berhulu di
wilayah dataran tinggi Bandung. Data morfometri dan hidrologi waduk Cirata disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Data morfometri dan hidrologi waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat.
Dimensi Nilai
Tinggi tanggul Panjang tanggul
Luas permukaan Panjang maksimum
Lebar rata-rata Kedalaman maksimum
Kedalaman rata-rata Panjang total garis pantai
Elevasi dasar waduk dpl Volume air maksimum
125 m 453,5 m
6200 ha 14,5 km
4,3 km 106 m
34,9 m 181 km
225 m 2,165x10
6
m
3
Sumber : Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD Perikanan Waduk Cirata 1999
Secara sosial waduk ini memberikan banyak kontribusi bagi mayarakat sekitar Kabupaten Cianjur dan Purwakarta, mulai dari listrik, air bersih, irigasi,
perikanan hingga wisata. Pada awalnya, kondisi perairan di waduk ini tergolong bersih dan normal, namun besarnya aktivitas masyarakat di sekitar sungai
Citarum kawasan Bandung terutama pada sektor perdagangan, industri dan pemukiman yang mencapai kurang lebih 6 juta jiwa memberikan perubahan
kualitas air. Perubahan ini ditambah juga dengan adanya aktivitas budidaya ikan di KJA yang mencapai 27.786 petak yang beroperasi, dengan rerata konversi
pakan 1,51 serta jumlah pakan 8.556 kg petak tahun, maka dalam setahun diperkirakan menyerap 237.737 ton pakan.
Ikan-ikan yang dijumpai di perairan ini antara lain seperti mas, nila, tawes, betutu, bawal dan mujair. Sekitar pinggiran waduk, banyak dijumpai tumbuhan air
seperti eceng gondok Eichornia crassipes. Pada musim kemarau antara bulan April-Agustus, penyurutan air waduk bisa mencapai 5-7 m setiap minggu,
namun tidak terjadi secara mingguan berturut-turut Ali, pegawai KJA, 2005, komunikasi pribadi. Saat musim penghujan tiba, air berangsur kembali mencapai
ketinggian semula. Waduk Cirata termasuk dalam tipe perairan menggenang. Menurut
Suwignyo 2003, bila perairan cukup dalam, besar kemungkinan adanya stratifikasi kolom air. Berdasar pada daya tembus cahaya matahari kedalam
kolom air, akan didapatkan zona fotik di bagian atas dan zona afotik dibagian bawah. Berkaitan dengan kemampuan fotosintesa fitoplankton di perairan, maka
di zona fotik tersedia cukup oksigen O
2
. Sebaliknya di zona afotik akan kekurangan oksigen namun kaya karbondioksida CO
2
. Sedikit di atas batas zona fotik-afotik akan didapat daerah yang disebut sebagai titik kompensasi
compensation point. Pada lokasi tersebut oksigen hasil fotosintesa impas untuk kebutuhan respirasi organisme yang ada di daerah itu, dengan kata lain
fotosintesa bersih net photosynthesis dilokasi tersubut nihil Gambar 1. Selain cahaya matahari, terjadi pula stratifikasi kolom air berdasarkan
suhu. Sebagaimana diketahui, suhu semakin menurun dengan meningkatnya kedalaman. Pada kedalaman dimana terjadi penurunan suhu yang sangat tajam
dinamakan termoklin, dengan adanya termoklin maka kolom perairan terbagi menjadi zona eplimnion di bagian atas dan zona hypolomnion di bagian bawah
Suwignyo, 2003. Adanya perbedaan suhu air yang nyata antara kedua zona ini mencegah terjadinya percampuran masa air bagian atas dan bawah. Namun
stratifikasi tersebut dapat berubah jika mengalami pengadukan masa air. Pengadukan terjadi ketika suhu pada lapisan atas perairan semula lebih panas
dari lapisan bawah kolom air berubah menjadi lebih rendah karena pengaruh fisik tertentu, sehingga berat jenis air pada lapisan tersebut menjadi lebih besar
dan bertukar dengan lapisan di bawah yang berat jenisnya lebih ringan.
pelagis litoral
C
fotik
A S
H Epilimnion U
A
afotik
H Y
Kaya Unsur Hara
termoklin U
A CO
2
hypolimnion
Gambar 1. Profil perairan menggenang Suwignyo, 2003.
2.2 Eutrofikasi