3.2.4 Pemberian Pakan dan Sampling
Substrat yang direndam selama 7-12 hari, diperiksa setiap pagi untuk memastikan agar substrat tidak terganggu dari benda-benda seperti plastik,
kayu atau bambu yang mudah tersangkut. Setelah itu diberikan pada kepadatan rendah, sedang dan tinggi dengan jumlah masing-masing 1, 2 dan 3 lembar
sesuai perbandingan jumlah penebaran ikan. Frekuensi pemberian pakan 3xhari pada waktu pagi, siang dan sore hari dengan jumlah perifiton sebanyak 5
g bobot kering setiap substratnya. Substrat yang telah habis direndam kembali dan diganti dengan substrat baru lain pada hari berikutnya. Sampling untuk
mengetahui perkembangan bobot ikan dilakukan setiap 16 hari sekali, sebanyak 30 dari jumlah populasi untuk pengukuran berat dan 10 dari jumlah populasi
untuk pengukuran panjang. Selama percobaan, sampling didapatkan sebanyak 5 kali dalam 64 hari. Tetapi pada data hanya disajikan hingga sampling 4,
perbedaan ini disebabkan karena kesalahan pada Feeding Rate setelah hari ke- 48 sehingga data sampling ke-5 tidak dapat digunakan.
3.3 Rancangan Percobaan
Perlakuan yang diberikan 3 macam, yaitu kepadatan rendah 35 ekorm
3
, kepadatan sedang 70 ekorm
3
dan kepadatan tinggi 105 ekorm
3
dengan rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap RAL
dengan 3 ulangan. Analisis data pada rancangan percobaan ini menggunakan Analysis of Covarian ANOVA.
3.4 Parameter yang diukur
Parameter yang diukur terdiri dari dari parameter-parameter yang bersifat kuantitatif yang meliputi : bobot awal dan akhir ikan, panjang awal dan akhir ikan,
kelangsungan hidup benih survival rate serta data kualitas air.
3.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup SR
Derajat kelangsungan hidup merupakan prosentase jumlah ikan dalam keadaan hidup dalam kurun waktu tertentu dari seluruh ikan yang ditebar pada
awal pemeliharaan. Pengukuran derajat kelangsungan hidup ikan dilakukan dengan membandingkan jumlah ikan yang hidup pada akhir dengan awal
pemeliharaan, rumus perhitungan sebagai berikut :
SR
Ikan
=
100 ×
∑ ∑
an pemelihara
awal pada
hidup yang
Ikan an
pemelihara akhir
pada hidup
yang Ikan
3.4.2 Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian merupakan persentase pertambahan bobot badan ikan per hari selama masa percobaan.
a =
− 1
o t
W W
t
x 100 Zonneveld, et al., 1991
a : Laju pertumbuhan harian 100
W
t
: Bobot rata-rata ikan pada saat akhir g W
o
: Bobot rata-rata ikan pada saat awal g t
: Lama pemeliharaan hari
3.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan ukuran panjang ikan yang diukur dari bagian kepala hingga sirip ekor. Pengukuran dilakukan setiap 16 hari
sekali, secara langsung dengan menggunakan mistar plastik. Pada percobaan ini digunakan mistar berukuran 20 cm dengan ketelitian 1 mm.
Pm = L
t
- L
o
Effendie, 1997 Pm
: Pertumbuhan panjang mutlak cm L
t
: Panjang rata-rata akhir cm L
o
: Panjang rata-rata awal cm
3.4.4 Konversi Pakan
Konversi pakan menunjukkan perbandingan bobot pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan beratnya. Jumlah pakan yang dikonsumsi
dapat dihitung melalui bobot kering dari substrat+perifiton, dikurangi bobot kering substrat, dikali dengan feeding rate, feeding frequency dan lama pemeliharaan.
FCR
o t
W W
F −
= Tacon, 1983
FCR : Konversi pakan F
: Jumlah total pakan yang dikonsumsi g W
t
: Bobot biomassa ikan uji pada akhir pemeliharaan g W
o
: Bobot biomassa ikan uji pada awal pemeliharaan g
3.4.5 Analisis Fisika dan Kimia Air
Analisis kualitas air seperti suhu diukur menggunakan termometer dan pH menggunakan pH-meter. Pengambilan sampel amonia dilakukan setiap 10 hari,
sedangkan dissolved oxygen DO diukur setiap 2 jam selama sehari pada awal percobaan dengan menggunakan DO-meter dan kecerahan diukur
menggunakan Secchi disc.
10,95 9,63
7,35 4,91
7,3 9,37
4,79 7,02
7,98 4,83
6,67 6,83
2 4
6 8
10 12
14 16
1 16
32 48
Waktu Hari Bobot ikan g
35 ekorm3 70 ekorm3
105 ekorm3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil 4.1.1 Bobot Ikan Nilem
Bobot ikan nilem bertambah setelah dipelihara selama 48 hari dengan diberi pakan perifiton. Pada kepadatan 35 ekorm
3
bobotnya bertambah lebih dari 2 kali lipat bobot awal, sedangkan kepadatan 105 ekorm
3
bertambah lebih dari 1,5 kali lipat bobot awal. Pertambahan bobot pada kepadatan 35, 70 dan 105
ekorm
3
berturut-turut sebesar 6,04 g ; 4,84 g dan 2,52 g gambar 4.
Gambar 5. Grafik bobot ikan nilem Osteochilus hasselti C.V. pada padat tebar 35, 70 dan 105 ekorm
3
yang diberi pakan perifiton. Melalui analisis covarian, bobot akhir ikan nilem yang dipelihara pada
kepadatan 35 ekorm
3
tidak berbeda nyata P0,05 dari kepadatan 70 dan 105 ekorm
3
. Simpangan baku pada masing-masing perlakuan menunjukkan nilai yang cukup rendah Tabel 5.
Tabel 5. Bobot akhir ikan nilem Osteochilus hasselti C.V pada padat tebar yang berbeda.
Padat Tebar Ulangan
35 ekorm
3
70 ekorm
3
105 ekorm
3
1 12,86
10,80 7,78
2 11,43
9,29 7,30
3 8,57
8,81 6,98
Rata-rata 10,95 ± 2,18
9,63 ± 1,04 7,35 ± 0,40
Ket : Missing data
9,39 8,65
8 7,32
8,05 8,72
7,35 7,69
8,29 7,36
7,58 7,87
5 6
7 8
9 10
11 12
1 16
32 48
waktu hari panjang cm
35 ekorm3 70 ekorm3
105 ekorm3
4.1.2 Panjang Ikan Nilem
Sejalan dengan pertambahan bobot, panjang rata-rata ikan nilem selama pemeliharaan pada kepadatan 35, 70 dan 105 ekorm
3
masing-masing bertambah sebanyak 2,07 ; 1,30 dan 0,64 cm Gambar 6. Pada kepadatan 35
dan 105 ekorm
3
panjangnya bertambah lebih dari 1 kali lipat dari panjang awalnya.
Gambar 6. Grafik Panjang ikan nilem Osteochilus hasselti C.V. pada padat tebar 35, 70 dan 105 ekorm
3
yang diberi pakan perifiton. Panjang akhir ikan nilem yang dipelihara dengan padat tebar 35 ekorm
3
tidak berbeda nyata P0,05 dari kepadatan 70 dan 105 ekorm
3
. Simpangan baku pada masing-masing perlakuan juga menunjukkan nilai yang cukup rendah
Tabel 6. Tabel 6. Panjang akhir ikan nilem Osteochilus hasselti C.V pada padat tebar
yang berbeda.
Padat Tebar Ulangan
35 ekorm
3
70 ekorm
3
105 ekorm
3
1 9,91
9,05 8,28
2 9,77
8,69 7,77
3 8,47
8,21 7,96
Rata-rata 9,39 ± 0,80
8,65 ± 0,42 8,00 ± 0,26
Ket : Missing data
4.1.3 Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nilem