II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Serasah
Serasah adalah lapisan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati seperti daun, ranting, cabang dan buah bahkan kulit kayu serta
bagian lainnya, yang tersebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bagian- bagian tersebut mengalami dekomposisi Departemen Kehutanan, 1997.
Serasah merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang terdapat di atas permukaan tanah dan tersusun oleh bahan-bahan yang
sudah mati. Bahan-bahan yang masih berdiri seperti pohon, cabang tidak dimasukkan ke dalam istilah ini Madweka dan Kornas, 1970 dalam Agusril,
1985. Komponen-komponen yang penting dari serasah adalah daun, ranting
dengan ukuran diameter 1 cm dan cabang kecil dengan ukuran diameter ≤ 2 cm,
alat-alat reproduksi bunga dan buah dan kulit pohon Proctor, 1983 dalam Hilwan, 1993. Menurut Desmukh 1993, komponen yang membentuk lapisan
serasah tumbuhan tidak homogen, tetapi tersusun atas campuran organ-organ tumbuhan seperti daun 72 , kayu 16 , serta bunga dan buah 2 . Kehilangan
tahunan dari daun, ranting, bunga, buah dan serpihan kulit kayu merupakan bagian utama dari jatuhan serasah pada ekosistem hutan. Sekitar 70 dari total
serasah di permukaan tanah berupa serasah daun. Serasah yang jatuh ke permukaan tanah merupakan bagian dari tumbuhan
yang telah mati, yang tidak mengalami proses pertumbuhan lagi dan akhirnya mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi Soerianegara, 1964 dalam
Hilwan, 1993.
2.2 Pengertian Dekomposisi
Dekomposisi adalah proses penguraian bahan organik yang berasal dari binatang dan tumbuhan secara fisik dan kimia, menjadi senyawa-senyawa
anorganik sederhana yang dilakukan oleh berbagai mikroorganisme tanah bakteri, fungi, actinomycetes, dll, yang memberikan hasil berupa hara mineral
yang dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan sebagai sumber nutrisi. Sutedjo, Kartasapoetra dan Sastroajmodjo, 1991; Departemen Kehutanan, 1989
Istilah dekomposisi sering digunakan untuk menerangkan sejumlah besar proses yang dialami oleh bahan-bahan organik, yaitu proses sejak dari
perombakan dan penghancuran bahan organik menjadi partikel-partikel kecil sehingga menjadi unsur-unsur hara, yang tersedia dan dapat diserap oleh tanaman
kembali. Istilah dekomposisi adalah istilah yang telah digunakan secara luas untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam biokimia, wujud fisik dan
bobot bahan organik Waring and Schlesingan, 1985. Menurut Indriani 2000, dekomposisi bahan organik atau pengomposan
merupakan penguraian dan pemanfaatan bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur termofilik 45
C-60 C dengan hasil akhir bahan yang cukup
bagus untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan. Ada beberapa definisi yang dikemukakan tentang dekomposisi, antara lain
dekomposisi didefinisikan sebagai penghancuran bahan organik mati secara gradual yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika. Definisi yang lain
mengatakan bahwa dekomposisi adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh keberadaan dekomposer, baik dalam jumlah maupun
diversitasnya. Sedangkan keberadaan dekomposer sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap dekomposisi antara
lain oksigen, bahan organik dan bakteri sebagai agen utama dekomposisi Sunarto, 2004.
2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Dekomposisi
Dekomposisi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor suhu tanah dan faktor kadar air tanah Notohadiprawiro, 1999.
Suhu tanah merupakan sifat fisik tanah yang penting karena mempengaruhi langsung pertumbuhan tumbuhan bersama dengan air, udara dan
hara. Suhu tanah mempengaruhi lengas tanah, aerasi, struktur, kegiatan mikroba dan enzim, perombakan sisa jaringan tumbuhan dan hewan serta ketersediaan hara
tumbuhan Notohadiprawiro, 1999.
Setiadi 1987 menyatakan bahwa peningkatan suhu tanah dapat merangsang kegiatan metabolisme dari flora mikro untuk mempercepat lajunya
proses mineralisasi perombakan menjadi CO
2
dari bahan organiknya, dengan demikian akan terdapat suatu peningkatan di dalam laju arus energi dalam
sistemnya. Hakim, Yusuf, dan Sutopo, 1986 menyatakan bahwa jika temperatur tanah turun secara drastis, maka kehidupan jasad di dalam tanah turun aktifitasnya
sehingga akhirnya proses kehidupan jasad-jasad renik yang dapat merombak hara- hara tanaman menjadi bentuk yang tersedia juga sangat ditentukan oleh tanah.
Suhu tanah di wilayah tropika sebagaimana ditetapkan dalam Sistem Taksonomi Tanah Amerika Serikat, termasuk dalam kategori pola suhu sama,
yaitu perbedaan kurang dari 5 C antara rataan suhu musim dingin, pada ke
dalaman 50 cm atau jika lebih dangkal pada sentuhan batu, rataan suhu udara tahunan hampir sama dengan rataan suhu tanah tahunan Sanchez, 1992.
Air merupakan unsur tanah yang dinamis. Dikenal tiga macam pergerakan air dalam tanah, yaitu pergerakan tidak jenuh gerakan-gerakan kapiler,
pergerakan jenuh dan pergerakan uap Hakim et al., 1986. Hardjowigeno, 1995 menyatakan bahwa air terdapat di dalam tanah, tertahan oleh lapisan kedap air,
atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi. Kemampuan
tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil dibandingkan tanah
bertekstur halus. Persediaan air dalam tanah tergantung dari: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi
penguapan langsung melalui tanah dan vegetasi, dan tingginya muka air tanah. Keadaan iklim yang basah karena curah hujan yang tinggi, diikuti suhu
panas, sepanjang tahun menyebabkan kegiatan jasad renik seperti fungi jamur dan bakteria sangat aktif. Akibatnya proses pembusukan serasah hutan
berlangsung sangat cepat, proses humifikasi segera dilanjutkan dengan proses mineralisasi Manan, 1978 dalam Hilwan, 1993.
Faktor iklim menentukan laju dekomposisi bahan organik sehingga mempengaruhi kelimpahan bahan organik di permukaan tanah. Kelembaban dan
temperatur adalah variabel iklim yang terpenting sebab keduanya mempengaruhi
perkembangan tumbuhan dan mikroorganisme tanah Thaiutsa et al., 1979 dalam Hilwan, 1993.
Pada tingkat suhu tanah sedang 30 C dan kelembaban tanah antara 60-
80 , laju dekomposisi bahan organik mencapai tingkat tertinggi. Peningkatan suhu dan kelembaban secara serentak, akan memperlambat laju dekomposisi
bahan organik Thaiutsa et al., 1979 dalam Hilwan, 1993.
2.4 Proses Dekomposisi Serasah