perkembangan tumbuhan dan mikroorganisme tanah Thaiutsa et al., 1979 dalam Hilwan, 1993.
Pada tingkat suhu tanah sedang 30 C dan kelembaban tanah antara 60-
80 , laju dekomposisi bahan organik mencapai tingkat tertinggi. Peningkatan suhu dan kelembaban secara serentak, akan memperlambat laju dekomposisi
bahan organik Thaiutsa et al., 1979 dalam Hilwan, 1993.
2.4 Proses Dekomposisi Serasah
Dekomposisi terbentuk melalui suatu proses fisika dan kimia yang mereduksi secara kimia bahan organik yang telah mati pada vegetasi dan
binatang. Dekomposisi bahan organik hutan mempunyai dua tahap proses. Yang pertama, ukuran partikel dari bagian bunga ke batang dari pohon yang besar,
dipecah ke dalam spesies yang lebih kecil yang dapat direduksi secara kimia. Yang kedua, biasanya sampai aktifitas organisme spesies kecil ini dari bahan
organik direduksi dan dimineralisasi untuk melepaskan unsur dasar dari protein, karbohidrad, lipid dan mineral yang dapat dikonsumsi, diserap oleh organisme
atau dihanyutkan dari sistem Anderson and Swift, 1983 dalam Hilwan, 1993. Proses dekomposisi D sangat ditentukan oleh tiga variabel yaitu 1
organisme pengurai O, terdiri dari hewan dan mikroorganisme, 2 kualitas serasah Q, karakter bahan organik yang menentukan kemampuan untuk
dilapukkan, dan 3 lingkungan fisik-kimia P, terdiri dari iklim makro dan tanah. Jadi laju atau proses dekomposisi merupakan fungsi dari organisme
pengurai, kualitas serasah, lingkungan fisik-kimia. Fungsi tersebut dapat dituliskan, D = f O, Q, P. Di sebagian besar tanah peranan makrofauna
sebagai organisme pengurai atau perombak sangat penting. Hewan-hewan ini memecah serasah menjadi partikel-partikel yang sangat kecil, sehingga
memperbesar luas permukaan dan mempermudah bakteri dan jamur untuk menguraikannya Waring and Schlesingan, 1985.
Faktor dominan yang mempengaruhi aktifitas mikroorganisme dalam perombakan dan penguraian serasah adalah jenis tanaman dan iklim efek terhadap
jenis tanaman terhadap mikroflora ditentukan oleh sifat fisik dan kimia daun yang tercermin dalam CN ratio Thaiutsa et al., 1979 dalam Hilwan, 1993.
Sifat fisik dan kimia daun serta kualitas serasah yang beragam, mengakibatkan adanya variasi kemampuan serasah untuk didekomposisi
Decomposibility , yang sangat dipengaruhi oleh faktor interinsik atau sifat-sifat
fisik dan kimia daun, seperti tingkat kerusakan daun, kandungan lignin, unsur hara, senyawa-senyawa sekunder serta ukuran masa dan partikel Anderson and
Swift, 1983 dalam Hilwan, 1993. Dekomposisi terjadi akibat dari kegiatan jasad renik memperoleh energi
untuk keperluan hidupnya. Proses ini disebut oksidasi enzimatik karena jasad renik menghasilkan berbagai enzim yang diperlukan untuk kelangsungan proses
kimia yang spesifik Soepardi, 1983 dalam Hilwan, 1993. Dari keterangan ini jelaslah bahwa yang berperanan sangat besar dalam
dekomposisi serasah adalah mikroorganisme tanah atau jasad renik, seperti bakteri, aktinomisetes, cendawan tanah, ganggang dan protozoa. Dengan
demikian curah hujan sebenarnya berperan dalam penciptaan lingkungan yang mendukung kehidupan mikroorganisme tanah.
Proses dekomposisi bahan organik merupakan reaksi enzimatik yang menghasilkan tiga macam keluaran, yaitu: 1 energi yang dibebaskan oleh jasad
mikro, 2 hasil akhir sederhana unsur-unsur organik dan 3 humus Soepardi, 1983 dalam Hilwan, 1993.
Manusia dapat mempercepat dekomposisi dengan jalan: perubahan bahan organik dengan penambahan CO
2
udara. CO
2
dapat ditembus oleh cahaya matahari akan tetapi menghisap energi infra merah sehingga dapat menyebabkan
efek rumah kaca dan menyebabkan naiknya temperatur dan jika ini terjadi akan mencairkan es di kutub dan menaikan permukaan air laut. Usaha pertanian yang
akan mempercepat dekomposisi Heddy, 1994. Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran atau fragmentasi
atau pemecahan struktur fisik yang mungkin dilakukan oleh hewan pemakan bangkai scavenger terhadap hewan-hewan mati atau oleh hewan-hewan
herbivora terhadap tumbuhan dan menyisakannya sebagai bahan organik mati yang selanjutnya menjadi serasah, debris atau detritus dengan ukuran yang lebih
kecil. Proses fisika dilanjutkan dengan proses biologi dengan bekerjanya bakteri yang melakukan penghancuran secara enzimatik terhadap partikel-partikel organik
hasil proses fragmentasi. Proses dekomposisi oleh bakteri dimulai dengan kolonisasi bahan organik mati oleh bakteri yang mampu mengautolisis jaringan
mati melalui mekanisme enzimatik. Dekomposer mengeluarkan enzim yang menghancurkan molekul-molekul organik kompleks seperti protein dan
karbohidrat dari tumbuhan dan hewan yang telah mati. Beberapa dari senyawa
sederhana yang dihasilkan digunakan oleh dekomposer Sunarto, 2004.
Keefektifan bakteri fungi dan hewan tanah lainnya dalam pendekomposisian serasah ditunjukkan oleh cepat atau lambatnya serasah hilang
dari permukaan tanah hutan secepat jatuhnya serasah dari tanaman dekomposisi yang lengkap membutuhkan waktu yang bertahun-tahun. Serasah yang kaya
nutrisi cenderung lebih cepat terdekomposisi dari pada serasah yang miskin nutrisi pada lantai hutan yang sama. Nisbah CN sering digunakan sebagai petunjuk laju
dekomposisi yang baik. Percobaan perombakan N dan P dapat meningkatkan laju dekomposisi serasah. Residu tanaman yang mempunyai kandungan bahan organik
maupun nutrisi tanaman yang mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi umumnya memiliki konsentrasi nutrisi yang rendah. Pengetahuan mengenai
kandungan bahan organik maupun nutrisi tanaman baik untuk menduga laju dekomposisi Waring and Schlesingan, 1985.
Proses dekomposisi bahan organik secara alami akan berhenti bila faktor- faktor pembatasnya tidak tersedia atau telah dihabiskan dalam proses dekomposisi
itu sendiri. Perlu diingat pula bahwa faktor lingkungan yang mendukung proses dekomposisi dalam kondisi yang terbatas dan bukan hanya dimanfaatkan oleh
bakteri tetapi juga organisme lainnya. Persaingan atas carrying capacity baik berupa oksigen maupun bahan organik, menjadi faktor kendali dalam proses
dekomposisi. Ketersediaan bahan organik yang berlimpah mungkin tidak berarti banyak dalam mendukung dekomposisi bila faktor lain seperti oksigen tersedia
dalam kondisi terbatas. Kedua faktor ini terutama oksigen merupakan faktor kritis bagi dekomposisi aerobik Sunarto, 2004.
Penumpukan bahan organik dapat terjadi bila tidak ada kesetimbangan antara suplai bahan organik dengan kecepatan dekomposisi. Beban bahan organik
semakin berat seiring dengan terhambatnya kecepatan dekomposisi Irawan, 2003.
2.5 Keterangan Jenis Tegakan