Pembuatan Suspensi Glibenklamid 0,01 bv Kegiatan Penelitian Prosedur Penelitian

Menurut Ngatidjan, 1991 dalam Ocktarini, 2010, karena volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada mencit adalah 1 ml 20g BB, disarankan takaran pemberian tidak melebihi setengah kali volume maksimalnya. Oleh itu, dilakukan pengenceran ekstrak, dengan rincian 1g metformin dilarutkan dalam 100 ml larutan suspensi CMC 0,5 . Pengenceran obat = 1 g metformin = 1000 mg metformin 100ml CMC 0,5 100ml CMC 0,5 = 10 mg ekstrak dalam 1 ml larutan. Atau dengan kata lain 1 ml larutan mengandung 10 mg ekstrak. Bila dosis tiap mencit adalah 2.3 mg maka volume ekstrak yang diberikan adalah 0,2 ml tiap mencit setiap hari.

4.4.2.5. Pembuatan Suspensi Glibenklamid 0,01 bv

Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan sedikit demi sedikit dalam lumpang yang berisi aquadest panas suhu 70 C sebanyak 10 ml. Diamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, dan digerus hingga terbentuk gel. Sebanyak 10 mg glibenklamid digerus dan ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus dan diencerkan dengan sedikit aquadest kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml sambil diaduk dan dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 100 ml. Rumus pengiraan dosis Suspensi Glibenklamid Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai hewan uji dari berbagai spesies dan manusia, maka konversi dosis manusia dengan berat badan BB 70 kg pada mencit dengan berat badan 20 g adalah 0,0026 Laurence, 1981 dalam Anonim, 2010. Dosis glibenklamid yang digunakan untuk orang dewasa adalah 5 mg, dengan demikian dosis untuk mencit 20 gram = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg 20 mg BB mencit hari atau 0,65 mg kgBB hari. Universitas Sumatera Utara Bila setiap mencit diasumsi mempunya rata-rata BB 35 gram, maka: Dosis 1 ekor mencit = 0,65 mg x 35 g BB = 0.02 mg 1000 g BB Menurut Ngatidjan, 1991 dalam Ocktarini, 2010, karena volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada mencit adalah 1 ml 20g BB, disarankan takaran pemberian tidak melebihi setengah kali volume maksimalnya. Oleh itu, dilakukan pengenceran ekstrak, dengan rincian 10 mg glibenklamid dilarutkan dalam 100 ml larutan suspensi CMC 0,5 . Pengenceran obat = 10 mg glibenklamid 100ml CMC 0,5 = 0,1 mg ekstrak dalam 1 ml larutan. Atau dengan kata lain 1 ml larutan mengandung 0,1 mg ekstrak. Bila dosis tiap mencit adalah 0,02 mg maka volume ekstrak yang diberikan adalah 0,2 ml tiap mencit setiap hari.

4.4.2.6. Kegiatan Penelitian Prosedur Penelitian

Sampel dibagi menjadi 5 kelompok melalui randomisasi sederhana, yaitu kontrol negatif K1, kontrol positif K2 dan perlakuan P1, P2 dan P3. Pengukuran kadar gula darah mencit dilakukan pada pre test dan post test untuk melihat ada atau tidak pengaruh yang signifikan dari ekstrak bawang putih Allium Sativum L. . Universitas Sumatera Utara Rancangan Percobaan: Keterangan:  R = Randomisasi sederhana  K1 = Kontrol 1 kelompok negatif yang diberi diet standard  K2 = Kontrol 2 kelompok positif yang diinduksi alloxan + diet standard  P1= erlakuan kelompok diinduksi alloxan + diet standard + ekstrak bawang putih  P2 = Perlakuan kelompok yang diinduksi alloksan + diet standard + metformin  P3= Perlakuan kelompok yang diinduksi alloksan + diet standard + glibenklamid  G K 1 = Kadar Gula Darah pada K1  G K 2 = Kadar Gula Darah pada K2  G P 1 = Kadar Gula Darah pada P1  G P 2 = Kadar Gula Darah pada P2  G P 3 = Kadar Gula Darah pada P3 Proses adaptasi aklimatisasi dilakukan pada mencit jantan Mus Musculus L.Stain DDW selama 1 minggu sebelum mendapat perlakuan. Selama 1 minggu ini, sebanyak 20 ekor mencit hanya diberi pakan dan minum standard secara ad libitum dan dikekalkan pada siklus 1212 gelap-cahaya. Setelah 1 minggu adaptasi, 20 ekor mencit tersebut dibahagi secata random kepada dua kelompok yaitu 4 ekor untuk kelompok mencit normal kontrol negatif,K1 dan 16 ekor untuk kelompok mencit yang akan diinduksi diabetes dengan Mencit Mus Musculus L.Strain DDW K2 P1 P2 P3 G K2 G P1 G P2 G P3 R G K1 K1 Universitas Sumatera Utara menggunakan alloksan kontrol positif, K2, perlakuan, P1, P2 dan P3. Pada kelompok kontrol negatif K1 diteruskan pemberian diet standar. Sebaliknya, pada kelompok kontrol positif, dilakukan induksi diabetes menggunakan alloksan secara injeksi intraperitoneal dosis tunggal yaitu sebanyak 200 mgkg BB Jing dan Yin, 2009. Setelah 3 hari, pengukuran kadar gula darah menggunakan strip tes dilakukan pada kesemua mencit. Pada mencit yang diinduksi alloksan, hanya mencit dengan kadar gula darah lebih besar dari 200 mgdL Tanquilut, et al ., 2009 akan digunakan pada kelompok positif. Mencit yang belum mencapai hiperglikemi akan diberikan injeksi ulang alloksan menggunakan dosis yang sama yaitu 200 mgkg BB. Pembahagian kelompok mencit diabetes secara random adalah kepada kontrol positif K2, perlakuan dengan ekstrak bawang putih P1, perlakuan dengan pembanding yaitu metformin P2 dan perlakuan dengan pembanding yaitu glibenklamid P3. Kelompok K1 dan K2 hanya mendapat diet standar dan placebo sampai akhir penelitian. Kelompok P1 mendapat diet standar dan perlakuan pemberian ekstrak bawang putih per oral sebanyak 12 mg 35g BB mencit setiap hari sampai akhir penelitian yaitu selama 10 hari. Kelompok P2 mendapat diet standar dan perlakuan pemberian metformin per oral sebanyak 2,3mg 35g BB mencit dan kelompok P3 mendapat diet standar dan perlakuan pemberian glibenklamid per oral sebanyak 0,02 mg 35g BB mencit setiap hari sampai akhir penelitian selama 1o hari. Pada setiap hari pemberian placebo dan perlakuan ekstrak bawang putih, metformin serta glibenklamid diusahakan pada rentang waktu yang sama yaitu dari jam 10 pagi hingga jam 1 siang. Pengukuran kadar gula darah dilakukan setelah 10 hari pemberian perlakuan menggunakan tes strip. Pada akhir penelitian,mencit telah diterminasi dengan dibunuh secara manusiawi dan sebelumnya dilakukan anestesi terlebih dahulu. Hewan harus dipegang secara hati-hati tanpa menimbulkan rasa takut pada hewan. Hewan dibunuh disuatu tempat, dijaga agar tidak ada hewan hidup di sekitarnya. Teknik membunuh dilakukan dengan cara dislokasi leher. Universitas Sumatera Utara

4.3. Alur Penelitian

Dokumen yang terkait

Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

8 122 176

Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus L. Strain DDW) yang Diinduksi Alloxan

6 122 85

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih dan Glibenklamid Terhadap Kadar Gula Darah Mencit ormal dan Mencit Diabetes yang Diinduksi Alloksan

3 65 87

Pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosela (hibiscus sabdariffa l) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan

1 6 80

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH ( Allium sativum L) TERHADAP KUALITAS PROSES SPERMATOGENESIS TESTIS MENCIT JANTAN (Mus musculus ) STRAIN JEPANG.

0 2 1

Pengaruh Ekstrak Meniran (Phyllantus Niruri L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 25

Pengaruh kombinasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) dan minyak zaitun (Olea europaea) terhadap kadar kolesterol darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Pakan Hiperkolesterol.

0 0 11

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Struktur Histologis Hepar Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Parasetamol.

0 0 5

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

0 0 90

PENGARUH EKSTRAK KULIT UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP KADAR UREUM KREATININ PADA TIKUS WISTAR HIPERGLIKEMIA YANG DIINDUKSI ALOKSAN - Unissula Repository

0 1 5