4.4.2.2. Pembuatan Ekstrak Bawang Putih
Pembuatan ekstrak bawang putih dilakukan dengan cara maserasi menggunakan cairan penyari ethanol 96 atau bisa juga menggunakan pelarut n-heksan dan etil
asetat Dirjen POM, 1986. Caranya: 1.
Menyiapkan bawang putih. 2.
Bawang putih terlebih dahulu di kupas dan dibersihkan dengan menggunakan air mengalir.
3. Bawang putih yang sudah dibersihkan dirajang halus.
4. Sebanyak 10 bagian serbuk simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan kedalam sebuah bejana. 5.
Kemudian dituangi dengan 75 bagian penyari, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
6. Setelah 5 hari, sari diserkai, ampas diperas.
7. Ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai
hingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. 8.
Pindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari.
9. Enap tuangkan atau saring.
10. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat
rota ry evaporator
pada 40
o
C, kemudian ekstrak dikeringkan dengan
freeze dryer.
Pembuatan Suspensi Ekstrak Bawang Putih 6 bv
Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan sedikit demi sedikit dalam lumpang yang berisi
aquadest
panas suhu 70 C sebanyak 10 ml. Diamkan selama 15 menit
hingga diperoleh massa yang transparan, dan digerus hingga terbentuk gel. Sebanyak 6 g ekstrak digerus dan ditambahkan gel CMC sedikit demi sedikit dan
terus digerus sehingga terbentuk suspensi. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml sambil diaduk dan dicukupkan volumenya dengan
aquadest
hingga 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
Rumus pengiraan dosis ekstrak bawang putih
Mengikut penelitian sebelumnya ekstrak bawang putih yang diberikan pada tikus adalah dengan menggunakan dosis 250 mgkg BB Mathew dan
Agusti, 1973 dalam Banerjee dan Maulik, 2002. Bila diinginkan dosis absolute pada mencit dengan BB 20g dari data dosis pada tikus 250 mgkg untuk tikus
dengan bobot 200g, maka lebih dahulu dihitung dosis absolute pada tikus, yaitu 250 × 0.2 mg = 50mg. Dengan mengambil faktor konversi 0.14 dari tabel
perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan Laurence, 1981 dalam Anonim, 2010 diperoleh dosis untuk mencit = 50 × 0.14 mg = 7 mg. Dengan
demikian dapat diramalkan efek farmakologis suatu obat yang timbul pada mencit dengan dosis 7 mg 20g BB atau 350 mgkg BB adalah sama dengan yang timbul
pada tikus dengan dosis 250 mg kg BB, dari obat yang sama. Bila setiap mencit diasumsi mempunya rata-rata BB 35 gram, maka:
Dosis 1 ekor mencit = 350 mg x 35 g BB = 12.25 mg ≈ 12 mg
1000 g BB Menurut Ngatidjan, 1991 dalam Ocktarini, 2010, karena volume cairan
maksimal yang dapat diberikan per oral pada mencit adalah 1 ml 20g BB, disarankan takaran pemberian tidak melebihi setengah kali volume maksimalnya.
Oleh itu, dilakukan pengenceran ekstrak, dengan rincian 6 g ekstrak dilarutkan dalam 100 ml larutan suspensi CMC 0,5 .
Pengenceran ekstrak = 6 g ekstrak = 6000 mg ekstrak 100ml CMC 0,5 100ml CMC 0,5
= 60 mg ekstrak dalam 1 ml larutan. Atau dengan kata lain 1 ml larutan mengandung 60 mg ekstrak. Bila dosis tiap
mencit adalah 12 mg maka volume ekstrak yang diberikan adalah 0,2 ml tiap mencit setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2.3. Pembuatan Suspensi Carboxylmethylcellulose CMC 0.5 bv