hampir sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi PERKENI, 2006.
2.8.2. Terapi medis gizi
Diabetes tipe 2 merupakan suatu penyakit dengan penyebab heterogen, sehingga tidak ada satu cara makan khusus yang dapat mengatasi kelainan ini secara umum.
Perencanaan makan harus disesuaikan menurut masing-masing individu.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
kabohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Kabohidrat : 60 – 70
Protein : 10 – 15 Lemak : 20 – 25
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
idaman. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal 30 Kkalkg BB untuk laki-laki dan 25 Kkalkg BB untuk
wanita. Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan
kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non
diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal
PERKENI, 2006.
2.8.3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur. 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan harian seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan
Universitas Sumatera Utara
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka
yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi diabetes dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalas-malasan PERKENI, 2006.
2.8.4. Pengelolaan farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.Sarana pengelolaan
farmakologis diabetes dapat berupa: 1.
Obat hipoglikemik oral OHO yang dibagi menjadi 4 golongan mengikut cara kerjanya PERKENI, 2006:
A. pemicu sekresi insulin insulin secretagogue: sulfonilurea dan glinid B. penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
C. penghambat glukoneogenesis metformin D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa acarbose
A. Pemicu Sekresi Insulin 1. Sulfonilurea: Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada
pasien dengan
berat badan
lebih. Untuk
menghindari hipoglikemia
berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan
penggunaan sulfonilurea kerja panjang PERKENI, 2006. 2. Glinid: Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid derivat asam benzoat
Universitas Sumatera Utara
dan Nateglinid derivat fenilalanin. Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati PERKENI, 2006.
B. Penambah sensitivitas terhadap insulin Tiazolidindion: Tiazolidindion rosiglitazon dan pioglitazon berikatan
pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma PPAR- , suatu
reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan
ambilan glukosa
di perifer.
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I-IV karena dapat
memperberat edemaretensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara
berkala PERKENI, 2006. C. Penghambat glukoneogenesis
Metformin: Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati glukoneogenesis, di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Terutama dipakai
pada penyandang
diabetes gemuk.
Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal serum kreatinin
1,5 mgdL dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia misalnya penyakit serebro- vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung. Metformin
dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan PERKENI, 2006.
D. Penghambat Glukosidase Alfa Acarbose Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang
paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens. Mekanisme kerja OHO,
Universitas Sumatera Utara
efek samping utama, serta pengaruh obat terhadap penurunan A1C dapat dilihat pada tabel PERKENI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 : Obat Hipoglikemik Oral
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2006
Universitas Sumatera Utara
2. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal Stres berat infeksi sistemik, operasi besar, IMA,stroke
Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Tabel 2.5 : Farmakokinetik insulin eksogen berdasar waktu kerja
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2006
Universitas Sumatera Utara
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis PERKENI, 2006 yakni: Insulin kerja cepat
rapid acting insulin
Insulin kerja pendek
short acting insulin
Insulin kerja menengah
intermediate acting insulin
Insulin kerja panjang
long acting insulin
Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah
premixed insulin
. 3.
Terapi Kombinasi Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan
dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda
atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO.Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO
dan insulin basal insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang yang diberikan pada malam hari menjelang tidur.
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah
puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja PERKENI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.9. KOMPLIKASI