Pembuatan Larutan Pengumpulan Data

Disesuaikan level air pada tabel densitas air yang telah ditentuka, dicatat temperatus t 2 dari yang ditentukan, yang mendekati 0,1 o C, ditimbang dan dicatat total massanya sebagai M 2 . Volume Vt dari piknometer adalah sebagai berikut : Keterangan : m o = massa piknometer kosong g m 2 = massa piknometer yang telah terisi air g H 2 O t 2 = densitas air pada t 2 C 0.000025 = koefisien ekspansi kubik untuk piknometer gelas

3.3.5. Pembuatan Larutan

3.3.5.1. Pembuatan Larutan NaCl 30

NaCl ditimbang sebanyak 90 g, dimasukkan ke dalam gelas beaker, ditambahkan aquades sebanyak 300 g dan diaduk sampai homogen.

3.3.5.2. Pembuata Larutan Na

2 SO 4 15 Na 2 SO 4 ditimbang sebanyak 45 g, dimasukkan ke dalam gelas beaker, ditambahkan aquades sebanyak 300 g dan diaduk sampai homogen.

3.3.5.3. Pembuatan Larutan Na

3 PO 4 10 Na 3 PO 4 ditimbang sebanyak 30 g, dimasukkan ke dalam gelas beaker, ditambahkan aquades sebanyak 300 g dan diaduk sampai homogen.

3.3.5.4. Pembuatan Larutan Natrium Lauri Eter Sulfat SLES 33, 33

SLES ditimbang sebanyak 500 g, dimasukkan ke dalam ember , ditambahkan aquades sebanyak 1000 g dan diaduk sampai homogen.

3.3.5.5. Pembuatan Larutan Natrium Lauril Sulfat SLS 33, 33

Universitas Sumatera Utara SLS ditimbang sebanyak 500 g, dimasukkan ke dalam ember, ditambahkan aquades sebanyak 1000 g, dan diaduk sampai homogen.

3.3.5.6. Pembuatan Bahan Pencuci Piring 500 mL

Ke dalam beaker glass 1000 mL dimasukkan 150 mL larutan Natrium Lauril Eeter Sulfat. Ditambahkan 20 mL Natrium Lauril Sulfat sambil diaduk hingga larutan homogen. Kedalam larutan homogen ditambahkan 50 mL larutan natrium klorida 30 dan diaduk hingga homogen. Ditambahkan larutan pewangi dan parfum secukupnya sambil diaduk, ditambahkan aquades hingga menunjukkan volume larutan 500 mL sambil diaduk hingga larutan homogen. Bahan pencuci piring didiamkan selama 24 jam untuk mendapatkan larutan pencuci piring yang bening. Dengan perlakuan yang sama dilakukan pembuatan bahan pencuci piring untuk jenis koagulan Na 2 SO 4 15 dan Na 3 PO 4 10 .

3.3.6. Pengumpulan Data

3.3.6.1. Pengukuran Waktu Alir

1. Alat viskosimeter dirangkai pada statif dan klem. 2. Larutan pencuci piring dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam viskosimeter. 3. Dengan alat bola karet penghisap, di isap larutan pencuci piring hingga melewati garis batas atas viskosimeter. 4. Bola karet penghisap di lepas setelah melewati batas garis atas sehingga larutan pencuci piring akan mulai mengalir turun kembali. 5. Secara teliti diukur waktu alir dengan menggunakan stop watch yaitu waktu t yang diperlukan untuk mengalirkan sampel mulai dari garis batas atas hingga garis batas bawah. 6. Perlakuan dilakukan untuk pengukuran waktu alir larutan pencuci piring dengan variasi jenis koagulan Na 2 SO 4 15 dan Na 3 PO 4 10 . 7. Setiap perlakuan diulangi sebanyak 3 kali.

3.3.6.2. Penentuan Densitas

Universitas Sumatera Utara 1. Piknometer 5 mL kosong ditimbang pada neraca analitik. 2. Catat berat piknometer kosong 5 mL. 3. Larutan pencuci piring yang telah diukur waktu alirnya dipipet sebayak 5 mL ke dalam piknometer 5 mL. 4. Timbang piknometer berisi pada neraca analitik. 5. Dicatat berat piknometer berisi. 6. Perlakuan dilakukan untuk pengukuran densitas Na 2 SO 4 15, dan Na 3 PO 4 10 . 7. Setiap perlakuan diulagi sebanyak 3 kali. 3.4. Pengolahan dan Analisa Data 3.4.1. Penentuan Kesalahan 3.4.1.1. Sumber Kesalahan Sistematik a. Kesalahan instrument, yaitu bersumber dari alat atau instrumentnya sendiri, misalnya penyimpangan nol dalam pembacaan skala. Kesalahan ini dapat diminimalkan dengan cara kalibrasi atau penggunaan blangko. b. Kesalahan metode, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Viskosimeter Ostwald. c. Kesalahan personal, yaitu kesalahan yang dilakukan seorang peneliti ataupun karena kesalahan prosedur. Kesalahan ini dapat diminimalkan dengan meningkatkan ketelitian peneliti. 3.4.1.2. Kesalahan Random Intermediate Tipe kesalahan ini disebabkan oleh banyaknya variabel bebas dan pengulangan dalam setiap pengukuran kimia dan fisika. Kesalahan terjadi ketika sebuah sistem pengukuran diteruskan hingga kesensifitas maksimumnya. Terdapat banyak kontributor kesalahan random, namun tidak ada yang dapat diidentifikasi dan di hitung karena sangat kecil dan tidak dapat di deteksi tersendiri. Kesalahan ini dapat di lihat dari rata-rata yang merefleksikan ketelitian.

3.4.1.3. Kesalahan Gabungan Dari Kesalahan Random

Universitas Sumatera Utara Kebanyakan hasil akhir dalam kimia fisika dihasilkan dari perhitungan pengukuran pengukuran yang digabungkan. Hal ini penting untuk memastikan bagaimana kesalahan pengukuran individual mempengaruhi hasil akhir penjumlahan atau pengurangan.

3.4.2. Penentuan Ketidakpastian Dalam Signifikan Figure