1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan memvariasikan jenis koagulan yaitu larutan NaCl, Na
2
SO
4
, Na
3
PO
4
sebagai variabel bebas. Viskositas larutan pencuci piring diuji dengan menggunakan Viskosimeter Ostwald sebagai variabel
terikat. Faktor pengadukan yang menentukan tingkat kehomogenan dan faktor suhu yang mempengaruhi viskositas larutan pencuci piring, sehingga ditetapkan pada suhu
laboratorium 25
o
C sebagai variabel tetap.
Pernambahan koagulan dilakukan pada volume tetap dan replikasi dilakukan tiga kali untuk setiap perlakuan dari masing-masing sampel. Subjek penelitian adalah
larutan pencuci piring yang bersifat homogen, sehingga perlakuan untuk masing- masing sampel dilakukan secara acak. Karena ada tiga jenis koagulan yang diteliti
maka rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok sederhana.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorim Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deterjen
Deterjen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti membersihkan. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun. Deterjen sering disebut
dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen berasal dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Kebutuhan akan detergen meningkat dengan adanya dua kelemahan pada sabun. Pertama, sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa
karena adanya hidrolisis parsial. Masalah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam dalam air sadah yang mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg,
Fe, dan Kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut
mengakibatkan warna cokelat pada pakaian.
1
Masalah sabun dapat dikurangi dengan menciptakan deterjen yang lebih efektif yaitu deterjen sintetik. Deterjen sintetik ini harus mempunyai beberapa sifat,
termasuk rantai hipofilik yang panjang dan ujung ionik polar. Juga ujung yang polar tidak membentuk garam yang mengendap dengan ion-ion dalam air sadah, sehingga
tidak mempengaruhi keasaman air.
2
1
Rigby Heinemann., 1992, Chemistry Two, Australian Pty. Ltd. Heinemann Education : Australia.
2
Hart, Harold., 1998, Kimia Organik, Edisi Ke Enam, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Deterjen dipengaruhi jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya surfaktannya memiliki kemampuan yang unik untuk
mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air,
akibatnya bagian ini menetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan dan
mendispersikan kotoran dari cucian.
Natrium lauril sulfat adalah deterjen yang baik, karena garamnya berasal dari asam kuat dan larutannya netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap
dalam larutannya, sehingga dapat di pakai dengan air sadah. Sintesis garam natrium dari alkil hidrogen sulfat menghasikan detergen. Alkohol berantai panjang di buat
dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hidrogen sulfat dan kemudian dinetralkan
dengan basa. Tahap pembuatan surfaktan natrium laurel sulfat diperlihatkan pada Gambar 2.1 dibawah ini:
CH
3
CH
2 10
CH
2
OH + HOSO
2
OH CH
3
CH
2 10
CH
2
OSO
2
OH + H
2
O Lauril Alkohol Asam Sulfat Lauril Hidrogen Sulfat
NaOH O
CH
3
-CH
2 10
CH
2
O S O
-
Na
+
+ H
2
O
Rantai lipofilik Polar ujung hidrofilik
O
Gambar 2.1 Tahap Pembuatan Surfaktan Natrium Laurel Sulfat
Dewasa ini, deterjen yang umum digunakan ialah alkil benzene sulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah
karbon 10-14 direaksikan dengan benzene dan katalis Friedeft-Craft AlCl
3
atau HF akan membentuk ikatan alkil benzene. Sulfonasi dan penetralan dengan basa akan
melengkapi proses ini. Deterjen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi pada lingkungan.
3
3
Ibid
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penggolongan Deterjen