Kemampuan Tanaman Hias dalam Menjerap Debu yang Dihasilkan oleh Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Bumi Serpong Damai)

(1)

KEMAMPUAN TANAMAN HIAS DALAM MENJERAP DEBU YANG

DIHASILKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS: BUMI

SERPONG DAMAI)

NADITA ZAIRINA SUCHESDIAN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(2)

ABSTRACT

NADITA ZAIRINA SUCHESDIAN.Plants Ability in Adsorb Dust Caused by Vehicles (Case Study: Bumi Serpong Damai). Supervised by SOBRI EFFENDYand IBNUL QAYIM.

There are many researches about plants based by their ability of sensitivity and tollerance for pollutant. This research measured kind of plants that planted in Bumi Serpong Damai, South Tangerang for adsorbing dust caused by vehicles. The location divided based on traffic level: high, medium and low. This research used 2 methods, measuring ever 4 hours and every 24 hours. The measurement every 4 hours at high traffic location stated that Heliconia adsorb dust highest, it is 53.73 mg/hour. At medium traffic location, Kaca Piring adsorb dust highest, it is 40.19 mg/hari. At low location Pandan Kuning adsorb dust highest, it is 26.82 mg/hour.The measurement every 24 hours at high traffic location stated that Heliconia adsorb dust highest, it is 59.53 mg/day.The measurement every 4 hours is better than measurement every 24 hours. This method affected by double tape saturation andadhesive decreasecaused the data become error. At medium traffic location, Kaca Piring adsorb dust highest, it is 47.95 mg/day. At low location Rowelia Tegak adsorb dust highest, it is 39.75 mg/dayHeliconia, Rowelia Tegak, Kaca Piring and Pandan Kuning are kind of plants that could adsorb dust well. Plant choosing based the leave surface could help adsrobing the dust more effective. Besides, combining the plants will be more effective for adsorbing dust.

.


(3)

ABSTRAK

NADITA ZAIRINA SUCHESDIAN. Kemampuan Tanaman Hias Dalam Menjerap Debu Yang Dihasilkan Oleh Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Bumi Serpong Damai). Dibimbing oleh SOBRI EFFENDY dan IBNUL QAYIM.

Terdapat banyak penelitian mengenai tanaman yang dibedakan berdasarkan kemampuan kepekaan dan toleransi tanaman terhadap polutaan. Penelitian ini mengukur berbagai macam jenis tanaman hias yang ditanam di lokasi Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan untuk menjerap debu kendaraan. Lokasi pengamatan dibagi berdasarkan kepadatan lalu lintas: yaitu kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan rendah.Penelitian ini dilakukan dengan dua metode pengukuran, yaitu pengukuran setiap 4 jam sekali dan pengukuran setiap 24 jam sekali. Pada pengukuran setiap 4 jam sekali di lokasi kepadatan tinggi, Heliconia menangkap debu paling tinggi yaitu sebanyak 53.73 mg/. Pada lokasi kepadatan sedang, Kaca Piring menangkap debu paling banyak dari yaitu 40.19 mg/hari. Pada lokasi kepadatan rendah, Pandan Kuning menangkap debu lebih banyak yaitu sebanyak 26.82 mg/hari.Pada pengukuran per 24 jam, pada lokasi kepadatan tinggiHeliconia menangkap debu sebanyak 59.53 mg/hari. Pada lokasi kepadatan sedang, Kaca Piring menangkap debu sebanyak 47.95 mg/hari. Pada lokasi kepadatan rendah, Rowelia Tegak menangkap debu lebih banyak yaitu 39.75 mg/hari. Pada pengukuran ini diketahui metode pengukuran per 4 jam lebih baik daripada pengukuran per 24 jam. Hal ini dikarenakan pengukuran per 24 jam dipengaruhi oleh kejenuhan double tape dan berkurangnya daya rekat sehingga menyebabkan data menjadi error.Heliconia, Rowelia Tegak, Kaca Piring dan Pandan Kuning merupakan tanaman yang baik untuk menjerap debu di udara. Pemilihan tanaman dengan permukaan daun yang kasar dapat dilakukan sehingga penangkapan debu diharapkan lebih efektif. Selain itu, penanaman satu jenis atau penanaman secara kombinasi juga dapat dilakukan sehingga penangkapan debu akan lebih baik.


(4)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(5)

KEMAMPUAN TANAMAN HIAS DALAM MENJERAP DEBU YANG

DIHASILKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS: BUMI

SERPONG DAMAI)

NADITA ZAIRINA SUCHESDIAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

: Kemampuan Tanaman Hias dalam Menjerap Debu yang

Dihasilkan oleh Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Bumi

Serpong Damai)

Nama

: Nadita Zairina Suchesdian

NRP

: G24080044

Disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

NIP.19641124 199003 1 001 NIP. 19650220 199002 1 001

Dr. Ir. Sobri Effendy, M.SiDr. Ir. Ibnul Qayim

Diketahui

Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

NIP. 19600305 198703 2 002

Dr. Ir. Rini Hidayati, MS


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah pencemaran atmosfer dengan judul “Kemampuan Tanaman Hias Dalam Menjerap Debu Yang Dihasilkan Oleh Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Bumi Serpong Damai)”.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut peran serta dalam penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1. Dr. Ir. Sobri Effendy, M. Si. dan Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku pembimbing skripsi atas diskusi, dukungan, waktu, bimbingan, motivasi dan masukannya penyelesaian karya ilmiah ini.

2. Dr. Ir. Rini Hidayati, MS selaku ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi atas bantuan dalam perkuliahan.

3. Ana Turyanti, S.Si, MTselaku dosen penguji yang senantiasa memberikan wawasan baru mengenai ilmu pencemaran atmosfer serta semangat, motivasi, nasihat, arahan, kepercayaan dan dukungan kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Geofisika dan Meteorologi atas bimbingan, arahan, nasihat, waktu serta ilmu yang diberikan kepada penulis.

5. Ayah, Bunda dan adik-adikku Annisa Nabila dan Salman Azzam Makkiyyah yang penulis cintai, terimakasih atas segala dukungan, doa, cinta serta kepercayaan terhadap ananda.

6. Siti Annisa’ S.Si dan Putri Asrianti S.Si yang selalu menyemangati, berkarya bersama dan selalu mengajak dalam kebaikan. Kalian adalah sahabatku yang tak tergantikan. 7. Teman satu bimbingan skripsi (Ferdy Aprihatmoko S.Si dan Achmad Sururi), terimakasih

atas bantuan, informasi dan sudah bersedia direpotkan serta memberi motivasi selama ini.

8. Seluruh angkatan GFM 45 atas segala kebersamaannya (Asep, Dicky, Faiz, Farrah, Fella, Dewa, Aulia, Mela, Hanifah, Ketty, Nae, Fida, Taufik, Ruri, Akfia, Fe, Diyah, Tiska, Usel, Emod, Adit, Yuda, Fauzan, Iput, Okta, Dodi, Sintong, Dora, Dila, Fitra, Maria, Nia, Fatchah, Mirna, Sarah, Ratdil, Citra, Adi, Fauzan, Dewi, Pungki, Ria, Yoga, Firman, Aila, Ian).

9. Keluarga besar Kunang-Kunang Forum Indonesia Muda. Semoga hasil penelitian ini menjadi salah satu kerlip cahaya bagi keluarga kunang-kunang kita dan sebagai kontribusi untuk negeri ini. Aku Untuk Bangsaku.

10. Keluarga Forum Indonesia Muda cabang Bogor. Terima kasih atas semangat dan senyum yang selalu kalian tebarkan padaku. Kalian adalah keluarga kunang-kunang terbaik yang kumiliki.

11. Arina Zuliany S.Si, Susi Susanti (Ichigo Wannabe Fighter), Siti Lutfiyah Azizah S.Si, Zuhay Ratuz Zaffan S.Si, Nurul Najmi S.Pt, Elva Lestari, Aldian Farabi S.TP dan Dimas Surya Utama yang selalu menyemangati dan saling mengingatkan. Kalianlah penyemangatku untuk berkontribusi dan berkarya.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, untuk itu perlu diadakannya penelitian lanjutan serta diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Bogor, Januari 2013


(8)

RIWAYAT HIDUP

NADITA ZAIRINA SUCHESDIAN, dilahirkan di Balikpapan pada tanggal 14 Juli 1990. Penulis merupaka anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ade Suchesdian dan Yenny Liza. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Islamic Village Tangerang, tahun 2005 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Islamic Village Tangerang dan tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan menengah akhir di SMA Negeri 25 Jakarta Pusat. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah tergabung sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmiahan Forum for Scientific Studies (FORCES) pada periode 2008/2009 dan 2009/2010 serta anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam periode 2009/2010 dan 2010/2011. Penulis juga pernah tergabung dalam kepanitiaan Masa Perkenalan Keluarga Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB 2009, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2010. Penulis pernah mengikuti The Third Annual Indonesian Scholars Conference in Taiwan pada Maret 2012 dan The Second Annual Indonesian Scholars Conference in Taiwan pada Maret 2011. Selain itu penulis juga pernah mengikuti berbagai lomba penulisan karya ilmiah di beberapa kompetisi dan medapatkan gelar juara. Saat ini penulis aktif dalam organisasi independen Forum Indonesia Muda dan aktif berperan dalam kegiatan sosial Rumah Belajar Forum Indonesia Muda cabang Bogor.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

Tinjauan Pustaka ... 1

2.1 Pencemaran Udara ... 1

2.2 Partikulat ... 1

2.3 Pengaruh Partikulat Pada Kesehatan ... 2

2.4 Penanggulangan Partikulat sebagai Pencemar Udara ... 3

2.5 Tanaman Hias ... 3

2.5.1 Pandan (Pandanus sp.) ... 4

2.5.2 Pisang Hias (Heliconia sp.) ... 4

2.5.3 Kaca Piring (Gardenia jasminoides) ... 5

2.5.4 Rowelia Tegak (Ruellia brittoniana) ... 5

Metodologi ... 6

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 6

3.2 Alat dan Bahan ... 6

3.3 Metode Penelitian ... 6

Hasil dan Pembahasan ... 7

4.1 Kondisi Iklim Bumi Serpong Damai ... 7

4.2 Kondisi Kendaraan Melintas Bumi Serpong Damai ... 9

4.3 Penangkapan Debu Pada Tanaman Hias ... 10

4.3.1 Massa Debu Tiap 4 Jam Sekali ... 10

4.3.2 Massa Debu Tiap 24 Jam Sekali ... 11

4.3.3 Perbandingan Massa Debu Setiap 4 Jam dan 24 Jam ... 13

4.3.4 Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi Penjerapan Debu ... 15

Kesimpulan dan Saran ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

Daftar Pustaka ... 19


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Jenis Partikulat Berdasarkan Ukuran ... 2

Jenis Tanaman Hias yang Diamati ... 6

DAFTAR GAMBAR

Halaman Pandan (Pandanus sp.) ... 4

Pisang Hias (Heliconia sp.) ... 5

Kaca Piring (Gardenia jasminoides) ... 5

Rowelia Tegak (Ruellia brittoniana) ... 6

Flowchart metode penelitian ... 7

Kota Bumi Serpong Damai ... 7

Curah hujan Tangerang bulan Juni2012 ... 7

Kelembaban Tangerang bulan Juni.2012 ... 8

Suhu udara Tangerang bulan Juni 2012 ... 8

Arah angin Tangerang bulan Juni.2012 ... 8

Kecepatan angin Tangerang bulanJuni 2012 ... 8

Frekuensi Kecepatan angin Tangerang bulan Juni 2012 ... 9

Jumlah Kendaraan Melintasi Lokasi Pengamatan ... 9

Grafik selisih massa debu 4 jam pada lokasi Jalan raya utama Serpong ... 10

Grafik selisih massa debu 4 jam pada lokasi RumahSakit Medika BSD ... 10

Grafik selisih massa debu 4 jam pada lokasi Hotel Santika BSD ... 11

Grafik selisih massa debu 24 jam pada lokasi Jalan raya Serpong ... 12

Grafik selisih massa debu 24 jam pada lokasi RS Medika BSD, ... 12

Grafik selisih massa debu 24 jam pada lokasi Hotel Santika BSD ... 12

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 1, Heliconia ... 13

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 1, Pandan Kuning ... 13

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 2, Pandan Kuning ... 14

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 2, RoweliaTegak ... 14

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 2, Kaca Piring ... 14

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 3, Rowelia Tegak ... 15

Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 3, PandanKuning ... 15 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan padat, Temperatur ...

16 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan padat, Kelembaban ...

16 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan padat, Kecepatan Angin ...

16 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan menengah, Temperatur ...

17 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan menengah, Kelembaban ...

17 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan menengah, Kecepatan Angin...

17 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan rendah, Temperatur ...

18 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan rendah, Kelembaban ...

18 Hubungan perbandingan massa debu faktor meteorologi di lokasi kendaraan rendah, Kecepatan Angin ...


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lokasi penelitian Kota Bumi Serpong Damai ... 23

Dokumentasi lokasi pengamatan ... 24

Data cuaca Tangerang bulan Juni 2012 ... 25

Jumlah kendaraan melintasi lokasi pengamatan ... 26

h massa debu tiap lokasi per 4 jam ... 27


(12)

1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi dan kenaikan jumlah penduduk yang tinggi pada daerah perkotaan dan sub perkotaan berpotensi meningkatkan kebutuhan bahan bakar untuk membangkitkan listrik, tungku-tungku industri dan transportasi. Hasil pembakaran bahan bakar tersebut merupakan sumber pencemaran udara yang ada di udara seperti CO2, NOX,

SOX, SPM (Suspended Particulate

Matter), OX serta logam berat.

Transportasi merupakan sektor yang menyumbangkan cukup banyak pencemaran udara yaitu 44% TSP (Total Suspended Particulate), 89% hidrokarbon, 100% Pb dan 73% NOX

(Budiyono 2001).

Tingkat konsentrasi zat pencemar udara yang melampaui ambang batas toleransi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu berubahnya kualitas air hujan dan serta rusaknya material yang terkena hujan asam. Dampak negatif pencemaran udara juga mempengaruhimanusia, hewan dan tumbuhan. Pada manusia, pencemaran udara menyebabkan kualitas udara memburuk sehingga mempengaruhi kesehatan masyarakat, terutama kesehatan jantung dan paru-paru. Partikel-partikel halus serta gas nitrogen oksida merupakan permasalahan dari pencemaran udara (Azwar dan Ghani 2009).

Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman memiliki kemampuan untuk menjerap debu dan menyerap gas yang berbahaya. Selain itu tanaman juga mampu menurunkan tingkat polusi lingkungan dan menghijaukan lingkungan. Kemampuan tanaman hias dalam mengurangi polutan berbahaya menjadikan tanaman yang awalnya hanya dianggap sebagai tanaman hias menjadi solusi bagi masyarakat untuk mengurangi tingkat pencemaran udara (Wolverton dan Wolverton 1993; Sulianta dan Yonathan 2009).

1.2 Tujuan

1. Memilih4 jenis tanaman hiasberpotensi menjerap debu yang

dihasilkan oleh kendaraan bermotordi Bumi Serpong Damai. 2. Mengukur massa debu yang

terjerap dari4jenis tanaman hias yang ditanam di jalur hijau Bumi Serpong Damai.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Udara

Prayudi dan Susanto (2011) menyatakan yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah apabila udara mengalami perubahan komposisi terutama terjadi penambahan gas lain yang menimbulkan gangguan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1991, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dari komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Perubahan komposisi penambahan zat, energi dan komponen lain biasanya diakibatkan oleh aktifitas manusia sehingga menimbulkan gangguan dan ketidaknyamanan.

Atmosfer merupakan tempat penyimpanan dari semua jenis pencemar baik berupa gas, cair maupun padat. Peranan atmosfer pada pencemaran udara ialah bertindak sebagai pengencer konsentrasi pencemar atau bertindak sebagai yang menyingkirkan pencemar udara, tetapi ada kalanya justru bertindak sebagai sumber pendauran (perputaran) kembali dari pencemar tersebut (Tjasyono 2004).

Departemen Kesehatan (2011) dalam rencana kerjanya juga menyatakan bahwa udara ialah media lingkungan kebutuhan dasar manusia, dimana udara perlu mendapatkan perhatian yang serius. Perhatian udara merupakan kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.

2.2 Partikulat

Partikulat adalah suatu jenis pencemar yang dapat berbentuk padat maupun cair. Partikulat memiliki ukuran 0,001-500 µm dan memiliki waktu


(13)

2

hidup di udara selama beberapa detik hingga beberapa bulan (Tjasyono 2004).

Golongan Ukuran (µm)

Asap (fumes) 0.001 - 1

Kabut (Mist) 1 - 10

Debu halus ≤ 100

Debu kasar ≥ 100

Partikulat terbentuk dari berbagai macam campuran heterogen zat cair dan sulfur dioksida yang bersifat korosif terhadap logam. Partikulat yang mengandung fluor atau magnesium oksidadapat mengganggu petumbuhan tanaman. Partikulat yang mengandung timbal (Pb) berukuran 2-3 µm dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-paru dan sulit untuk dikeluarkan serta bersifat racun. Sumber utama partikulat umumnya berasal dari aktivitas manusia yaitu pembakaran batu bara, proses industri (logam, kimia, semen dan pabrik kertas), hasil pembakaran bahan bakar kendaraan (mobil, bus dan kendaraan bermotor lainnya) kebakaran hutan dan pembakaran sampah pertanian. Selain itu partikulat juga dapat berasal dari proses produksi dan penggilingan garam laut ataupun proses pembersihan debu industri (Ostro 2004; Tjasyono 2004).

Partikulat atau debu merupakan kelompok pencemar yang perlu mendapatkan perhatian serius. Hal ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan sangat besar terhadap makhluk hidup dan lingkungan fisik lainnya. Partikel atau debu adalah benda padat yang terjadi akibat proses mekanis (pemecahan reduksi) terhadap massa padatan yang masih dipengaruhi oleh gaya gravitasi (Prayudi dan Susanto 2011).

2.3 Pengaruh Partikulat pada Kesehatan

Pencemaran udara mengakibatkan dampak terhadap segi kehidupan manusia, antara lain berpengaruh

terhadap segi kesehatan manusia, hewan, tanaman maupun dampak terhadap material. Pada konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat buruk terhadap kesehatan manusia. Gejala gangguan kesehatan biasanya dimulai dari iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, alergi kulit hingga kanker paru (Budiyono 2001). Salah satu bahan yang menyebabkan pencemaran udara adalah partikulat atau juga yang disebut dengan debu yang perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini disebabkan besarnya dampak yang timbul terhadap makhluk hidup maupun lingkungan fisik lain (Prayudi dan Susanto 2011).

Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang ada di udara tergantung pada ukuran partikulatnya. Ukuran partikulat debu yang umumnya membahayakan kesehatan adalah partikulat yang berkisar antara 0.1-10 µm. Partikulat debu yang berukuran lebih besar dari 0.6 µm akan tertahan pada saluran napas bagian atas. Partikulat berukuran ini berpotensi mengganggu saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Partikulat debu berukuran dibawah 0.3 µm akan mengikuti gerakan keluar masuk udara sementara partikulat debu berukuran 0.3-0.6 mikron akan sampai dan mengendap pada bagian alveoli paru. (Departemen Kesehatan 2011; Prayudi dan Susanto 2011).

Partikulat debu yang melayang dan beterbangan dibawa angin juga akan menyebabkan iritasi pada penglihhatan serta menurunkan daya pandang mata (visibility). Adanya kemungkinan logam beracun pada partikulat di udara juga meningkatkan bahaya partikulat bagi kesehatan. Umumnya pada udara yang tercemar, logam berbahaya terkandung di udara sebesar 0.01-3% dari seluruh partikulat debu yang berbahaya. Akan tetapi logam beracun tersebut dapat bersifat akumulatif. Logam beracun yang terkandung di udara dan terhirup oleh manusia mempunyai pengaruh yang lebih berbahaya apabila dibandingkan dengan dosis logam berbahaya yang sama yang tercampur pada makanan maupun minuman. Sebagai contoh, jika logam beracun Berilium (Be) masuk ke dalam tubuh maka dapat menimbulkan penyakit Tabel 1 Jenis partikulat berdasarkan ukuran


(14)

3

pneumonic akut. Selain itu debu arsen juga berakibat pada penyakit kanker paru dan kanker kulit (Departemen Kesehatan 2011; Prayudi dan Susanto 2011).

Sejauh ini banyak catatan mengenai pengaruh debu terhadap kesehatan manusia. Ostro (2004) mencatat beberapa kasus gangguan kesehatan yang berhubungan dengan partikulat debu yaitu kasus kematian, kanker paru-paru, rawat inap disebabkan oleh gangguan peredaran sirkulasi darah dan pernapasan serta asma baik tingkat menengah maupun tingkat serius. Selain itu, gangguan peredaran darah dapat berakibat lanjut kepada serangan jantung disertai perubahan tekanan darah dan detak jantung.

2.4 Penanggulangan Partikulat sebagai Pencemar Udara

Tingkat pencemaran udara ditetapkan dengan standar kualitas udara yang dikenal sebagai “Baku Mutu Udara”. Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, yang dimaksud dengan baku mutu udara adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara. Baku mutu udara berfungsi sebagai petunjuk kualitas udara apabila udara tersebut masih memenuhi persyaratan yang berlaku dalam baku mutu sehingga tidak terjadi kerusakan maupun kerugian yang disebabkan oleh udara (Prayudi dan Susanto 2011).

Pencemaran udara khususnya partikulat debu dapat ditanggulangi dengan menggunakan peralatan pengendali debu yang digunakan oleh pihak industri seperti bag filter, electrostatic precipitator (ESP), cyclon scrubber, serta pengawasan yang ketat pada ambang batas debu. Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No: Kep.02/MENKLH/1998 menyatakan bahwa ambang batas maksimum pencemaran debu di udara ambien adalah 260 µg/m3 dengan menggunakan metode analisa gravimetric dan peralatan high volume sampler.

Selain cara diatas, banyak penelitian yang menghasilkan

kesimpulan bahwa beberapa jenis tanaman memiliki kemampuan untuk menyerap dan menjerap polutan. Beberapa jenis tanaman mampu menyerap dan menjerap polutan serta mengurangi tingkat polutan yang dihasilkan oleh industri dan alat transportasi (Udayana 2004; Hendrasarie 2007). Wolverton dan Wolverton (1993) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa tanaman Pakis mampu menurunkan kadar formaldehyde di udara sebanyak 1863 µg/jam, Bunga Krisan menurunkn 1450 µg/jam dan Palem Punik menurunkan formaldehyde sebesar 1385 µg/jam. Palem Jari merupakan tanaman yang paling efektif menurunkan kadar formaldehyde xylene di udara yaitu sebesar 610 µg/jam. Palem juga mampu menurunkan kadar ammonia di udara sebesar 7.356 µg/jam.

Nugrahani dan Sukartiningrum (2008) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa tanaman Pisang Hias, Bungur, Bugenvil, Batavia serta Hanjuang Merah dapat ditanam di taman perkotaan. Selain itu, jenis tanaman Puring, Angsana, Bungur, Tanjung, Mahoni serta Daun Kupu-Kupu dapat ditanam dan dimanfaatkan sebagai penurun kadar timbal dan debu di udara (Sulasmini, Mahendra dan Lila 2007; Suyanti, Rushayati dan Hermawan 2008).

Toleransi tanaman terhadap polusi udara dinyatakan sebagai indeks APTI (Air Pollution Tolerance Index). APTI merupakan indeks angka yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara. Singh et al (1991) menyatakan bahwa tingkat toleransi tanaman terhadap polutan ditentukan oleh kandungan klorofil (zat hijau daun), asam ascorbic, pH daun dan kandungan air relatif (KAR) pada daun. Liu dan Ding (2008) juga menyatakan bahwa APTI dapat dimanfaatkan oleh para ahli lanskap sebagai panduan seleksi tanaman yang tahan terhadap polusi udara.

2.5 Tanaman Hias

Indonesia memiliki jenis tanaman hias yang beraneka ragam dan berlimpah. Tanaman hias dapat dijumpai dalam berbagai macam bentuk, dimulai dari bentuk rerumputan


(15)

4

dan penutup tanah, tanaman daun dan bunga, semak dan perdu yang bergerombol, liana yang mampu menjalar, merambat hingga menjuntai, hingga tanaman besar berbentuk pohon yang menjulang tinggi. Pemilihan tanaman hias bebas dipilih berdasarkan tampilan fisik (ukuran, bentuk, tekstur dan warna) serta persyaratan lingkungan baik jenis tanaman yang membutuhkan cahaya penuh maupun tanaman yang tahan naungan (Susilo 2004).

Pada dasarnya semua tanaman dengan beragam jenis dapat dikatakan sebagai tanaman hias (ornamental plants) jika tanaman tersebut ditampilkan dari sudut pandang estetika yang diterapkan sebagai elemen desain seperti warna, bentuk, ukuran, terktur serta aromanya. Elemen atau unsur desain dapat ditunjukkan melalui bagian tanaman seperti akar, batang, kulit batang, percabangan, daun, bunga, buah hingga tajuk tanaman. Tanaman yang sehat dan terpelihara dengan baik dapat memberikan kesan tampilan maksimal (Susilo 2004).

Tanaman hias, baik secara individu maupun secara berkelompok dapat ditampilkan dengan penanaman secara langsung di permukaan tanah dalam taman ataupun ditanam di dalam pot. Tanaman dalam wadah pot dapat diletakkan baik di dalam ruangan (interior decoration element) ataupun di luar ruangan (exterior decoration element). Selain itu tanaman hias juga dapat ditata dan ditampilkan dalam wadah kaca (terarium), botol maupun dibudidayakan secara vertikal (vertikultur)(Susilo 2004).

Sebagai pengisi ruang taman, tanaman hias juga berfungsi sebagai pengarah, pembatas, penyeimbang maupun pemberi aksen untuk suatu desain. Kehadiran tanaman juga mampu memberikan efek dalam menambah kualitas estetika tanaman. Hal ini dikarenakan keindahan warna-warni bunga atau daun mampu memberikan keharuman alami serta menciptakan suasana lingkungan taman yang tidak kaku. Tanaman hias dapat dijumpai pada taman rumah, taman lingkungan, taman kota, taman-taman jalur hijau jalan, taman rekreasi dan sebagainya. Sesuai dengan kebutuhannya, tanaman hias yang digunakan bisa dari jenis

tanaman rumput atau penutup tanah, herba, semak, perdu hingga jenis pohon (Susilo 2004).

2.5.1 Pandan (Pandanus sp.)

Jenis tanaman ini berasal dari daerah Afrika Timur, Malaysia, Australia serta daerah Pasifik. Tanaman ini memiliki kurang lebih 600 jenis pandan yang berbeda, beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai tanaman hias di daerah tropis. Tanaman yang hampir mirip dengan jenis palem ini mampu tumbuh setinggi 15 m atau dapat lebih tinggi lagi meskipun terdapat juga jenis Pandan yang rendah. (Verheij dan Coronel 1992; Geoff 2004).

Daun pandan berwarna hijau sepanjang tahun dengan bentuk M pada lintasan daun dan terdapat duri kecil pada permukaan dan sepanjang sisi daun. Ukurannya panjang tetapi menyempit dibagian pertemuan dengan cabang dan membentuk spiral. Batangnya berada di permukaan tanah,

memiliki banyak percabanganberbentukcincindanakar

yangtebal sebagaipenopang. Buahnya terletak pada batangnya yang pendek. (Chittenden dan Synge 1974; Verheij dan Coronel 1992).

2.5.2 Pisang Hias (Heliconia sp.) Pisang Hias (Heliconia sp.) merupakan tanaman hias yang termasuk dalam famili Musaceae dengan bentuk tanaman merumpun tinggi hingga mampu mencapai delapan meter. Jika dibandingkan dengan tanaman pisang buah, jenis tanaman ini memiliki batang yang lebih pendek dan daun yang ramping. Bunganya tersusun dalam bentuk tandan yang berdiri tegak atau menjulur ke bawah yang mampu Gambar 1Pandan (Pandanus sp.)


(16)

5

mencapai panjang 30 cm berwarna merah kekuningan dengan setiap tangkai bunganya dilapisi oleh lapisan lilin. Daunnya berbentuk oval dengan tangkai daun yang memanjang, membentukrumpunyang padatsampai dengan50atau lebihtunasberdaun pada batangnya serta memiliki rambut halus pada setiap permukaan daun (Chittenden dan Synge 1974; Setijati et al 1977; Brink dan Escobin 2003).

Tanaman ini amat digemari dan sering dimanfaatkan sebagai buket bunga dikarenakan bentuk bunganya yang menarik serta tahan lama dan tidak cepat layu (Departemen Pertanian 2004; Susilo 2004). Tanaman ini dapat ditemukan di Amerika Selatan dan tersebar luas di daerah Pasifik, Malesia serta daerah tropika lainnya (Setijati et al 1977).

2.5.3 Kaca Piring (Gardenia jasminoides)

Tanaman berfamili Rubiaceae ini didatangkan dari Cina dan Jepang dan sudah umum dijumpai di daerah Asia Tenggara. Tumbuhan ini mampu berkembang dengan baik di daerah pegunungan mulai ketinggian 400 m dpl dan mampu mencapai tinggi 5-6 m. Bila tanaman ini ditanam di dataran rendah, ukuran bunganya akan mengecil dan jumlahnya akan berkurang. Akan tetapi jika ditanam di dataran tinggi mulai ± 3000 kaki dari permukaan laut, tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik dan lebat. Tanaman ini sering ditanam di pekarangan karena bentuk tajuk pohonnya yang membulat. Tanaman ini merupakan jenis tanaman bersemak tegak dimana perakarannya dari batang. Daunnya yang terletak pada posisi yang saling berlawanan, berwarna hijau tua, licin mengkilat, berbentuk elips dan menyempitdi kedua ujung. Bunganya

berwarna putih dan berbentuk seperti terompet dan digunakan sebagai bunga potong hias. (Chittenden dan Synge 1974; Setijati et al 1977; Heyne 1987; Lemmens dan Bunyapraphatsara 2003).

Jenis tanaman ini terkenal di daerah beriklim hangat dan memiliki sekitar 120 jenis tanaman yang sebagian besar tersebar di daerah Afrika, Asia beriklim tropis, Australia utara serta kepulauan Pasifik. Di beberapa daerah, bunganya diekstrak untuk digunakan sebagai bahan wangi-wangian dan bahan minyak rambut (Chittenden dan Synge 1974; Setijati et al 1977; Lemmens dan Bunyapraphatsara 2003; Geoff 2004).

2.5.4 Rowelia Tegak (Ruellia brittoniana)

Tanaman berfamili Acanthaceae ini terdiri dari sekitar 200 spesies jenis semak, pohon dan merupakan tanaman asli dari Amerika, tetapi juga tersedia di Afrika, Asia dan Australia. Daunnya terletak saling berlawanan dan penuh pada batangnya, berwarna hijau tua dan memiliki bulu yang jarang. Daunnya berbentuk lonjong dan memiliki panjang sekitar 8-15 cm. Batangnya kecil dan tegak. Bunganya berukuran kurang lebih 8 cm dengan rambut penutup yang halus, berbentuk menyempit di bawah tetapi melebar diatasnya, biasanya berwarna merah, merah muda serta ungu dengan lima kelopak bunga. Tanaman ini dapat tumbuh secara liar maupun ditanam di pinggir kebun (Heyne 1987; Lemmens dan Bunyapraphatsara 2003; Geoff 2004).

Gambar 2Pisang Hias (Heliconia sp.)


(17)

6

III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2012. Pengambilan data dilaksanakan di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan sebanyak tiga titik lokasi, yaitu 1) Jalan Raya Serpong, Pintu Gerbang BSD, 2) Rumah Sakit Medika BSD dan 3) Hotel Santika BSD. Ketiga daerah ini dipilih berdasarkan tingkat kepadatan jalur transportasi serta penanaman tanaman hias pada tiap jalur. Lokasi pengambilan sampel juga dibedakan berdasarkan tingkat kepadatan lalu lintas tinggi, sedang dan rendah. Pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer, Departemen Geofisika dan Meteorologi Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalahseperangkat komputer yang dilengkapi dengan progam Ms. Word dan Ms. Excel, program WR Plot dari Environmental Lakes, plastik sampel, double tape, gunting, alat tulis, alat penghitung untuk menghitung jumlah kendaraan yang melintas lokasi pengamatan serta timbangan massa digital dengan ketelitian 0.001 g untuk menimbang massa debu yang tertangkap daun. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa spesies tanaman hias yang ditanam di tiga jalur lokasi pengamatan yang telah ditentukan.

Nama

Tanaman Nama Latin

Pandan Kuning Pandanus sp.

Heliconia Heliconia sp.

Kaca Piring

Gardenia jasminoides

Rowelia Tegak

Ruellia brittoniana 3.3 Metode Penelitian

Metode penangkapan debu dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode gravimetric, yaitu metode analisis berdasarkan pengukuran berat dari suatu endapan. Akan tetapi dalam penelitian ini metode yang dilakukan berdasarkan metode yang digunakan oleh Michael (1986). Penangkapan debu ini dilakukan dengan menggunakan double tape. Double tape berukuran 1x1 cm2 ditempelkan pada daun tanaman yang digunakan untuk analisis penjerapan debu transportasi. Double tape ditempelkan ke daun dan dipotong sesuai dengan bentuk double tape untuk ditimbang (K0). Hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui berat sampel dari daun dan double tape sebelum debu menempel pada permukaan. Double tape berukuran 1x1 cm2 kembali ditempelkan di permukaan daun tanaman dan dibiarkan selama 4 jam dan 24 jam agar debu menempel di permukaan double tape. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan, daun dipotong sesuai dengan bentuk double tape. Setelah itu sampel daun dan daun yang ditempeli debu (K1)

ditimbang. Selisih berat antara K0 dan

K1 diasumsikan sebagai banyaknya

debu yang menempel pada daun dengan luasan 1x1 cm2. Gambar 1 menunjukkan alur pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini.

Tabel 2 Jenis tanaman hias yang diamati

Gambar 4Rowelia Tegak (Ruellia ... brittoniana)


(18)

7

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

C

ur

a

h

H

uj

a

n (

m

m

)

Waktu (tanggal) Keterangan:

K1 = Massa daun dan selotip yang telah

ditempeli debu

K0 = Massa daun dan selotip yang

belum ditempeli debu

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Iklim Bumi Serpong

Damai

Bumi Serpong Damai (BSD) merupakan kota mandiri yang terletak di kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan. Daerah ini meliputi Desa Rawa Buntu, Rawa Mekar Jaya, Lengkong Gudang Barat, Lengkong Gudang Timur, Lengkong Wetan, Cilenggang, Setu, Ciater, Serpong dan Buaran. Bumi Serpong Damai terletak ± 25 Km dari Jakarta dan ± 17 Km dari arah Kota Tangerang (Ratnasih 2012).

Kota BSD memiliki iklim tropis basah dengan perbedaan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Suhu rata-rata berkisar pada nilai 26.5 0C dengan suhu maksimum mencapai 33.8

0

C dan suhu minimum mencapai 21.8

0

C. Curah hujan yang tercatat adalah 2000-2500 mm/tahun dengan kelembaban udara sebesar 55-86%. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan masyarakat dan berkurangnya ruang terbuka hijau di kawasan BSD, keadaan klimatologi di daerah tersebut menjadi semakin tidak nyaman dan cukup panas bagi penghuni (Wibisono 2008).

Gambar 8 menjelaskan kelembaban yang terjadi di Tangerang pada saat pengukuran dilakukan. Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Juni 2012 kelembaban yang terjadi berkisar dari nilai 70-88%. Secara umum nilai kelembaban ini cukup tinggi. Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan banyaknya badan air di daerah Tangerang. Pada lokasi BSD sendiri terdapat badan air berupa air mancur, kolam dan danau. Selain itu tingginya nilai kelembaban kemungkinan juga Massa Debu terjerap = K1 - K0

Gambar 5Flowchart metode penelitian

Gambar 7Curah hujan Tangerang bulan ...Juni 2012


(19)

8

0 20 40 60 80 100

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

K

e

le

m

ba

ba

n (

%

)

Waktu (tanggal)

25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

S

uhu U

da

ra

(

O

C)

Waktu (tanggal)

0 1 2 3 4 5

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

K

e

ce

p

at

an

an

g

in

(

m

/s)

Waktu (tanggal) dikarenakan terbawanya uap air dari

daerah lain.

Gambar 9 menunjukkan suhu udarayang terjadi pada bulan Juni 2012. Pada diagram ini ditunjukkan bahwa suhu yang terjadi di Tangerang berkisar dari nilai 26.5-29.5 0C. Nilai suhu ini tergolong tinggi kemungkinan diakibatkan oleh aktivitas masyarakat Tangerang, kegiatan industri serta kurangnya lahan hijau sehingga menyebabkan suhu Tangerang cukup tinggi.

Gambar 10 menunjukkan arah angin yang terjadi pada bulan Juni 2012. Gambar tersebut menunjukkan bahwa angin yang bertiup di daerah Tangerang bulan Juni 2012 berasal dari arah utara, timur laut, timur, tenggara dan selatan. Angin yang bertiup pada lokasi penelitian dominan bertiup dari timur menuju barat dengan kecepatan 0.5 hingga 5.7 m/s.

Gambar 11 menunjukkan kecepatan angin yang terjadi sementara gambar 12 menunjukkan frekuensi kecepatan angin yang terjadi pada bulan Juni 2012. Diagram ini menunjukkan bahwa nilai kecepatan angin yang terjadi berkisar antara 0 hingga 4 m/s dengan frekuensi kecepatan angin terbanyak pada kecepatan 2.1 hingga 3.6 m/s. Nilai kecepatan angin pada lokasidipengaruhi olehberbagai hambatan yang ada di Tangerang berupa perumahan, gedung bertingkat serta pepohonan.

Gambar 8Kelembaban Tangerang bulan ... Juni 2012

Gambar 9Suhu udara Tangerang bulan ...Juni.2012

Gambar 11Kecepatan angin Tangerang ... bulanJuni 2012

Gambar 10 Arah angin Tangerang bulan ... Juni.2012


(20)

9

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Jum

la

h k

e

nda

ra

a

n

m

e

li

nt

a

s (

U

ni

t)

Waktu pengambilan data (WIB)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

4.2 Kondisi Kendaraan Melintas Daerah Bumi Serpong Damai Berdasarkan hasil penghitungan, total jumlah kendaraan yang melintas selama pengukuran di tiga lokasi penelitian dari tanggal 18-21 Juni 2012 sebanyak 23 507 unit/5 menit. Jumlah ini sudah termasuk ke dalam jumlah kendaraan pribadi, kendaraan umum, motor, truk dan angkutan lainnya. Penghitungan kendaraan ini dilakukan setiap empat jam sekali selama lima menit penghitungan di setiap lokasi. Jumlah kendaraan bermotor tertinggi dijumpai di lokasi pengamatan satu yaitu di jalan raya Serpong gerbang utama BSD pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 07.46 WIB.

Jumlah kendaraan yang melintasi lokasi pengamatan ini terhitung sebanyak 3046

unit/5 menit. Hal ini dikarenakan waktu tersebut adalah waktu berangkat kerja pegawai kantor. Selain itu lokasi pengamatan tersebut adalah jalan raya utama yang menghubungkan masyarakat sekitar dengan jalan tol jalur Tangerang – Jakarta.

Jumlah kendaraan bermotor terendah dijumpai di lokasi tiga yaitu daerah Hotel Santika BSD pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 01.43 WIB. Jumlah kendaraan yang melintasi lokasi pengamatan ini terhitung sebanyak 7 unit/5 menit. Hal ini dikarenakan karena waktu tersebut adalah tengah malam saat tidak banyak kendaraan berlalu lalang. Selain itu lokasi hotel yang berada di dalam dan memerlukan kondisi yang tenang juga menjadi faktor jumlah kendaraan yang melintas sangat sedikit.

Daerah lokasi dua yaitu daerah depan Rumah Sakit Medika BSD memiliki jumlah volume kendaraan sedang. Hal ini dikarenakan lokasi rumah sakit Medika terletak di daerah yang strategis, tidak terlalu dekat dengan jalur utama tetapi mudah dan cepat dijangkau oleh kendaraan umum dan pribadi. Pada lokasi dua tercatat volume kendaraan tertinggi sebanyak 531 unit/5 menit pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 17.22 WIB.

Padatnya jumlah kendaraan ini dikarenakan pada waktu tersebut merupakan waktu arus balik para Gambar 12 Frekuensi kecepatan angin

...Tangerang.bulan Juni 2012


(21)

10 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 -100 0 100 200 300 400 500 600 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 Jum la h k e nda ra a n m e li nt a s ( uni t) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g)

Waktu pengukuran (WIB)

Heliconia Pandan Kuning Kendaraan melintas

0 100 200 300 400 500 600 -100 0 100 200 300 400 500 600 16. 20 20. 53 0. 15 04. 30 09. 01 13. 28 17. 43 21. 20 01. 31 05. 05 09. 55 13. 55 17. 22 21. 08 01. 17 05. 33 09. 47 13. 52 Jum la h k e nda ra a n m e li nt a s ( uni t) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g)

Waktu pengukuran (WIB)

Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Kendaraan melintas

pekerja baik dari sekitar lingkungan Tangerang Selatan maupun arus balik kendaraan dari Jakarta menuju Tangerang.

4.3 Penangkapan Debu Pada Tanaman Hias

4.3.1 Massa Debu Tiap Empat Jam Sekali

Gambar 14(a) menunjukkan hasil pengukuran massa debu di lokasi 1 dimana jenis Heliconia menangkap debu lebih banyak dibandingkan Rowelia tegak. Jika dirata-ratakan, Heliconia menangkap debu sebanyak 53.73 mg/hari sementara Rowelia Tegak menangkap debu sebanyak 29.86 mg/hari. Selisih penangkapan debu pada kedua tanaman dipengaruhi oleh angin dan ciri karakteristik tanaman tersebut.

Arah angin yang dominan mempengaruhi tanaman untuk menangkap debu. Selain itu

karakteristik tanaman berupa rambut-rambut halus yang terdapat di permukaan daun membantu tanaman untuk menangkap dan mempertahankan debu di permukaan daun.

Gambar 14(a) juga menjelaskan bahwa debu lebih banyak ditangkap pada malam hari dibandingkan dengan waktu siang hari. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada saat malam hari terjadi penurunan suhu sehingga udara bergerak ke arah bumi. Pergerakan udara ke arah bumi juga membawa berbagai macam partikel yang terkandung di udara salah satunya berupa debu sehingga debu lebih banyak tertangkap di malam hari. Selain itu, faktor arah dan kecepatan angin juga turut berpengaruh dalam menentukan berat debu yang tertangkap pada tanaman terebut.

Pada lokasi 2 Kaca Piring menangkap debu paling banyak dari tiga jenis tanaman yang ada. Rata-rata Kaca Piring menangkap

(a)

(b)

Gambar 14 Grafik selisih massa debu 4 jam pada lokasi: (a) lokasi Jalan raya utama Serpong, ... (b) RumahSakit Medika BSD


(22)

11 0 50 100 150 200 250 -60 -40 -20 0 20 40 60 16. 53 21. 23 00. 30 04. 48 09. 20 13. 56 17. 59 21. 42 01. 43 05. 22 10. 15 14. 14 17. 44 21. 18 01. 36 05. 58 10. 14 14. 16 Jum la h k e nda ra a n m e li nt a s ( uni t) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g)

Waktu pengukuran (WIB)

Rowelia Tegak Pandan Kuning Kendaraan melintas

debu sebanyak 40.19 mg/hari. Jumlah rata-rata ini lebih banyak dibandingkan rata-rata penangkapan debu Pandan Kuning sebanyak 29.20 mg/hari dan Rowelia Tegak sebanyak 18.05 mg/hari.

Kaca Piring memiliki permukaan daun yang licin dan halus jika dibandingkan dengan permukaan daun Pandan Kuning dan Rowelia Tegak yang kasar. Pada lokasi 2, Kaca Piring mampu menangkap debu lebih banyak kemungkinan diakibatkan tidak adanya tajuk pepohonan diatas Kaca Piring sehingga tidak menagganggu penangkapan debu. Sementara pada tanaman Pandan Kuning dan Rowelia Tegak terdapat tajuk pepohonan diatas kedua tanama tersebut sehingga mempengaruhi penangkapan debu pada kedua jenis tanaman tersebut.

Gambar 14(b) juga menjelaskan bahwa lokasi 2 menangkap debu lebih banyak pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Penurunan suhu pada malam hari merupakan faktor penyebab debu banyak tertangkap di malam hari.

Gambar 15 menunjukkan selisih massa debu yang tertangkap pada lokasi Hotel Santika BSD. Pada lokasi ini Pandan Kuning menangkap debu lebih banyak dibandingkan dengan Rowelia Tegak. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata penangkapan debu Pandan Kuning sebanyak 26.82 mg/ahri sementara Rowelia Tegak menangkap debu 16.28 mg/hari.

Jumlah debu yang tertangkap pada lokasi ini dipengaruhi faktor arah dan kecepatan angin yang terjadi serta karakteristik fisik jenis tanaman. Selain

itu pada lokasi 3 ini juga terdapat pepohonan sehingga tajuk pohon mempengaruhi jumlah penangkapan debu pada masing-masing jenis tanaman terutama pada malam hari. Pada lokasi 3 ini penangkapan debu secara banyak terjadi pada malam hari meskipun pada siang hari terdapat juga terjadi penangkapan debu oleh tanaman.

Pada data lokasi 3 ini terdapat data error. Hal ini dikarenakan data sampel tidak langsung diukur di lapangan sehingga kandungan air pada daun sampel berkurang dan mempengaruhi massa debu yang menempel pada permukaan daun.

4.3.2 Massa Debu Tiap 24 Jam Sekali

Gambar 16 menunjukkan selisih massa debu selama 24 jam yang tertangkap pada lokasi Jalan raya Serpong. Pada lokasi ini Heliconia menangkap debu dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan Pandan Kuning. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penangkapan debu oleh Heliconia sebanyak 59.53 mg/hari sementara Pandan Kuning menangkap debu sebanyak 9.56 mg/hari. Jumlah debu yang tertangkap pada lokasi ini dipengaruhi oleh faktor arah dan kecepatan angin yang terjadi serta karakteristik fisik jenis tanaman.


(23)

12 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 0 20 40 60 80 100

15.46 - 17.33 17.33 - 17.03 17.03 - 17.15 Jum

la h k e nda ra a n m e li nt a s ( uni t) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g)

Waktu pengukuran (WIB)

Heliconia Pandan Kuning Kendaraan melintas

0 500 1000 1500 2000 2500 -10 0 10 20 30 40 50 60

16.20 - 17.43 17.43 - 17.22 17.22 - 17.40 Jum

la h k e nda ra a n m e li nt a s ( uni t) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g)

Waktu pengukuran (WIB)

Pandan Kuning Rowelia tegak Kaca piring Kendaraan melintas

480 490 500 510 520 530 540 550 560 -10 0 10 20 30 40 50 60

16.53 - 17.59 17.59 - 17.44 17.44 - 18.00

Jum la h k e nda ra a n m e li nt a s ( uni t) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g)

Waktu pengukuran (WIB)

Rowelia tegak Pandan kuning Kendaraan melintas

Pada lokasi 1 ini juga didapatkan hasil bahwa jumlah kendaraan yang melintas mempengaruhi jumlah selisih massa debu yang terjerap oleh tanaman pada lokasi tersebut.

Gambar 16 Grafik selisih massa debu 24 jam pada lokasi: (a) Jalan raya Serpong, (b) RS Medika BSD, ...(c) Hotel Santika BSD

(a)

(b)


(24)

13 0 100 200 300 400

1 2 3

P e rb an d in g a n m assa de bu ( m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

0 50 100 150 200

1 2 3

P e rba ndi ng a n m a ss a de bu (m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

Pada lokasi pengamatan 2 Kaca Piring menangkap debu lebih banyak dibandingkan Pandan Kuning dan Rowelia Tegak yang juga ditanam di lokasi yang sama. Hal ini dibuktikan dengan Kaca Piring menangkap debu sebanyak 47.95 mg/hari sementara Pandan Kuning menangkap debu 24.01 mg/hari dan Rowelia Tegak menangkap 17.87 mg/hari. Pada grafik terdapat nilai selisih massa debu minus. Nilai minus ini kemungkinan diakibatkan terjadinya penguapan kandungan air pada daun, mengingat sampel daun tidak langsung ditimbang setelah diambil dari lokasi pengamatan. Faktor arah dan kecepatan angin yang terjadi serta karakteristik fisik jenis tanaman mempengaruhi banyaknya massa debu yang terjerap pada tanaman tersebut.

Pada lokasi pengamatan 3 Rowelia Tegak menangkap debu lebih banyak bila dibandingkan dengan Rowelia Tegak. Hal ini dibuktikan dengan Rowelia Tegak menangkap debu sebanyak 39.75 mg/hari sementara Pandan Kuning menangkap debu sebanyak 24.75 mg/hari. Pada grafik ini juga terdapat nilai minus yang kemungkinan dikarenakan penguapan kandungan air pada daun. Penguapan ini menyebabkan terjadinya kesalahan berat pada timbangan massa debu di permukaan daun.

Pada grafik ini faktor arah dan kecepatan angin yang terjadi serta karakteristik fisik jenis tanaman mempengaruhi banyaknya massa debu yang terjerap pada tanaman. Selain itu, adanya tajuk pepohonan yang menutupi

tanaman yang diteliti juga mempengaruhi jumlah debu yang tertangkap oleh tanaman.

4.3.3 Perbandingan Massa Debu Setiap 4 Jam dan 24 Jam Jika hasil penangkapan debu dari kedua metode diperbandingkan, maka akan terlihat metode pengukuran 4 jam mengumpulkan debu lebih banyak daripada metode pengukuran 24 jam. Hal ini disebabkan oleh media double tape yang digunakan sebagai metode penangkapan debu. Pada pengukuran per 4 jam, double tape belum terlalu jenuh oleh debu sehingga dalam rentang waktu 4 jam double tape masih mampu menangkap debu yang disebabkan oleh kendaraan maupun yang diterbangkan oleh angin.

Pada pengukuran per 24 jam, doubletape yang digunakan untuk menangkap debu mengalami kejenuhan dan pengurangan daya rekat sehingga tidak mampu lagi menangkap debu yang beterbangan. Kedua faktor inilah yang menyebabkan penangkapan debu kurang efektif bila dibandingkan dengan metode pengukuran 4 jam.

Gambar 17 menunjukkan perbandingan debu yang tertangkap berdasarkan metode pengukuran per 4 jam dan per 24 jam.

Kedua gambar tersebut menunjukkan selisih perbandingan penangkapan debu pada tanaman Heliconia dan Pandan Kuning yang ada di lokasi 1.Pada pengukuran per 4 jam, Heliconia menangkap debu paling tinggi 374.6 mg pada hari ketiga Gambar 17 Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 1: (a) Heliconia, ... (b) Pandan Kuning

(b) (a)


(25)

14 0 50 100 150 200

1 2 3

P e rb an d in g a n m assa de bu ( m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

0 50 100 150

1 2 3

P e rb an d in g a n m assa de bu ( m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

-100 0 100 200 300 400

1 2 3

P e rba ndi ng a n m a ss a de bu (m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

0 50 100 150 200

1 2 3

P e rba ndi ng a n m a ss a de bu (m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

sementara pada metode pengukuran per 24 jam Heliconia menangkap debu paling banyak 98.7 mg pada hari kedua. Pada Pandan Kuning, metode pengukuran per 4 jam menangkap debu paling banyak 177.1 mg pada hari kedua sementara pada pengukuran per 24 jam paling banyak menangkap 21.5 mg debu pada hari ketiga.

Terlihat jelas bahwa metode pengukuran per 4 jam menangkap debu lebih banyak dibandingkan pengukuran per 24 jam. Perbedaan penangkapan massa debu ini dikarenakan jenuhnya double tape dan berkurangnya daya rekat sehingga debu tidak mampu lagi menempel di permukaan double tape.

Gambar 18 menunjukkan selisih perbandingan massa debu yang tertangkap oleh double tape pada lokasi 2. Grafik ini juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu metode pengukuran per 4 jam mampu menangkap debu lebih banyak dibandingkan dengan metode pengukuran per 24 jam. Pada

Pandan Kuning, pengukuran per 4 jam menangkap debu paling banyak 182.75 mg pada hari kedua sementara pada metode per 24 jam menangkap debu paling banyak 32.05 mg pada hari ketiga.

Pada tanaman Rowelia Tegak, metode pengkuran per 4 jam menangkap debu paling banyak 104.6 mg pada hari 3 sementara pada metode per 24 jam menangkap debu sebanyak 22.7 mg pada hari 3. Tanaman Kaca Piring pada metode per 4 jam menangkap debu sebanyak 305.7 mg pada hari 3 sementara pada metode per 24 jam menangkap debu sebanyak 49.9 mg pada hari 1.

(a)

(b)

(c)

Gambar 18 Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 2: (a) Pandan Kuning, ... (b) Rowelia Tegak, (c) Kaca Piring.


(26)

15 -50 0 50 100 150

1 2 3

P e rba ndi ng a n m a ss a de bu (m g )

Waktu pengamatan (Hari)

Per 4 Jam Per 24 Jam

-100 0 100 200 300 400 500 600 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Heliconia Pandan Kuning

Gambar 19 menunjukkan selisih perbandingan massa debu yang tertangkap pada lokasi 3. Grafik ini menunjukkan hasil yang berbeda meskipun secara umum pengukuran per 4 jam menangkap debu lebih banyak dibandingkan pengukuran per 24 jam. Pada Rowelia Tegak, pengukuran per 4 jam menangkap debu paling banyak 146.2 mg pada hari 3 sementara pada metode per 24 jam menangkap debu paling banyak 55.05 mg pada hari 2.

Pada tanaman Pandan Kuning, metode pengukuran per 4 jam menangkap debu paling banyak 140.6 mg pada hari 1 sementara pada metode per 24 jam menangkap debu sebanyak 43 mg pada hari 3.

4.3.4 Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi Penjerapan Debu

Beberapa faktor meteorologis yang terjadi pada waktu pengukuran mempengaruhi massa debu yang terjerap di permukaan daun. Faktor meteorologi yang mempengaruhi adalah faktor temperatur, kelembaban, kecepatan dan arah angin serta curah hujan. Pengukuran dilaksanakan pada bulan Juni yaitu pada musim kemarau sehingga pada waktu pengukuran tidak terjadi hujan.

Gambar 20 (a) menunjukkan perbandingan massa debu yang terjerap oleh tanamanterhadap temperatur pada lokasi padat kendaraan. Pada saat temperatur mencapai suhu tinggi maka perbandingan massa debu pada permukaan daun rendah. Hal ini

kemungkinan dikarenakan pada saat siang hari terjadi kenaikan suhu sehingga udara bergerak ke arah atas. Pergerakan udara ke arah atas juga membawa berbagai macam partikel yang terkandung di udara salah satunya berupa debu sehingga debu melayang di udara.

Gambar 20 (b) menjelaskan mengenai hubungan perbandingan massa debu yang terjerap dan kelembaban. Semakin besar nilai kelembaban maka massa debu yang terjerap permukaan daun juga tinggi. Hal ini dikarenakan udara mengandung uap air sehingga partikel debu juga ikut terbawa oleh uap air dan akhirnya terjerap oleh permukaan daun.

Gambar 20 (c) menjelaskan hubungan antara perbandingan massa debu yang terjerap dan kecepatan angin. Pada grafik ini terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan angin yang terjadi maka massa debu yang terjerap akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan jika angin yang membawa partikel debu bergerak dengan kecepatan yang tinggimaka permukaan daun tanaman tidak mampu menjerap debu sehingga debu akan lolos dari tanaman.

Gambar 21 (a) menunjukkan hubungan massa debu yang terjerap oleh tanaman dan temperatur pada lokasi lalu lintas sedang. Grafik ini menjelaskan saat temperatur semakin tinggi maka penjerapan debu oleh daun tanaman rendah. Hal ini sama dengan kondisi lokasi lalu lintas tinggi dimana saat suhu tinggi maka udara yang membawa debu akan bergerak ke arah atas.

(a)

Gambar 19 Perbandingan selisih massa debu yang tertangkap di lokasi 3: (a) Rowelia Tegak, ... (b) Pandan Kuning


(27)

16 69 70 71 72 73 74 75 -100 0 100 200 300 400 500 600 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 K e le m ba ba n ( % ) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Heliconia Pandan Kuning Kelembaban

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 -60 -40 -20 0 20 40 60 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 K e ce p at an an g in ( m /s) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Rowelia Tegak Pandan Kuning Kecepatan Angin

-100 0 100 200 300 400 500 600 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Gambar 21 (b) menunjukkan perbandinganantara massa debu yang terjerap oleh tanaman dan kelembaban. Grafik ini menjelaskansemakin besar nilai kelembaban maka massa debu yang terjerap permukaan daun juga semakin besar. (a)

(b)

(c)

Gambar 20 Hubungan perbandingan massa debu terjerap dan faktor meteorologi di lokasi ...kendaraan:padat (a) Temperatur, (b) Kelembaban, (c) Kecepatan angin


(28)

17 69 70 71 72 73 74 75 -100 0 100 200 300 400 500 600 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 K e le m ba ba n ( % ) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Kelembaban

0 1 2 3 4 5 -100 0 100 200 300 400 500 600 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 K e ce p at an an g in ( m /s) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Kecepatan angin

Gambar 21 (c) menjelaskan hubungan antara massa debu yang terjerap dan kecepatan angin. Grafik ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan angin yang terjadi maka massa debu yang terjerap akan semakin rendah.

Gambar 22 (a) adalah perbandingan antara massa debu yang terjerap dan temperatur pada lokasi kendaraan rendah Grafik ini menjelaskan kondisi. saat temperatur tinggi maka perbandingan massa debu terjerap pada permukaan daun rendah. Gambar 22 (b) menjelaskan mengenai hubungan (a)

(b)

(c)

Gambar 21 Hubungan perbandingan massa debu terjerap dan faktor meteorologi di lokasi ...kendaraan menengah: (a) Temperatur, (b) Kelembaban, (c) Kecepatan angin


(29)

18 28,2 28,3 28,4 28,5 28,6 28,7 28,8 28,9 -60 -40 -20 0 20 40 60 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 T e m pe ra tur ( 0 C) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Rowelia Tegak Pandan Kuning Temperatur

69 70 71 72 73 74 75 -60 -40 -20 0 20 40 60 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 K e le m ba ba n ( % ) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Rowelia Tegak Pandan Kuning Kelembaban

0 1 2 3 4 5 -60 -40 -20 0 20 40 60 15. 46 19. 46 23. 46 03. 46 07. 46 11. 46 17. 33 21. 03 01. 17 04. 55 09. 35 13. 30 17. 03 20. 48 00. 58 05. 22 09. 33 13. 32 K e ce p at an an g in ( m /s) P e rba ndi ng a n m a ss a de bu ( m g )

Waktu pengukuran (WIB)

Rowelia Tegak Pandan Kuning Kecepatan angin

massa debu yang terjerap dan kelembaban.

Semakin besar nilai kelembaban maka massa debu yang terjerap di permukaan daun juga tinggi.Gambar 20 (c) menjelaskan hubungan antara perbandingan massa debu yang terjerap dan kecepatan angin. Semakin tinggi kecepatan angin yang terjadi maka massa debu yang terjerap juga akan semakin kecil.

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Empat jenis tanaman yang ada di BSD adalah Heliconia, Pandan Kuning, Rowelia Tegak dan Kaca Piring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat jenis tanaman mampu menjerap debu yang dihasilkan oleh kendaraan (a)

(b)

(c)

Gambar 22 Hubungan perbandingan massa debu terjerap dan faktor meteorologi di lokasi ...kendaraan rendah (a) Temperatur, (b) Kelembaban, (c) Kecepatan angin


(30)

19

bermotor yang dibuktikan dengan adanya massa debu yang terjerap oleh daun dari masing-masing jenis tanaman yang diteliti. Dua faktor yang mempengaruhi penjerapan debu pada permukaan daun adalah faktor meteorologis dan faktor biologis. Faktor meteorologis yang mempengaruhi adalah temperatur, kelembaban serta kecepatan dan arah angin sementara faktor biologis yang mempengaruhi adalah karakteristik tanaman dan tajuk pepohonan.

Pada metode pengukuran per 4 jam, Heliconia di lokasi kepadatan kendaraan tinggi menangkap debu sebanyak 53.73 mg/hari. Pada lokasi kepadatan kendaraan sedang, Kaca Piring menangkap debu sebanyak 40.19 mg/hari. Pada lokasi kepadatan kendaraan rendah, Pandan Kuning menangkap debu sebanyak 26.82 mg/hari. Pada metode pengukuran per 24 jamdilokasi kepadatan kendaraan tinggi, Heliconia menangkap debu sebanyak 59.53 mg/hari. Pada lokasi kepadatan kendaraan sedang,Kaca Piring menangkap debu sebanyak 47.95 mg/hari. Pada lokasi kepadatan kendaraan rendah,Rowelia Tegak menangkap debu sebanyak 39.75 mg/hari. Perbandingan hasil data dari kedua metode ini menunjukkan bahwa metode pengukuran per 4 jam lebih baik dibandingkan dengan metode pengukuran per 24 jam.

5.2 Saran

Developer Bumi Serpong Damai dapat menanam Heliconia, Rowelia Tegak, Kaca Piring dan Pandan Kuning untuk menjerap debu di udara pada kawasan perumahan yang dibangun serta jalur hijau kendaraan. Pemilihan tanaman dengan permukaan daun yang kasar dapat dilakukan sehingga penangkapan debu diharapkan lebih efektif. Penanaman satu jenis atau penanaman secara kombinasi juga dapat dilakukan sehingga penangkapan debu akan lebih baik. Cara penanaman ini tidak hanya diharapkan bermanfaat untuk menghijaukan lingkungan BSD yang padat dengan kendaraan yang melintas, tetapi juga diharapkan mampu menurunkan kadar debu yang ada di udara pada kawasan tersebut. Kawasan BSD yang merupakan salah satu sentra

pembangunan kawasan rumah huni diharapkan pula mampu menjaga lingkungan perumahan tetap asri dan nyaman dengan penanaman tanaman hias.

Selain itu, penelitian lebih lanjut mengenai tanaman hias dengan kemampuan menjerap debu perlu dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian mengenai kemampuan berbagai macam jenis tanaman dapat diketahui dan dimanfaatkan untuk keperluan penanggulangan polusi udara. Metodologi penelitian yang lebih efektif perlu diperhatikan agar hasil penelitian tidak error dan data lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar D.H. dan Ghani I. 2009. The Importance of Green Space: Towards a Quality Living Environment in Urban Space. International Journal of Architectural Research Vol.3 Maret 2009: 245-262.

Brink M dan Escobin R.P., editor. 2003. Plant Resourcesof South-East Asia No. 17, Fibre Plants. Bogor: Prosea Foundation.

Budiyono A. 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan. Berita Dirgantara Vol. 2 No. 1 Maret 2001: 21-27.

Chittenden F.J. Dan Synge P.M. 1974. Dictionary of Gardening: A practical and Scientific Encylopaedia of Horticulture Volume II: Co-Ja. Britain: Oxford University Press.

__________. 1974. Dictionary of Gardening: A practical and Scientific Encylopaedia of Horticulture Volume III: Je-Pt. Britain: Oxford University Press.

__________. 1974. Dictionary of Gardening: A practical and Scientific Encylopaedia of Horticulture Volume IV: Pt-Zy. Britain: Oxford University Press.

Crockett J.U. 1971. Evergreens. New York: Time-Life Book.

__________. 1972. Flowering House Plants. New York: Time-Life Book.

Departemen Kesehatan. 2011. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. [terhubung berkala] [11 November 2011].

Departemen Pertanian. 2004. Tanaman Hias di Perkantoran (Mengenal dan


(31)

20

Merawat). Jakarta: Departmen Pertanian Direktorat Tanaman Hias. GeoffB. 2004. Botanica: The Illustrated A-Z

of Over 10.000 Garden Plants and How To Cultivate Them. Italy: Random House Australia Pty Ltd. Hendrasarie N. 2007. Kajian Efektivitas

Tanaman Dalam Menjerap Kandungan Pb Di Udara. J. Rekayasa Perencanaan Vol. 03 No. 2, Febuari 2007: 1-15.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Jakarta, penerjemah; Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Iin H.S. 2009. Tanaman Hias Indonesia. Depok: Penebar Swadaya.

Lemmens R.H.M.J dan Bunyapraphatsara N., editor. 2003. Plant Resourcesof South-East Asia No. 12(3), Medicinal and Poisonous Plants (3). Bogor: Prosea Foundation.

Liu YJ and Ding H. 2007. Variation in Air Pollution Tolerance Index of Plant Near a Steel Factory: Implications for Landscape Plant Selection for Industrial Areas. Wseas Transactions on Environment and Development. Vol. 4 January 2008: 24-32.

Michael P. 1986. Ecological Methods for Field and Laboratory Investigation. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing.

Nugrahani P., Sukartiningum. 2008. Indeks Toleransi Polusi Udara (APTI) Tanaman Median Jalan Kota Surabaya. J. Pertanian Mapeta Vol. 10 No. 2: 86-92.

Ostro B. 2004. Outdoor Air Pollution: Assesing The Environmental Burden of Disease at National and Local Levels. WHO Environmental Burden of Disease Series No. 5.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Prayudi T. dan Susanto J.P. 2011. Kualitas Debu dalam Udara Sebagai Dampak Industri Pengecoran Logam Ceper. J. Teknologi Lingkungan Vol. 2 No. 2 Mei 2011: 168-174.

Purwanto A.W. 2006. Sansevieria. Flora Cantik Penyerap Racun. Yogyakarta: Penerbit Kanisisus.

Ratnasih A. 2012. Kemampuan Hutan Kota Dalam Mereduksi Kebisingan Lalu Lintas di Bumi Serpong Damai City,

Kota Tangerang Selatan [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan.

Sastrapradja S., Nasoetion R.E., Idris S., Imelda M., Roedjito W., Soerohaldoko S., Soerojo L. 1977. Tanaman Hias. Bogor: Lembaga Biologi Nasional, Lembaga Ilmu Pemgetahuan Indonesia.

Simao D.G. dan Scatena V.L. 2001. Morphology and Anatomy in Heliconia angusta Vell. And H. Velloziana L. Emygd. (Zingiberales: Heliconiaceae) From The Atlantic Forest of Southeastern Brazil. Brazil Journal of Botany Vol. 24 No. 4, Desember 2001: 415-424.

Singh S.K., Rao D.N., Agrawal J., Pandey J, Narayan D. 1991. Air Pollution Tolerance Index of Plants. J. Of Environment Management, 32: 45-55.

Sulasmini M.L.K., Mahendra M.S., Lila K.A. 2007. Peranan Tanaman Penghijauan Angsana, Bungur dan Daun Kupu-Kupu Sebagai Penyerap Emisi PB dan Debu Kendaraan Bermotor Di Jalan Cokroaminoto, Melati dan Cut Nyak Dien di Kota Denpasar. Ecotrophic Vol 2 No. 1: 1-11.

Sulianta F., Yonathan R. 2009. Tanaman Indoor Anti-Polutan Rumah Cantik dan Sehat Dengan Tanaman Indoor. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Surat Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: Kep.02/MENKLH/1988.

Susilo A.H. 2004. Tanaman Hias Tampil Prima. Jakarta: Penebar Swadaya. Suyanti L., Rushayati S.B., Hermawan R.

2008. Penurunan Polusi Timbal oleh Jalur Hijau Tanjung (Mimusops elengi Linn) di Taman Monas Jakarta Pusat. Media Konservasi Vol. 13 No. 1: 16-20.

Tjasyono B. 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB.

Udayana C. 2004. Toleransi Spesies Pohon Tepi Jalan Terhadap Pencemaran Udara Di Simpang Susun Jakarta, Cawang, Jakarta Timur [Tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor, Progam Pascasarjana.

Verheij E.W.M. dan Coronel R.E., editor. 1992. Plant Resourcesof South-East Asia No. 2, Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.


(32)

21

Wibisono Y. 2008. Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman Kota 1 di BSD City, Tangerang [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.

Wolverton B.C., Wolverton J.D. 1993. Plants and Soil Microorganisms. Removal of Formaldehyde, Xylene and Ammonia from The Indoor Environment. J. Mississippi Academy of Sciences Vol. 38 No. 2: 11-15.


(33)

22


(34)

23

Lampiran 1 Lokasi penelitian Kota Bumi Serpong Damai

Keterangan:

1. Lokasi jalan raya utama Serpong 2. Lokasi RS Medika BSD

3. Lokasi Hotel Santika BSD


(35)

24

Lampiran 2 Dokumentasi lokasi pengamatan: (a) Jalan raya utama Serpong, (b) Lokasi pengamatan satu, (c) Metode pengukuran debu pada tanaman, (d) Penghitungan jumlah kendaraan, (e) Rumah Sakit Medika BSD, (f) Hotel Santika BSD.

... (a) (b)

(c) (d)


(36)

25

Lampiran 3 Data cuaca Tangerang bulan Juni 2012 Tanggal Temperatur

(0C)

Lembab Nisbi (%)

Angin Curah Hujan

(mm) Kecepatan

(Knots)

Arah dari (Derajat)

1 27.0 85 02 260 40.2

2 27.6 85 02 340 -

3 27.9 80 03 200 -

4 28.2 83 00 00 -

5 27.4 83 04 060 -

6 26.5 88 05 090 -

7 27.6 87 02 090 43.4

8 29.1 80 04 070 -

9 26.9 88 00 00 5.5

10 28.5 84 04 340 -

11 27.9 80 04 160 TTU

12 28.5 79 02 160 -

13 28.9 77 04 060 -

14 28.3 82 03 350 -

15 28.7 75 03 090 -

16 27.7 76 03 080 -

17 28.9 73 06 090 -

18 28.6 72 08 110 -

19 28.4 74 06 090 -

20 28.4 74 04 090 -

21 28.8 71 06 350 -

22 28.9 77 03 080 -

23 29.2 76 04 060 -

24 28.3 77 04 140 -

25 28.1 76 04 080 TTU

26 27.9 75 03 090 -

27 29.5 74 02 180 -

28 28.0 72 03 180 -

29 28.1 71 04 090 -

30 27.9 70 05 040 -

Keterangan:

TTU = Curah hujan < 0.1 mm


(37)

26

Lampiran 4 Jumlah kendaraan melintasi lokasi pengamatan

Sumber: Hasil penelitian

Jumlah Kendaraan Melintas Tiap 5 Menit (unit)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pukul (WIB) Jumlah Kendaraan Pukul (WIB) Jumlah Kendaraan Pukul (WIB) Jumlah Kendaraan

18-19 Juni 2012

15.46 644 16.20 446 16.53 157

19.46 948 20.53 340 21.23 90

23.46 215 00.15 107 00.30 15

03.46 125 04.30 56 04.48 9

07.46 3046 09.01 472 09.20 108

11.46 1106 13.28 398 13.56 129

19-20 Juni 2012

17.33 1522 17.43 304 17.59 189

21.03 918 21.20 370 21.42 104

01.17 127 01.31 35 01.43 7

04.55 372 05.05 109 05.22 8

09.35 982 09.55 421 10.15 111

13.30 1126 13.55 432 14.14 134

20-21 Juni 2012

17.03 1516 17.22 531 17.44 195

20.48 1092 21.08 418 21.18 84

00.58 147 01.17 54 01.36 13

05.22 438 05.33 176 05.58 23

09.33 970 09.47 491 10.14 106

13.32 1010 13.52 430 14.16 131


(38)

27

Lampiran 5 Selisih massa debu tiap lokasi per 4 jam

Perbandingan Massa Debu Lokasi Per 4 Jam (mg)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pukul (WIB) Heliconia Pandan Kuning Pukul (WIB) Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Pukul (WIB) Rowelia Tegak Pandan Kuning 18-19 Juni 2012

15.46 0 -20.7 16.20 37.75 -47.2 -1.1 16.53 -49.35 -5

19.46 34.1 -4.9 20.53 483.15 -5.4 31.7 21.23 0.5 -6.1

23.46 34.3 42.1 00.15 498.15 -0.1 93.6 00.30 22.55 -5.5

03.46 52.7 0.5 4.30 500.15 8.3 53.7 04.48 -25.85 38.7

07.46 50.3 5.4 09.01 37.75 22.6 38.1 09.20 -40.15 49.9

11.46 48.1 3.3 13.28 507.15 -27.1 54.1 13.56 -25.55 52

19-20 Juni 2012

17.33 -5.2 -25 17.43 34.15 -3.4 0 17.59 -3.15 12.5

21.03 545.2 119.8 21.20 34.25 -33.7 49.8 21.42 23.95 -9.5

01.17 71.3 7.6 01.31 62.25 13.2 557.5 01.43 -33.35 -2.6

04.55 90.1 15.8 05.05 -1.35 -40 8.8 05.22 4.8 13.5

09.35 31.9 22.4 09.55 20.35 2.4 437.5 10.15 10.15 14.7

13.30 55.4 11.5 13.55 31.75 53.2 3 14.14 -24.05 -13.6

20-21 Juni 2012

17.03 50.5 -2.5 17.22 11.85 6.5 55.4 17.44 13.95 -7.8

20.48 57.3 17 21.08 27.55 13.2 52.8 21.18 50.05 26.2

00.58 62.4 13.5 01.17 20.55 -4.2 68.2 01.36 14.95 -2.9

05.22 82.5 6.7 05.33 3.45 25 29.6 05.58 28.25 -6

09.33 50.4 7.7 09.47 24.85 41.2 65.1 10.14 32.55 -1.7

13.32 71.5 7.9 13.52 29.55 18.7 34.6 14.16 6.45 13.9

Sumber: Hasil penelitian


(39)

28

Lampiran 6. Selisih massa debu tiap lokasi per 24 jam

Massa Debu Lokasi per 24 Jam (mg)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pukul (WIB) Heliconia Pandan Kuning Pukul (WIB) Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Pukul (WIB) Rowelia Tegak Pandan Kuning

18 Juni 2012

15.46 - 17.33 18.2 5.4 16.20 - 17.43 21.15 17.9 49.9 16.53 - 17.59 25.05 6.5

19 Juni 2012

17.33 - 17.03 98.7 1.8 17.43 - 17.22 18.85 13 -4.9 17.59 - 17.44 55.05 -1.4

20 Juni 2012

17.03 - 17.15 61.7 21.5 17.22 - 17.40 32.05 22.7 46 17.44 - 18.00 39.15 43

Sumber: Hasil penelitian


(1)

Lampiran 1 Lokasi penelitian Kota Bumi Serpong Damai

Keterangan:

1. Lokasi jalan raya utama Serpong 2. Lokasi RS Medika BSD

3. Lokasi Hotel Santika BSD


(2)

Lampiran 2 Dokumentasi lokasi pengamatan: (a) Jalan raya utama Serpong, (b) Lokasi pengamatan satu, (c) Metode pengukuran debu pada tanaman, (d) Penghitungan jumlah kendaraan, (e) Rumah Sakit Medika BSD, (f) Hotel Santika BSD.

... (a) (b)

(c) (d)


(3)

Lampiran 3 Data cuaca Tangerang bulan Juni 2012 Tanggal Temperatur

(0C)

Lembab Nisbi (%)

Angin Curah Hujan

(mm) Kecepatan

(Knots)

Arah dari (Derajat)

1 27.0 85 02 260 40.2

2 27.6 85 02 340 -

3 27.9 80 03 200 -

4 28.2 83 00 00 -

5 27.4 83 04 060 -

6 26.5 88 05 090 -

7 27.6 87 02 090 43.4

8 29.1 80 04 070 -

9 26.9 88 00 00 5.5

10 28.5 84 04 340 -

11 27.9 80 04 160 TTU

12 28.5 79 02 160 -

13 28.9 77 04 060 -

14 28.3 82 03 350 -

15 28.7 75 03 090 -

16 27.7 76 03 080 -

17 28.9 73 06 090 -

18 28.6 72 08 110 -

19 28.4 74 06 090 -

20 28.4 74 04 090 -

21 28.8 71 06 350 -

22 28.9 77 03 080 -

23 29.2 76 04 060 -

24 28.3 77 04 140 -

25 28.1 76 04 080 TTU

26 27.9 75 03 090 -

27 29.5 74 02 180 -

28 28.0 72 03 180 -

29 28.1 71 04 090 -

30 27.9 70 05 040 -

Keterangan:

TTU = Curah hujan < 0.1 mm


(4)

Lampiran 4 Jumlah kendaraan melintasi lokasi pengamatan

Sumber: Hasil penelitian

Jumlah Kendaraan Melintas Tiap 5 Menit (unit)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pukul (WIB) Jumlah Kendaraan Pukul (WIB) Jumlah Kendaraan Pukul (WIB) Jumlah Kendaraan

18-19 Juni 2012

15.46 644 16.20 446 16.53 157

19.46 948 20.53 340 21.23 90

23.46 215 00.15 107 00.30 15

03.46 125 04.30 56 04.48 9

07.46 3046 09.01 472 09.20 108

11.46 1106 13.28 398 13.56 129

19-20 Juni 2012

17.33 1522 17.43 304 17.59 189

21.03 918 21.20 370 21.42 104

01.17 127 01.31 35 01.43 7

04.55 372 05.05 109 05.22 8

09.35 982 09.55 421 10.15 111

13.30 1126 13.55 432 14.14 134

20-21 Juni 2012

17.03 1516 17.22 531 17.44 195

20.48 1092 21.08 418 21.18 84

00.58 147 01.17 54 01.36 13

05.22 438 05.33 176 05.58 23

09.33 970 09.47 491 10.14 106

13.32 1010 13.52 430 14.16 131


(5)

Lampiran 5 Selisih massa debu tiap lokasi per 4 jam

Perbandingan Massa Debu Lokasi Per 4 Jam (mg)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pukul (WIB) Heliconia Pandan Kuning Pukul (WIB) Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Pukul (WIB) Rowelia Tegak Pandan Kuning 18-19 Juni 2012

15.46 0 -20.7 16.20 37.75 -47.2 -1.1 16.53 -49.35 -5

19.46 34.1 -4.9 20.53 483.15 -5.4 31.7 21.23 0.5 -6.1

23.46 34.3 42.1 00.15 498.15 -0.1 93.6 00.30 22.55 -5.5

03.46 52.7 0.5 4.30 500.15 8.3 53.7 04.48 -25.85 38.7

07.46 50.3 5.4 09.01 37.75 22.6 38.1 09.20 -40.15 49.9

11.46 48.1 3.3 13.28 507.15 -27.1 54.1 13.56 -25.55 52

19-20 Juni 2012

17.33 -5.2 -25 17.43 34.15 -3.4 0 17.59 -3.15 12.5

21.03 545.2 119.8 21.20 34.25 -33.7 49.8 21.42 23.95 -9.5

01.17 71.3 7.6 01.31 62.25 13.2 557.5 01.43 -33.35 -2.6

04.55 90.1 15.8 05.05 -1.35 -40 8.8 05.22 4.8 13.5

09.35 31.9 22.4 09.55 20.35 2.4 437.5 10.15 10.15 14.7

13.30 55.4 11.5 13.55 31.75 53.2 3 14.14 -24.05 -13.6

20-21 Juni 2012

17.03 50.5 -2.5 17.22 11.85 6.5 55.4 17.44 13.95 -7.8

20.48 57.3 17 21.08 27.55 13.2 52.8 21.18 50.05 26.2

00.58 62.4 13.5 01.17 20.55 -4.2 68.2 01.36 14.95 -2.9

05.22 82.5 6.7 05.33 3.45 25 29.6 05.58 28.25 -6

09.33 50.4 7.7 09.47 24.85 41.2 65.1 10.14 32.55 -1.7

13.32 71.5 7.9 13.52 29.55 18.7 34.6 14.16 6.45 13.9

Sumber: Hasil penelitian


(6)

Lampiran 6. Selisih massa debu tiap lokasi per 24 jam

Massa Debu Lokasi per 24 Jam (mg)

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Pukul (WIB) Heliconia Pandan Kuning Pukul (WIB) Pandan Kuning Rowelia Tegak Kaca Piring Pukul (WIB) Rowelia Tegak Pandan Kuning

18 Juni 2012

15.46 - 17.33 18.2 5.4 16.20 - 17.43 21.15 17.9 49.9 16.53 - 17.59 25.05 6.5

19 Juni 2012

17.33 - 17.03 98.7 1.8 17.43 - 17.22 18.85 13 -4.9 17.59 - 17.44 55.05 -1.4

20 Juni 2012

17.03 - 17.15 61.7 21.5 17.22 - 17.40 32.05 22.7 46 17.44 - 18.00 39.15 43

Sumber: Hasil penelitian


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

8 182 62

Analisis Penerapan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Medan Selatan

23 224 72

Pengaruh Pelayanan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Kepuasan Masyarakat Di Kantor UPT SAMSAT Aek Kanopan Labuhan Batu Utara

7 144 95

KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PAD DAN DAMPAKNYA BAGI PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3 110 9

Analisis Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (Pkb) Pada Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Putri Hijau Medan

32 183 53

Eksekusi Jaminan Fidusia Atas Kendaraan Bermotor oleh Lembaga Pembiayaan (Finansial) (studi kasus pada kantor PT. U Finance)

4 144 97

Hubungan Reformasi Pelayanan Publik Terhadap Peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor

20 160 127

Perancangan Model Aplikasi Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Berbasis Virtual Private Network Pada Unit Pelayanan Teknis Samsat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

22 153 43

Peran Tata Usaha dalam Upaya Memaksimalkan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Medan Selatan

3 59 77

Analisis Penerimaan Denda Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) melalui Layanan SAMSAT Gerai Tembung Terhadap Pendapatan Denda PKB Kantor UPT SAMSAT Medan Utara Putri Hijau Medan

34 203 55