padahal anggaran yang disediakan Rp.24 miliar. Dana tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM melalui PT Persero Kliring
Berjangka Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan sinkronisasi dan koordinasi antara Kementrian Negara Koperasi dan UKM
dengan Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Badan Urusan Logistik, dan Perbankan. Koordinasi diperlukan untuk memaksimalkan peran
masing-masing instansi. Bulog, misalnya memiliki gudang yang masih bisa dimanfaatkan untuk program Resi Gudang karena saat ini penggunaannya
masih di bawah kapasitas normal, sehingga bisa menghemat dana ketimbang membangun gudang baru.
58
3. Perkembangan Penerapan Sistem Resi Gudang di Indonesia
Sistem Resi Gudang mulai dikenal di Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Sebelum muncul UUSRG banyak dikenal berbagai macam terobosan
yang ditempuh baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha dalam sistem tata niaga komoditi pertanian. Beberapa diantaranya yang hampir mirip dengan
Sistem Resi Gudang adalah sistem tunda jual, gadai gabah, dan yang terakhir adalah CMA Collateral Management Agreement. Jika ditinjau dari
kelengkapan infrastruktur sistem dan keamanannya Sistem Resi Gudang merupakan sistem yang paling
aman jika dibandingkan dengan beberapa sistem yang pernah ada di Indonesia.
58
Mulia Ginting Munthe, “Perkembangan Resi Gudang Mengecewakan”, 7 April 2008, diakses dari
www.smecda.com tanggal 30 Maret 2012
Universitas Sumatera Utara
Dalam Sistem Resi Gudang terdapat jaminan keamanan bagi perbankan karena semua data penatausahaan Resi Gudang terpusat di Pusat
Registrasi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi BAPPEBTI. Serta terdapat kepastian mutu bagi pemilik barang
maupun calon pemilik barang karena barang yang disimpan dikelola dengan baik oleh Pengelola Gudang dan diuji mutu sebelumnya oleh Lembaga
Penilaian Kesesuaian indepenen yang telah mendapat sertifikasi dari KAN dan disetujui oleh BAPPEBTI.
Dalam penerapannya di lapangan Sistem Resi Gudang mengalami berbagai macam kendala dan masalah. Yang menjadi masalah utama adalah
kurangnya pemahaman masyarakat, pelaku usaha, bahkan pihak lembaga keuangan terhadap mekanisme dan manfaat Sistem Resi Gudang. Hal ini
merupakan kendala yang pada umumnya dialami oleh suatu kebijakan yang bersifat topdown. Manfaat dari Sistem Resi Gudang dan perkembangan Sistem
Resi Gudang di Indonesia dapat kita lihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1 : Perkembangan Sistem Resi Gudang di Indonesia
Tahun PENERBITAN
Pembiayaan Resi Gudang
Komoditi Jumlah
Volume ton
Nilai Barang
Rp 000 Nilai
Rp 000
Lembaga Keuangan
2008 16
508,83 1.431.616,2
313.900
BPRS Bina Amanah, BRI,
Bank Jatim
2009 13
-19 214,11
-58
552.962,24
-61
136.800
-44
BRI
2010
56 331 2.248,94 950
8.467.083,5 1431 4.017.986,3 2837
BRI, Bank Jatim, Bank BJB, Bank
Kalsel, PKBLKBI,LPDB
Total 85
2.971,88 10.451.661,94
4.468.686,3
Universitas Sumatera Utara
Presentase pertumbuhan dari tahun sebelumnya
Sumber : Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi BAPPEBTI Dalam tabel diatas menunjukkan adanya penurunan dan peningkatan
dari tahun 2008 hingga tahun 2010, baik itu penerbitan Resi Gudang maupun Resi Gudang yang dijadikan pembiayaan kredit. Pada tahun 2008 terdapat 16
enam belas Resi Gudang yang diterbitkan dengan nilai barang sebesar Rp. 1.431.616,- satu juta empat ratus tiga puluh satu enam ratus enam belas
rupiah dan yang diajukan ke pembiayaan kredit sebesar Rp. 313.900,- tiga ratus tiga belas ribu sembilan ratus rupiah. Tetapi pada tahun 2009
mengalami penurunan sebanyak 19 sembilan belas perseratus menjadi 13 tiga belas Resi Gudang yang terbit dengan nilai barang mengalami
penurunan sebesar 58 lima puluh delapan perseratus sehingga pembiayaan kredit juga menurun hingga 44 empat puluh empat perseratus. Sedangkan
pada tahun 2010 mengalami peningkatan secara signifikan dengan meningkatnya jumlah penerbitan Resi Gudang hingga 331 tiga ratus tiga
puluh satu perseratus, sehingga ada 56 lima puluh enam Resi Gudang yang diterbitkan dengan nilai barang sebesar Rp. 8.467.083,- delapan juta empat
ratus enam puluh tujuh ribu delapan puluh tiga rupiah dan pembiayaan kredit juga meningkat hingga 2837 dua ribu delapan ratus tiga puluh tujuh
perseratus dengan nilai pembiayaan sebesar Rp. 4.017.986,- empat juta tujuh belas ribu sembilan ratus delapan puluh enam rupiah.
Maka dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa perkembangan Resi Gudang di Indonesia dalam 3 tahun terakhir dari tahun 2008 sampai tahun
Universitas Sumatera Utara
2010 terdapat sedikit penurunan lalu peningkatan yang signifikan, baik dari penerbitan dan pembiayaan Resi Gudang. Dari tabel diatas juga dapat dilihat
bahwa sudah ada lembaga keuangan yang menerima jaminan Resi Gudang ini, baik bank maupun non bank seperti Bank Rakyat Indonesia BRI, Bank
Jatim, Bank Jawa Barat BJB, Bank Kalsel dan BPRS Bina Amanah Implikasi Sistem Resi Gudang yang menyebar keseluruh bidang
sektor mulai dari hulu sampai hilir pertanian-industri akan memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian baik daerah
maupun nasional. Dampak yang nyata dapat dirasakan adalah adanya peningkatan pendapatan petani, tumbuhnya industri pergudangan di daerah,
berkembangnya lembaga-lembaga pembiayaan, yang akhirnya secara makro akan meningkatkan distribusi pendapatan daerah. Disamping itu implementasi
SRG juga akan memberikan dampak yang tidak kentara intangible berupa tumbuhnya pola kemandirian usaha pada petani dan pelaku usaha.
Dalam perkembangannya di Indonesia setelah disahkannya UUSRG, sudah ada beberapa Bank yang telah memberikan kredit dengan jaminan Resi
Gudang berdasarkan UUSRG tersebut, yaitu antara lain Bank BRI, Bank CIMB Niaga, Bank Jatim dan Bank Kalsel.
Pengembangan Sistem Resi Gudang, memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung upaya pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Melalui sistem ini akan tersedia alternatif pendanaan meningkatkan kemampuan usaha para petani dan pelaku usaha agribisnis.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan perkembangan Sistem Resi Gudang yang masih dalam tahap Pilot Project di beberapa daerah tertentu saja, maka hal tersebut
berdampak pula pada implementasi pelaksanaan pembiayaan dengan Jaminan Resi Gudang oleh Perbankan. Berikut penulis akan mengidentifikasikan
permasalahan dalam penerapan Sistem Resi Gudang dan kaitan dengan terbatasnya peranan bank dalam memberikan fasilitas kredit dengan jaminan
Resi Gudang, yaitu sebagai berikut: a.
Masih terbatasnya Prasarana, infrastruktur, dan jumlah lembaga-lembaga yang menunjang kegiatan Sistem Resi Gudang, yaitu misalnya dapat
dilihat pada sedikitnya daerah yang memiliki Gudang yang telah terakreditasi sesuai dengan kriteria Sistem Resi Gudang.
b. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman petani, pengusaha dan lembaga
pembiayaan terhadap Sistem Resi Gudang dan manfaatnya sebagai akses kepada pembiayaan modal kerja.
c. Keterbatasan jenis komoditi yang dapat menjadi objek jaminan Resi
Gudang. d.
Masih adanya paradigma bahwa sektor pertanian merupakan bisnis dengan profil pembiayaan beresiko tinggi, yaitu dari obyek jaminan berupa
komoditi pertanian dengan daya simpan terbatas dan mudah rusak. e.
Terbatasnya jumlah pasar komoditas untuk komoditi yang diperdagangkan dengan Resi Gudang. Seperti Pasar Lelang Komoditas Agro PLKA
untuk penjualan komoditas dan Bursa Berjangka untuk perdagangan Resi Gudang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH BANK KREDITUR SEBAGAI
PEMEGANG HAK JAMINAN RESI GUDANG
A. Tinjauan Umum Tentang Sistem Resi Gudang 1. Pengertian Sistem Resi Gudang dan Resi Gudang
Pengertian Sistem Resi Gudang menurut UUSRG yaitu “ Sistem Resi Gudang adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan,
penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang”
59
Sistem ini dibuat untuk meminimalisasi resiko kerugian bagi petani dan membebaskan kelompok itu dari jeratan rentenir saat membutuhkan dana,
pada musim penanaman ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemerintah menetapkan tiga kelompok sasaran pemilik komoditas dalam
program Resi Gudang, mencakup petani, kelompok tani, dan koperasi atau badan usaha lainnya.
.
60
Resi Gudang merupakan dokumen bukti kepemilikan suatu komoditas yang disimpan pada sebuah gudang yang telah dipercaya untuk itu
dan merupakan sekuriti yang menjadi instrumen perdagangan serta merupakan bagian dari sistem pemasaran dan sistem keuangan dari banyak negara
industri. Definisi Resi Gudang berdasarkan UUSRG yaitu “ Resi Gudang
59
Pasal 1 angka 1, UUSRG
60
Anggaran Program Resi Gudang Dipangkas, http:www.bisnis.com
, diakses pada tanggal 28 Maret 2012
Universitas Sumatera Utara