Fungsi Jaminan Kredit Jaminan Dalam Pemberian Kredit

Kebendaan tertentu yang diserahkan debitur kepada kreditur dimaksudkan sebagai tanggungan atas pinjaman atau fasilitas kredit yang diberikan kreditur kepada debitur sampai debitur melunasi hutangnya tersebut. Apabila debitur wanprestasi, kebendaan tertentu tersebut akan dinilai dengan uang, untuk pelunasan seluruh atau sebagian dari pinjaman atau hutang debitur kepada krediturnya. Dengan kata lain jaminan berfungsi sebagai sarana atau jaminan atas pemenuhan kewajiban atau hutang debitur kepada kreditur sampai jatuh tempo perjanjian hutang-piutangnya tersebut. Untuk itu ilmu hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada telah menciptakan dan melahirkan serta mengundangkan dan memberlakukan jaminan dalam bentuk kebendaan. Disebut dengan jaminan dalam bentuk kebendaan karena secara umum jaminan tersebut diberikan dalam bentuk penunjukan atau pengalihan atas kebendaan tertentu, yang jika debitur gagal melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, memberikan hak kepada kreditur untuk menjual atau melelang kebendaan yang dijaminkan tersebut, serta untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari hasil penjualan tersebut, secara mendahulu dari kreditur-kreditur lainnya.

2. Fungsi Jaminan Kredit

Kewajiban untuk menyerahkan jaminan hutang oleh pihak peminjam dalam rangka pinjaman uang sangat terkait dengan kesepakatan di antara pihak-pihak yang melakukan pinjam-meminjam uang. Pada umumnya pihak pemberi pinjaman mensyaratkan adanya jaminan hutang sebelum memberikan pinjaman uang kepada pihak peminjam. Sementara itu, keharusan penyerahan Universitas Sumatera Utara jaminan hutang tersebut sering pula diatur dan disyaratkan oleh peraturan intern pihak pemberi pinjaman dan atau oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi Jaminan secara yuridis adalah kepastian hukum pelunasan hutang di dalam perjanjian hutang-piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian, dengan mengadakan perjanjian penjaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum Indonesia. 46 Fungsi jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno adalah: a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan agunan tersebut, bilamana nasabah melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. b. Menjamin agar nasabah berperan serta didalam transaksi untuk membiayai usaha atau proyeknya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya. c. Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali pelunasan sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank. 47 Sedangkan jaminan yang ideal menurut Soebekti adalah jaminan yang antara lain: a. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukannya. b. Tidak melemahkan potensi kekuatan penerima kredit untuk melakukan meneruskan usahanya. c. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya debitur. 48 46 Djuhaendah Hasan, Seri Dasar Hukum Ekonomi 4: Hukum Jaminan Indonesia- Lembaga Jaminan Jakarta: ELIPS, 1998 Hal. 68 47 Thomas Suyatno,et al, Dasar-dasar Perkreditan Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2003 Hal. 16 48 Soebekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia Jakarta: Alumni, 1986 Hal. 29 Universitas Sumatera Utara C. Perkembangan Sistem Resi Gudang dalam Pemberian Kredit 1. Praktek Resi Gudang Sebelum ada UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang Transaksi Resi Gudang warehouse receipt telah banyak dilakukan baik di negara maju seperti Amerika dan Kanada maupun di negara berkembang seperti Filipina, India, Ukraina, Brasil, Zambia, serta di negara dengan perekonomian dalam transisi transition country seperti Polandia. Transaksi warehouse receipt ini melibatkan depositor producer, farmer group, trader, exporter, processor or individual dan warehouse operator collateral manager. Depositor yang menyimpan komoditi pada warehouse akan menerima warehouse receipt dari warehouse operator. Warehouse receipt adalah dokumen yang membuktikan komoditi tertentu dengan jumlah, kualitas dan grade tertentu telah disimpan oleh depositor pada sebuah warehouse. Dalam implementasi transaksi warehouse receipt dilibatkan juga lembaga lain seperti perusahaan asuransi kerugian, perusahaan penjamin perusahaan asuransi dan surety company, perusahaan kliring komoditi, dan perbankan. 49 Praktik perdagangan dan pembiayaan kredit dengan skema mirip Resi Gudang sebenarnya sudah sering dilakukan dalam kegiatan bisnis di Indonesia 49 Ramlan Ginting, “Keterkaitan Perbankan dalam Transaksi Warehouse Receipt”, Makalah Seminar Nasional Resi Gudang 15 November 2005, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 3 Nomor 3 Desember 2005, diakses dari www.bi.go.id tanggal 23-3- 2012, hal. 14-15 Universitas Sumatera Utara walaupun belum ada UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang UUSRG. Hanya saja praktik Resi Gudang sebelum ada UUSRG dijalankan melalui model jaminan fidusia. Jaminan Resi Gudang pada dasarnya merupakan bagian dan perkembangan lebih lanjut dari jaminan fidusia. Objek jaminan fidusia lebih luas, yaitu mencakup barang bergerak dan barang tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan hipotik, sedangkan objek jaminan Resi Gudang hanya khusus ditujukan bagi barang bergerak hasil pertanian perkebunanperikanan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangan jaminan Resi Gudang tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan jaminan fidusia. 50 Praktik perbankan di Indonesia telah sejak lama berpengalaman dengan pemasangan fidusia sebagai jaminan atas pemberian kreditnya. Hal demikian dilakukan oleh bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. Jaminan fidusia terutama ditujukan kepada benda-benda bergerak yang berupa barang-barang inventaris, barang-barang dagangan, mesin-mesin maupun kendaraan bermotor, dan lain-lain. Dalam akta perjanjian pemberian kredit dengan jaminan fidusia bank-bank tertentu lazim mensyaratkan bahwa debitur tidak diperbolehkan menjual, melepaskan atau menjaminkan kembali dengan cara apa pun barang yang telah diserahkan secara fiduciair tersebut atau sekurang-kurangnya dengan izin tertulis dari bank. Di samping perjanjian kredit, diadakan pula perjanjian penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan fiducia atas barang-barang yang diperinci secara lengkap dan jelas tercantum dalam formulir tertentu dari bank, dimana penyerdahan barang-barang tersebut 50 Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Opcit, hal. 38 Universitas Sumatera Utara dilakukan secara constitutum possessorium dan peminjam tetap menguasai benda itu sebagai penyimpan. 51 Praktik fidusia semacam ini kemudian disempurnakan menjadi Sistem Resi Gudang. Dalam Sistem Resi Gudang , objek barang jaminan disimpan oleh pihak ketiga, yaitu Pengelola Gudang Terakreditasi yang juga berhak menerbitkan dokumen Resi Gudang. Beberapa bank asing dan bank nasional sebelum ada UUSRG, sudah ada yang mengucurkan kredit dengan jaminan Resi Gudang. Karena UU tentang Sistem Resi Gudang belum ada,maka mekanisme penjaminan Resi Gudang pada saat itu cukup diikat dengan model perjanjian yang mirip dengan penjaminan fidusia, di mana pihak Pengelola Gudang juga ikut bertindak sebagai penjamin mutu barang yang disimpan di gudang. Sistem dan mekanisme perdagangan komoditi pertanian harus dibenahi dan dibentuk. Pada tahun 1998, Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengambil inisiatif pendirian Bursa Berjangka Komoditi, rencana pendirian Pasar Lelang Lokal dan Regional, dan kajian penerapan Sistem Resi Gudang warehouse receipt system. Ketiga komponen ini harus bisa berjalan bersamaan. Pembentukan harga bisa dilakukan secara transparan, sehingga petani mendapat jaminan harga sebelum panen bukan ijon, dan petani bisa mendapatkan dana tanpa menjual hasil panennya sewaktu harga rendah. Bursa Berjangka Komoditi yang berdiri sejak tahun 1999, belum berfungsi dengan baik. Hal ini antara lain disebabkan karena kedua komponen lainnya, yaitu Pasar Lelang Komoditas dan Sistem Resi Gudang belum 51 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia di dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1977 Hal. 77 Universitas Sumatera Utara berjalan. Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi di bawah Departemen Perdagangan, saat ini telah mulai melakukan percontohan Pasar Lelang Komoditas walaupun belum kontinyu. Demikian juga Departemen Pertanian telah melakukan hal yang sama. Pendirian Pasar Lelang Komoditas harus menjadi komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah, dan hal ini harus merupakan bagian dari pembangunan fasilitias umum untuk mendukung perekonomian berbasis pertanian. 52

2. Praktek Resi Gudang Setelah ada UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang