Fungsi dan tujuan tidur Pola tidur pada lansia

Skema 1 : Tahapan Tidur dikutip dari Fundamental of Nursing Potter and Perry, 2005

4. Fungsi dan tujuan tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis Oswald, 1984; Anch dkk, 1998 dalam Potter and Perry, 2005. Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau lebih rendah. Hal ini berarti Mengantuk ↓ Stadium 1 NREM → Stadium 2 NREM → Stadium 3 NREM ↑ ↓ REM Stadium 4 NREM ↑ ↓ Stadium 2 NREM ← Stadium 3 NREM Universitas Sumatera Utara bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Penelitian lain menunjukkan bahwa sintetis protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur Oswald, 1994 dalam Potter and Perry, 2005. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur, yaitu : efek pada sistem saraf, yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf, efek pada struktur tubuh, dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh, karena selama tidur terjadi penurunan Alimul, 2006.

5. Pola tidur pada lansia

Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan dalam periode tidur. Kebutuhan tidur akan berkurang dengan berlanjutnya usia. Pada usia 12 tahun kebutuhan tidur sampai 8,5 jam, berkurang menjadi 8 jam pada usia 20 tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6 jam pada usia 60 tahun atau lebih Alimul, 2006. Selain itu perubahan juga terjadi pada ritme circadian yang menghasilkan peningkatan tidur lebih awal, terbangun lebih awal, disertai dengan peningkatan bangun yang sering dimalam hari. Alasan-alasan yang juga menyertai terbangunnya lanjut usia pada malam hari meliputi jalan ke kamar mandi, susah bernapas, kram kaki, dan suara Universitas Sumatera Utara gaduh. Dengan bertambahnya usia, frekuensi terbangun meningkat dari 1 atau 2 sampai 6 kali dalam semalam. Semakin bertambah usia efisiensi tidur semakin berkurang. Efisiensi tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring ditempat tidur. Kebutuhan tidur pun semakin menurun karena dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang. Hal ini dialami oleh para lansia. Pada lansia, wanita lebih banyak mengalami insomnia dibandingkan pria yang lebih banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lainnya yang dapat mengganggu tidur. Tidur lansia kurang dalam, lebih sering terbangun, tidur delta berkurang, dan tidurnya tidak efektif. Mengantuk disiang hari sering terjadi pada lansia. Keadaan ini dapat mempengaruhi jadual tidur bangunnya dimalam hari. Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4 gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun dimalam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena sering terbangun. Gangguan juga terjadi dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Ritmik circadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang hari. Perubahan pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun terkait oleh kemampuan organ dalam tubuh yang menurun juga seperti jantung, paru-paru dan ginjal. Universitas Sumatera Utara Penurunan tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan turut berpengaruh. Pada lansia biasanya insomnia lebih sering menyerang. Hal ini terjadi sebagai efek samping sekunder dari penyakit seperti nyeri sendi, osteoporosis, payah jantung, parkinson, dan depresi. Jika penyebab utamanya tidak diatasi, dengan sendirinya gangguan tidur tidak akan pernah teratasi. Pada kondisi seperti ini obat tidur bukanlah solusi yang tepat. Lansia amat mudah lelah sehingga tertidur pada siang hari Narto, 2011. Adanya perubahan struktur fungsi tidur pada lansia karena proses penuaan yang berdampak pada : peningkatan jumlah jam tidur pada tahap I II, penurunan jumlah jam tidur pada tahap III IV, waktu yang lama untuk dapat tidur, sulit untuk tidur, sering terbangun pada malam hari, jumlah total jam tidur berkurang, mengantuk pada siang hari Loftis and Glover, 1993 : Miller, 1995 dalam Karota-Bukit, 2005. 6. Kualitas Tidur Lansia 6.1 Pengkajian Kualitas Tidur