Proses Menua Teori-teori Penuaan

2.1 Proses Menua

Penuaan atau menua merupakan proses yang terus menerus atau berlanjut yang terjadi secara alamiah, merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Constantinides 1994 dalam Uliyah, 2006 menyebutkan bahwa menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua pada lansia umumnya terjadi seiring dengan perubahan secara fisik, psikologis, mental, sosial dan ekonomi Miller, 1995; Nugroho, 2008. Dari perubahan yang dialami secara fisik dapat berupa penyakit dalam, persendian, endokrin dan lain-lain. Sedangkan masalah psikososial pada lansia sering terjadi adalah stress, depresi, cemas, kehilangan, dan lain-lain Miller, 1995.

2.2 Teori-teori Penuaan

Terdapat banyak teori tentang penuaan, yaitu teori-teori bilogis dan teori kejiwaan sosial. Teori-teori bilogis terdiri dari teori sintetis protein, teori keracunan oksigen, teori sistem immun, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori reaksi kekebalan sendiri, dan lain-lain. Teori-teori kejiwaan sosial terdiri dari teori pengunduran diri, teori aktivitas, teori subkutural, teori kepribadian berlanjut, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Teori sintetis protein. Tortora dan Anagnostakos 1990 dalam White 2003 menyebutkan bahwa observasi ini dilakukan pada jaringan, seperti kulit dan kartilago yang kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa protein seperti kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein tubuh yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitas serta menjadi lebih tebal, seiring bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadi penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem musculoskeletal White, 2003. Teori keracunan oksigen. Tortora dan Anagnostakos 1990 dalam White 2003 menyatakan bahwa teori ini membahas tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Kemampuan untuk mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dan rigid, serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel sangat penting bagi kelangsungan proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran Universitas Sumatera Utara tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh White, 2003. Teori sistem immun. Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti arthritis rheumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain Stanley and Beare, 2007. Teori radikal bebas. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipit yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel Christiansen and Grzybowski, 1993 dalam Potter and Perry, 2005. Secara spesifik, oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas, Ebersole and Hess, 1994 dalam Potter and Perry, 2005. Teori ini menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengosidasi ini Potter and Perry, 2005. Teori rantai silang. Sel-sel yang telah tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastik, kekacauan, dan hilangnya fungsi Uliyah, 2006. Teori reaksi dari kekebalan tubuh sendiri. Goldteris and Brocklehurust 1998 dalam Uliyah 2006 menyatakan di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh adanya tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadinya kelainan autoimun. Teori pengunduran diri. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut merupakan saat terjadinya pengunduran diri secara timbal balik sehingga mengakibatkan penurunan interaksi antara lanjut usia dan lingkungan sosialnya. Proses ini dapat dimulai oleh lanjut usia sendiri atau oleh orang lain di lingkungannya. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan mereka untuk melepaskan diri dari masyarakat White, 2003. Teori kegiatan. Teori ini mengemukakan pada saat seseorang menginjak usia lanjut, maka ia tetap memiliki kebutuhan keinginan yang sama-sama seperti pada Universitas Sumatera Utara masa-masa sebelumnya. Mereka tak ingin mengundurkan diri dari lingkungan sosialnya. Usia lanjut optimal akan dijalani oleh orang-orang yang tetap aktif melaksanakan peranan-peranannya di dalam masyarakat sehingga semangatnya tetaplah tinggi. Teori ini berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dari penyesuaian White, 2003. Teori kepribadian berlanjut. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lansia Nugroho, 2008.

3. Fisiologi Tidur