BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar, dimana seseorang dapat dibangunkan oleh rangsang sensori atau stimulus lain dari lingkungan Guyton and
Hall 1997, p.488 dalam Karota-Bukit, 2005. Selama tidur, tubuh akan beristirahat dan tidak berespon terhadap lingkungan. Akan tetapi, seseorang dapat dibangunkan
oleh stimulus lingkungan seperti : memanggil nama, menyentuh tubuhnya, rangsang suara, dan lampu. Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur,
diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit.
2. Lanjut Usia
Lanjut usia adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti akan dialami oleh siapapun juga. Lanjut usia menurut Organisasi Kesehatan Dunia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 45 tahun atau lebih dengan klasifikasi usia, yaitu : usia pertengahan midlle age yakni kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut elderly
yakni kelompok usia 60-74 tahun, usia lanjut tua old antara 74-90 tahun, dan sangat tua very old 90 tahun keatas Nugroho, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.1 Proses Menua
Penuaan atau menua merupakan proses yang terus menerus atau berlanjut yang terjadi secara alamiah, merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari.
Constantinides 1994 dalam Uliyah, 2006 menyebutkan bahwa menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua pada lansia umumnya terjadi seiring dengan perubahan secara fisik, psikologis, mental, sosial dan ekonomi Miller, 1995; Nugroho, 2008. Dari
perubahan yang dialami secara fisik dapat berupa penyakit dalam, persendian, endokrin dan lain-lain. Sedangkan masalah psikososial pada lansia sering terjadi
adalah stress, depresi, cemas, kehilangan, dan lain-lain Miller, 1995.
2.2 Teori-teori Penuaan
Terdapat banyak teori tentang penuaan, yaitu teori-teori bilogis dan teori kejiwaan sosial. Teori-teori bilogis terdiri dari teori sintetis protein, teori keracunan
oksigen, teori sistem immun, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori reaksi kekebalan sendiri, dan lain-lain. Teori-teori kejiwaan sosial terdiri dari teori
pengunduran diri, teori aktivitas, teori subkutural, teori kepribadian berlanjut, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Teori sintetis protein. Tortora dan Anagnostakos 1990 dalam White
2003 menyebutkan bahwa observasi ini dilakukan pada jaringan, seperti kulit dan kartilago yang kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini
dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa protein seperti kolagen pada kartilago dan elastin
pada kulit dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein tubuh yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitas serta menjadi lebih tebal, seiring bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan kulit yang kehilangan
elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadi penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem musculoskeletal White, 2003.
Teori keracunan oksigen. Tortora dan Anagnostakos 1990 dalam White
2003 menyatakan bahwa teori ini membahas tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Kemampuan untuk mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan dan rigid, serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel
sangat penting bagi kelangsungan proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh White, 2003.
Teori sistem immun. Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran
dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun
tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti arthritis rheumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor
lingkungan yang lain Stanley and Beare, 2007.
Teori radikal bebas. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular
yang merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk
dan sifatnya; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipit yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel
sel Christiansen and Grzybowski, 1993 dalam Potter and Perry, 2005. Secara spesifik, oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi
radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas, Ebersole and Hess, 1994 dalam Potter and Perry, 2005. Teori ini menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengosidasi ini Potter and Perry, 2005.
Teori rantai silang. Sel-sel yang telah tua atau using, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastik, kekacauan, dan hilangnya fungsi Uliyah, 2006.
Teori reaksi dari kekebalan tubuh sendiri. Goldteris and Brocklehurust
1998 dalam Uliyah 2006 menyatakan di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh adanya tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu
terjadinya kelainan autoimun.
Teori pengunduran diri. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut
merupakan saat terjadinya pengunduran diri secara timbal balik sehingga mengakibatkan penurunan interaksi antara lanjut usia dan lingkungan sosialnya.
Proses ini dapat dimulai oleh lanjut usia sendiri atau oleh orang lain di lingkungannya. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan mereka untuk melepaskan diri dari masyarakat White, 2003.
Teori kegiatan. Teori ini mengemukakan pada saat seseorang menginjak
usia lanjut, maka ia tetap memiliki kebutuhan keinginan yang sama-sama seperti pada
Universitas Sumatera Utara
masa-masa sebelumnya. Mereka tak ingin mengundurkan diri dari lingkungan sosialnya. Usia lanjut optimal akan dijalani oleh orang-orang yang tetap aktif
melaksanakan peranan-peranannya di dalam masyarakat sehingga semangatnya tetaplah tinggi. Teori ini berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dari penyesuaian White, 2003.
Teori kepribadian berlanjut. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari
gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lansia Nugroho, 2008.
3. Fisiologi Tidur
Tidur adalah bagian dari ritme biologis yang bekerja selama 24 jam dengan tujuan mengembalikan stamina dan restorasi energi tubuh. Pengaturan tidur dan
terbangun diatur oleh batang otak Reticular Activating System RAS dan Bulbal Synchronizing Region BSR, thalamus dan berbagai hormon yang diproduksi oleh
hypothalamus. Beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan
Universitas Sumatera Utara
dengan proses tidur dan terbangun. Produksi yang dihasilkan oleh dua mekanisme serebral dalam batang otak ini menghasilkan serotonin dalam sirkulasi darah.
Serotonin merupakan neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap transfer impuls-impuls syaraf ke otak yang berperan sangat spesifik dalam menginduksi rasa
kantuk dan keinginan untuk tidur, serta sebagai modulator kapasitas kerja otak. Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin, dimana melatonin
merupakan hormon kotekolamin yang diproduksi secara alami dalam tubuh tanpa bantuan cahaya. Pada lansia hormon melatonin ini akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia, penurunan hormon ini akan berpengaruh terhadap proses tidur lansia, bahkan pola tidur pada lansia bisa berubah dari kondisi yang normal karena
kesulitan tidur sehubungan dengan penurunan produksi serotonin dan melatonin. Sehubungan dengan hal tersebut seringkali lansia mencoba meningkatkan melatonin
dengan sinar matahari pagi agar ritme cicardian siklus tidur-bangun menjadi lebih kuat dan seimbang. Namun demikian masalah tidaklah sesederhana tersebut, adanya
lesi pada pusat pengaturan tidur terbangun dibagian hipotalamus anterior juga dapat menyebabkan keadaan seseorang menjadi terus siaga dari tidur. Kemudian itu,
katekolamin yang dilepaskan dari neuron-neuron Reticular Activating System akan menghasilkan hormon norepineprin, yang umumnya hormon ini akan merangsang
otak untuk melakukan peningkatan aktivitas. Pada orang dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormon ini akan meningkat dalam darah dan akan merangsang sistem
saraf simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menyatakan bahwa pelepasan prostaglandin dari hipotalamus menyebabkan peningkatan gelombang lambat tidur dan kesadaran. Prostaglandin
adalah mediator kimiawi yang berperan dalam potogenesis nyeri, yang akan memicu pusat syaraf nyeri diotak pada daerah korteks parentalis tepatnya girus posterior
sentralis. Rangsang nyeri ini akan diteruskan pada derajat tertentu dan berpengaruh pada pusat tidur yang terletak pada substansia retikularis medulla oblongata sehingga
akan mengacaukan proses sinkronisasi neuron-neuron pada batang otak yang sebenarnya merupakan bentuk terjadinya proses tidur, dan kemudian merangsang
proses dekronisasi neuron-neuron substansi retikularis tersebut sehingga proses tidur terganggu yang berlanjut munculnya sinyal dalam bentuk keadaan waspada dan pada
akhirnya akan bermanifestasi sebagai insomnia Guyton, 2006; Perry, 2001 Terdapat berbagai tahap dalam tidur, dari tidur yang sangat ringan sampai
tidur yang sangat dalam, para peneliti tidur juga membagi tidur dalam dua tipe yang secara keseluruhan berbeda, yang memiliki kualitas yang berbeda pula, yaitu : NREM
Non Rapid Eye Movement, tahap tidur ini dapat juga disebut sebagai gelombang lambat. Dinamakan tidur gelombang lambat karena pada tahap ini gelombang
otaknya sangat lambat, yang dapat dihubungkan dengan penurunan tonus, penurunan darah perifer dan fungsi-fungsi vegetatif tubuh lainnya. Selain itu, tekanan darah,
frekuensi pernapasan, dan kecepatan metabolisme basal akan berkurang 10-30. Ciri-ciri tidur Non Rem, yaitu betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun,
Universitas Sumatera Utara
frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme menurun Guyton and Hall, 2006.
Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui elektroenchephalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap
tahap tidur, yaitu : pertama, kewaspadaan penuh dengan gelombang betha yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; kedua, istirahat tenang yang diperlihatkan
pada gelombang alpha; ketiga, tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alpha sejenis tetha atau delta yang bervoltase rendah; dan keempat, tidur nyenyak
karena gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2detik Alimul, 2006.
Tidur NREM menurut Tarwoto 2006 terdiri dari empat tahapan. Pada tahap pertama merupakan tingkat transisi antara terjaga dan tidur. Pada tahap ini
berlangsung beberapa menit dan mudah terbangun dengan adanya rangsangan. Sedangkan tahap kedua merupakan permulaan tidur yang sebenarnya. Terdiri dari
periode suara tidur, relaksasi otot yang menurun dan berlangsung 10-20 menit. Dan tahap ketiga serta tahap keempat merupakan tidur dalam. Selama fase NREM terjadi
penurunan tonus otot, tekanan darah, dan metabolisme tubuh. Pada tahap ini dibutuhkan rangsangan yang lebih kuat untuk membangunkan.
REM Rapit Eye Movement disebut juga sebagai tidur paradox yang dapat berlangsung pada tidur malam selama 5-20 menit, dan rata-rata tidur 90 menit.
Universitas Sumatera Utara
Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri-ciri
tidur jenis ini adalah : biasanya disertai dengan mimpi aktif, lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak gelombang lambat, tonus otot selama tidur nyenyak
sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktifasi retikularis, frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur, pada otot perifer
terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur, mata cepat menutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat, dan metabolisme meningkat, tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi Alimul, 2006.
Pada lansia, perubahan fase ini terjadi pada NREM, dimana tahap II tidur tidak terjadi perubahan yang berarti. Namun, memasuki tahap III tidur perubahan
mulai semakin nampak kemudian tahap IV tidur terjadi penurunan bahkan kadang tidak ada, sedangkan tidur fase REM tidak terdapat perubahan yang menurun Miller,
1995.
Universitas Sumatera Utara
Skema 1 : Tahapan Tidur dikutip dari Fundamental of Nursing Potter and Perry, 2005
4. Fungsi dan tujuan tidur